di kamar, Rahman di sibukkan dengan pekerjaan kantor, ia baru saja lulus kuliah dan menggantikan posisi ayahnya sebagai pemimpin di hotel milik ayahnya. Ayah mengamanahkan hotel itu pada putra satu-satunya karena usianya sudah semakin menua.
Tidak hanya itu meski sudah tua, sang Ayah juga sering mengunjungi peternakan Sapi miliknya yang lumayan besar yang tak jauh dari kota itu.
Rahman terfokus pada laptop di hadapannya. tiba-tiba Fatimah datang dan meletakkan tangannya di bahu Rahman sambil berkata,"Kak Rahman, lagi sibuk sama kerjaan baru ya, kakak kok mau ngurusin hotel itu," Fatimah memandang layar laptop dengan posisinya merangkul Rahman.
"Fatimah, apaan sih," dengan spontan Rahman melepas tangan Fatimah.
"Kenapa kak?" Fatimah kaget dengan reaksi kakaknya. "Kakak kan udah berkali-kali bilang, jangan sentuh atau terlalu dekat sama kakak," Rahman memperingatkan Fatimah.
"Kak Arif Rahman,, kenapa aku nggak boleh dekat-dekat sama kakak, apa karena aku nggak tinggi seperti kak Sarah," ujar Fatimah sambil menatap kakaknya.
"Nggak gitu Fatimah, kan kakak udah sering bilang, kakak itu...alergi sama aroma badan kamu, nanti kalau aku pingsan gimana," ucap Rahman dengan gugup.
"Emang aku bau apa? aku kan baru mandi," Fatimah kesal pada sikap Rahman.
"Bukan...bukan bau, tapi aku emang alergi sama aroma badan kamu, tapi bukan karena bau ya," Rahman mencari-cari alasan.
Fatimah kesal dan meninggalkan kamar Rahman.
Fatimah duduk merenung di taman belakang rumah. ia teringat masa-masa kecilnya yang penuh kasih sayang dari kedua kakaknya.
Sembilan tahun lalu
Fatimah dengan tubuh mungilnya di ejek oleh teman-teman sekolahnya. saat itu ia duduk di bangku SD. seorang teman mendorongnya hingga terjatuh, dan tangannya terluka.
Fatimah menangis di sekolah, semua teman-temannya sudah pulang, tinggal ia sendiri di sana.
Fatimah melihat darah di siku tangannya sambil menangis. Seorang laki-laki yang jauh lebih tinggi darinya datang menolongnya, yang ternyata adalah Rahman Kakaknya. saat itu Rahman duduk di bangku SMP.
Rahman mengobati luka adiknya, ia mengeluarkan sapu tangan dari sakunya lalu di lapnya darah di siku adiknya itu.
"Fatimah...siapa yang berani melukai kamu, awas saja, aku akan kasih peringatan sama orang yang udah melukai kamu," tegas Rahman yang kasihan pada adiknya.
Fatimah tak menjawab, ia hanya bisa menangis seolah mencurahkan segala rasa sakit yang ia lalui.
"Ayok, biar kakak gendong kamu aja, kita harus segera pulang, nanti bunda pasti cariin kamu," Rahman membungkuk seraya mempersilahkan Fatimah ke punggungnya.
Fatimah pun merasa nyaman di gendong sang kakak. "Makasih Kak, aku merasa aman kalau ada kakak," Ucap Fatimah tepat di telinga Rahman. "Sama-sama, aku akan menjaga kamu sampai kita tua nanti," Rahman tersenyum.
***
"Fatimah...Fatimah.." panggil Sarah menghentikan lamunan Fatimah.
"Kakak..ngagetin aja deh,"
" Lagi mikirin apa? kalau ada masalah cerita dong sama aku," sarah mengelus kepala Fatimah. "Nggak mikirin apa-apa kok," Fatimah mengelak.
"Sebenarnya ada yang mau kakak sampaikan," Sarah menatap serius wajah adiknya.
"Apa kak?"
"Kamu itu kan sudah dewasa, jadi kita sebagai perempuan harus menjaga, kehormatan kita, aurat kita, dan rasa malu kita, misalnya, di rumah kamu harus memakai jilbab dan juga menjaga jarak agar tidak terlalu dekat sama kak Rahman, bagaimana pun juga kan dia laki-laki, ya..meskipun dia adalah kakak kita, tapi tetap saja kita harus menjaga jarak aman," Tutur Sarah seraya menjelaskan dengan pelan agar Fatimah mengerti.
"Tapi kak, teman-teman aku pada dekat sama kakak laki-laki mereka kok, apa salahnya sih kak, kan kita bersaudara," Kata Fatimah dengan polosnya.
"Itu kan mereka, keluarga kita beda lah sama mereka, pokoknya kamu harus dengar nasehat kakak ya," Sarah menggenggam tangan Fatimah.
"Iya kak..iya..aku akan jaga jarak," Fatimah sedikit kesal pada sikap kedua kakaknya itu.
" Kenapa yah sekarang kak Rahman mulai jauh dari aku, apa jangan-jangan dia udah punya pacar ya, iya sih kalau nanti dia nikah pasti aku semakin dilupain," Batin Fatimah.
***
Sinar mentari di hari Senin begitu cerah. Fatimah sudah berpakaian rapi bersiap-siap berangkat ke sekolah.
Seperti biasa ia di antar kakaknya Rahman. namun bedanya kali ini ia diantar dengan mobil.
"Ayok naik," Rahman membukakan pintu mobil untuk adiknya. "Cie..mobil baru ya kak," Fatimah memperhatikan mobil itu.
"Iya..sengaja aku beli, supaya kalau ngantar kamu sekolah tidak kepanasan lagi," tutur Rahman menatap adiknya.
Fatimah tersenyum.
"Kak ..teman aku yang namanya Lilis naksir sama kakak loh, katanya kakak itu ganteng terus hidungnya mancung," Fatimah bermaksud mencocokkan kakaknya dengan temannya.
"Terus..kalau aku ganteng, aku harus gimana dong, harus bangga gitu?" ucap Rahman menghentikan pembicaraan Fatimah.
"Maksudnya tuh dia pengen kenalan sama kakak, kakak mau kan," Bujuk Fatimah.
"Oh ya...pagi ini aku ada meeting jadi harus buru-buru," Rahman mengalihkan pembicaraan.
Sesampainya di depan sekolah, Fatimah bermaksud mencium tangan kakaknya, namun dengan spontan Rahman berkata, "Nggak usah Fatimah, kakak agak alergi sama parfum kamu,"
"HH..ya udah, dasar kakak aneh, Salim aja nggak boleh," Fatimah kesal dan berjalan menuju kelas.
"Fatimah, aku berharap suatu saat kamu bisa mencium tangan ku setiap waktu, setiap hari aku bisa di sisi mu, namun sekarang belum tepat, aku berjanji tidak akan membiarkan laki-laki lain memasuki hidupmu, cukup aku dan ayah laki-laki yang ada di hidupmu, aku khawatir tidak bisa menjaga pandangan ku, maaf Fatimah, sejak kamu beranjak dewasa, aku seolah menatapmu bukan lagi sebagai seorang adik, tetapi seorang gadis, itulah kenapa aku sangat takut jika kamu mendekatiku, suatu saat aku akan menghalalkan pandangan ini," batin Rahman yang masih memandang Fatimah hingga Fatimah berjalan jauh.
***
Di kelas, Fatimah amat mengagumi seorang murid baru laki-laki yang merupakan pindahan dari pondok pesantren. sesekali ia menoleh ke arah laki-laki itu.
laki-laki itu bernama Fatih.
"Hayo ..kamu lagi liatin siapa.." Lilis sahabat Fatimah muncul. "Nggak..nggak ada kok," elak Fatimah sambil tersenyum.
***
Jam Istirahat
Fatimah dan Lilis sedang makan di kantin,"Assalamualaikum Fatimah, Lilis, boleh gabung nggak," sapa Fatih dengan ramah.
"Waalaikumussalam boleh kok..boleh," perasaan Fatimah bercampur aduk, antara kaget dan kagum.
"Oh ya Fatimah, terimakasih ya, kemarin udah mau meminjamkan catatan kamu," Ucap Fatih dengan tulus.
"Iya sama-sama Fatih," Jawab Fatimah dengan lembut. " ya Allah.. ganteng bangat, astaghfirullah, ingat Fatimah kamu nggak boleh zina mata," Batin Fatimah yang mengagumi Fatih.
* Jangan lupa tinggalkan jejak ya..😊*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Supriyati Titie
cukup menarik ceritanya dan enak bacanya... ...
2022-11-25
1