Rahman yang sedang bekerja melamun menatap sudut kaca jendela Hotel. ia bingung bagaimana caranya nanti memberi tahu Fatimah bahwa ia adalah anak angkat.
Tiba-tiba Rahman dikagetkan dengan kedatangan sang Ayah. "Anak muda zaman sekarang lebih suka melamun ya,," ucap Ayah yang masuk ke ruangan Rahman dan duduk di hadapannya.
"Ayah, kok kesini, Ayah nggak percaya sama aku ya, Ayah takut hotel ini nggak maju kalau aku yang kelola?" Rahman menatap Ayah.
"Bukan, sebenarnya Ayah cuma mau ngobrol sama kamu, soalnya kalau di rumah susah, ada aja kendalanya," tutur Ayah pada Rahman.
"Soal apa yah, kayaknya penting bangat ya?" Rahman mulai penasaran.
"Kapan rencana kamu menikah, Ayah rasa sudah saatnya kamu memikirkan masa depan kamu, lagi pula kamu pasti butuh istri untuk mengurus kamu dan menemani kamu," Lanjut Ayah dengan serius.
"Aku belum kepikiran mau nikah Yah, lagian Ayah ngagetin aja, tiba-tiba nyuruh nikah," Rahman mengalihkan pandangannya.
"Apa tidak ada perempuan yang mau kamu jadikan istri? kamu tidak usah khawatir anak-anak sahabat Ayah itu cantik cantik dan Solehah, nanti Ayah bisa kenalin sama kamu," Ayah menawarkan perjodohan pada putranya itu.
"Nggak usah Ayah," tolak Rahman dengan tegas.
"Loh kenapa?"
"Sebenarnya aku juga ada yang mau aku sampaikan pada Ayah, aku hanya akan menikah dengan gadis yang ada di hatiku, tapi tolong Ayah rahasiakan ini dari bunda dan yang lainya," ucap Rahman serius.
"Siapa gadis itu?, apa Ayah mengenalnya?" Ayah penasaran.
"Fatimah," jawab Rahman singkat.
"Bagaimana mungkin kamu menaruh hati pada Fatimah, dia adikmu Rahman, lagi pula dia masih terlalu muda, kamu jangan coba-coba merusak hubungan keluarga kita, apa yang akan terjadi jika Fatimah tau kalau kamu menyukainya sebagai seorang gadis," tutur Ayah yang kaget dengan perkataan Rahman.
"Ayah, cepat atau lambat Fatimah akan tau bahwa ia di adopsi sejak usianya kurang dua tahun, kalau dia tau itu dia pasti akan sedih dan merasa terasingkan, bahkan mungkin dia akan lari dari rumah untuk mencari keluarganya, satu-satunya cara agar Fatimah tetap bersama kita adalah dengan aku menikahinya," jelas Rahman membujuk Ayah.
"Ayah harap kamu pikirkan matang-matang niatmu, cari solusi terbaik," Ayah menepuk pundak Rahman dan meninggalkan ruangan.
***
Fatimah kebetulan satu kelompok dengan Fatih dan sahabatnya Lilis. Mereka berencana mengerjakan tugas di rumah Fatimah.
"Fatimah, kak Rahman nanti ada di rumah kan?" Lilis tersenyum malu.
"Nggak tau sih, tadi dia pergi ke Hotel milik Ayah, cuma aku nggak tau dia pulang jam berapa," ujar Fatimah menatap Lilis.
***
Fatih, dan Lilis berserta Fatimah kerja kelompok di rumah Fatimah. Bunda menyambut ramah kedatangan teman-teman Fatimah.
"Bunda hari ini kami belajar bareng di sini ya, nggak pa pa kan Bun?" tanya Fatimah.
"Nggak pa pa dong sayang, malah bagus rumah kita jadi ramai, ayo lanjut belajarnya, keburu sore loh," ucap bunda sambil menuangkan sirup untuk Fatimah dan teman-temannya.
"Terimakasih tante, maaf merepotkan," ujar Fatih pada Bunda.
" Sama-sama, bunda ke belakang dulu ya,"
"Iya Bun, " Fatimah melanjutkan kerja kelompok bersama temannya.
Lilis melirik lirik sekitaran rumah, "Cari apa Lis ?" tanya Fatimah pada Lilis.
"Eh Abang kamu mana?" bisik Lilis ke telinga Fatimah. "Kan aku udah bilang dia masih kerja," bisik Fatimah balik.
Sesekali Fatimah melirik Fatih, " Maasyaa Allah, Fatih pintar bangat ya, dia bisa ngerjain semua soal," batin Fatimah.
tak lama kemudian Rahman tiba di rumah. ia melihat ruang tamu agak ramai tidak seperti biasanya. Rahman melihat Fatimah dan teman-temannya sedang mengerjakan tugas, namun ia kurang suka karena Fatimah berdekatan dengan teman laki-lakinya yang tak lain adalah Fatih.
Rahman masih memantau Fatimah, sementara Fatimah tidak menyadari kedatangan kakaknya itu.
Lilis tak sengaja melihat Rahman yang berdiri di pojok. "Kak Rahman, ada di sini," ucap Lilis sambil tersenyum, hatinya serasa bunga yang yang mekar.
"Kak Rahman udah pulang," Fatimah menyambut kakaknya.
"Iya Fatimah, kalian lanjut belajar ya, kakak ke atas dulu," Rahman berjalan menuju kamarnya di lantai atas.
"Fatimah...Kak Rahman ganteng bangat sumpah, kalau gitu aku mau main ke rumah kamu setiap hari ya," pinta Lilis yang sedari tadi tersenyum.
Fatih geleng kepala melihat tingkah Lilis, "Fatimah, terimakasih ya, hari ini udah banyak ngerepotin kamu," ucap Fatih menatap Fatimah.
"Nggak ngerepotin kok, aku kagum loh sama kamu, ini kerja kelompok tapi rasanya kamu yang lebih banyak ngerjain," Fatimah seolah memuji Fatih.
"Nggak lah, itu cuma perasaan kamu aja kali," ucap Fatih sambil membereskan buku-bukunya ke tas karena tugas sudah selesai.
Kedua teman Fatimah itu pun pulang.
Fatimah dengan santai duduk di ruang tamu, Rahman turun dari lantai atas dengan mengenakan baju kokoh dan sarung serta peci. "Fatimah..," Panggilnya.
"Iya...ada apa kak,"
"Ngapain masih duduk santai di sini, bentar lagi magrib, Sana buruan siap-siap, mandi habis itu wudhu," Rahman memerintahkan adiknya.
"Iya..iya ...bentar lagi aku mandi, tapi aku nggak solat, cuma mandi aja," Fatimah masih merebahkan tubuhnya di sofa ruang tamu.
"Loh kok nggak solat, kamu udah mulai berani meninggalkan solat ya," Rahman mulai melototi Fatimah.
"Nggak ngerti bangat sih...aku lagi haid kak," tegas Fatimah sedikit kesal.
"Oh gitu, ya udah aku ke mesjid dulu," ucap Rahman dengan gugup, dan langsung pergi.
***
Fatimah mengetuk pintu kamar sang Bunda, namun bunda sepertinya tak ada di kamar. Fatimah masuk ke kamar bunda. tak sengaja ia melihat album masa kecilnya dan kedua kakaknya.
Ia memperhatikan Foto album itu satu per satu. Dari sekian banyaknya Foto ia tak menemukan Fotonya sewaktu Bayi.
" Kak Sarah dan kak Rahman ada Foto waktu masih bayi di sini, kok aku nggak ada ya, apa jangan-jangan hilang ya," batin Fatimah.
tiba-tiba bunda datang.
"Fatimah..kamu di sini," sapa Bunda menatap wajah Fatimah. "Maaf Bun, aku lancang masuk, tadi aku cari bunda tapi nggak ada di sini," kata Fatimah yang masih memegang album.
"Lagi lihat album ya," tanya bunda mengelus kepala putrinya.
"Iya bunda, oh ya Bun kok aku nggak punya Foto bayi di sini?" Fatimah penasaran.
Bunda tidak tau harus menjawab apa karena memang Fatimah di adopsi sejak ia berusia kurang dari dua tahun. "Oh itu..mungkin hilang," jawab Bunda gugup.
Fatimah masih merasa aneh dengan sikap sang bunda yang terlihat menutupi sesuatu.
*Jangan lupa tinggalkan jejak ya, supaya cerita Fatimah berlanjut 😊*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Maysha Maheza
bacanya enak
2023-02-02
1