My Little Wife Fatimah
Minggu pagi, suasana yang sejuk dan cocok untuk berolahraga. Fatimah gadis yang baru tumbuh dewasa memanfaatkan pagi itu untuk berolahraga. Karena masalah dalam usia remajanya adalah dimana ia merasa dirinya tidak memiliki badan yang ideal seperti gadis lainnya. Ya, memang itulah kebiasaan wanita, selalu merasa dirinya gemuk.
Seperti biasanya kemanapun ia keluar rumah pasti di kawal oleh kakak laki-lakinya (Arif Rahman).
Fatimah berlari sekuat tenaga hingga ia lelah dan berhenti sebentar. "Ayok dong kak, kamu tuh laki-laki apa perempuan sih, larinya kok lambat," Tegur Fatimah sambil melirik Kakaknya Rahman.
Rahman menatap wajah adiknya yang kecapekan, sambil tersenyum ia berkata, "Sebenarnya kamu nggak perlu capek-capek olahraga begini, olahraga memang baik buat kesehatan kamu, tapi jangan berlebihan, lagian siapa sih yang bilang kamu gendut?"
"Kak..aku tuh mau punya badan ideal seperti kak Sarah dan teman-temanku yang lain, siapa tau dengan aku olahraga aku bisa tambah tinggi dan langsing," Ucap Fatimah membalas perkataan sang kakak.
"Kakak mau tanya, sebenarnya kamu mau berusaha sekeras ini buat siapa?, jangan-jangan kamu pacaran ya?, dengar ya Fatimah, tidak ada pacar-pacaran, lagi pula kamu masih kelas 2 SMA, jangan coba-coba berzina, ayah dan bunda mengajarkan agama pada kita sejak kecil, jangan buat mereka kecewa," Rahman memperingatkan adiknya yang menurutnya masih seorang gadis kecil.
"Dasar kakak galak, kerjanya ngomel-ngomel Mulu, ini nggak boleh, itu nggak boleh, emangnya aku ini anak kecil apa," Batin Fatimah yang menatap Rahman dengan cemberut.
"Iya..iya kak..aku nggak akan pacaran, tapi tetap aja aku mau cantik untuk diri sendiri, aku pengen olahraga biar bisa tinggi dan langsing, emangnya kakak nggak kasihan, aku adalah perempuan paling pendek di kelas," Keluh Fatimah menundukkan kepalanya.
"Jangan minder Fatimah, percaya sama kakak, kamu adalah perempuan tercantik yang pernah kakak temui, lagi pula kalau menurut kakak perempuan cantik itu tidak dilihat dari tinggi atau langsingnya, dan menurut ku kamu itu nggak gendut kok, cuman Imut, malah kamu akan jelek kalau kurusan," Lanjut Rahman menyemangati adiknya.
"Emang Iya?"
"Iya Fatimah," Tegas Rahman sambil tersenyum.
***
Usai berolahraga Fatimah dan kakaknya Rahman kembali ke rumah.
"Assalamualaikum," ucap Fatimah yang baru datang. "Waalaikumussalam," jawab Bunda yang sedang menyiapkan sarapan pagi.
"Bunda, ada yang perlu aku bantu?" tanya Fatimah yang ingin membantu Bunda.
"Nggak ada sayang, ini udah hampir selesai, kakak-kakak kamu mana, bukannya kamu tadi olahraga sama Rahman, dimana dia?" Bunda melirik kanan kiri seraya mencari Anggota keluarga untuk sarapan pagi bersama.
"Oh kak Rahman tadi katanya mau mandi dulu Bun, terus kalau kak Sarah aku kurang tau sih, kan aku baru datang Bun," lanjut Fatimah yang membantu menuangkan air ke gelas.
"Sarah nggak kemana-mana kok Bun, tadi cuma lanjutin tugas kuliah aja sebentar," Sarah datang dan meletakkan tangannya di bahu Fatimah.
"Apaan sih kak, berat tau," canda Fatimah sambil melepaskan tangan Sarah.
"Fatimah, kamu kayaknya makin tinggi deh, pasti efek dari olahraga tadi nih," sambil tersenyum Sarah memperhatikan tubuh adiknya yang masih saja seperti gadis kecil yang ia kenal.
"Tuh kan, kakak ledekin aku ya, tuh kan Bunda lihat sendiri kak Sarah emang sengaja mau menghina fisik aku," Keluh Fatimah seraya mengadu pada Ibunda.
"Sarah..jangan gitu dong," Tegur Bunda pada putrinya Sarah. candaan sederhana seperti inilah yang membuat keluarga Ayah Ahmad tetap harmonis.
Tak lama kemudian Ayah dan Rahman tiba di meja makan. "Wah kayaknya nasi goreng buatan Bunda enak nih," Ayah memuji istrinya sambil tersenyum.
"Halah..Ayah nggak usah basa-basi lagi, ayo buruan makan Ayah, keburu dingin tuh nasi goreng," Bunda menuangkan teh untuk Ayah.
"Fatimah kok kamu nggak sarapan?" Rahman memperhatikan adiknya. "Udah kok, aku cukup minum teh aja, kan lagi diet kak," ucap Fatimah yang lanjut meminum teh hangat.
"Fatimah...berapa kali aku bilang, kamu nggak usah diet ekstrim kayak gini, kalau kamu sakit gimana?" Rahman kembali menunjukkan perhatiannya pada Fatimah.
"Iya benar kata kakak mu, kamu nggak usah diet diet, kamu kan nggak gendut," sambung Ayah memperhatikan putrinya.
"Fatimah..Fatimah... kelihatan bangat kalau kamu udah mulai suka sukaan ya sama laki-laki?" Sarah melototi adiknya.
"Astaghfirullah..nggak kak, aku cuma mau menyenangkan diri sendiri aja kok," Fatimah mengelak. "Sudah-sudah..ayo makan, Fatimah..makan nasi gorengnya, jangan sampai kamu sakit karena kelaparan," tegas Bunda memperingatkan putrinya.
Keluarga Ayah Ahmad itu pun Sarapan pagi bersama. Dari dulu keluarga itu memang harmonis meskipun salah satu putri dari Ayah adalah hasil Adopsi.
...***...
Fatimah keluar dari kamar mandi tanpa mengenakan Jilbab karena rambutnya yang masih basah. Rahman yang kebetulan lewat melihat itu, ia berbalik badan namun Fatimah memanggilnya. "Kak.." Fatimah mendekat ke arah Rahman yang membelakanginya.
Rahman tak menoleh dan langsung berjalan cepat ke arah kamarnya.
"Aneh bangat sih, di panggil malah lari, padahal kan aku mau minta tolong di temani ke toko buku," batin Fatimah yang merasa heran.
Sementara itu Rahman mengetuk pintu kamar adiknya Sarah. "Sarah aku mau bicara," panggil Rahman sambil mengetuk pintu kamar.
Sarah membuka pintu "Iya..iya.. ada apa sih kak, kok mukamu panik gitu," Sarah menatap heran kakaknya.
"Ada hal penting yang mau aku bicarakan," wajah Rahman serius.
"Apa kak?"
"Sarah...kita sama-sama tau kalau Fatimah adalah anak adopsi, tapi meskipun begitu tidak ada perbedaan di antara kita bertiga, kita diperlakukan sama oleh ayah bunda, tapi ada satu hal yang aku khawatirkan saat ini, Fatimah menganggap bahwa aku adalah kakak kandungnya sehingga ia bersikap leluasa padaku layaknya seorang kakak kandung, ya memang itu tidak salah, tapi masalahnya adalah aku bukan mahramnya, kita dengan Fatimah berbeda Ayah dan ibu, dan juga bukan sepersusuan," jelas Rahman panjang lebar.
"Jadi gimana kak, sebenarnya itu juga yang ku khawatirkan, cepat atau lambat pasti Fatimah akan tau, entah itu dari keluarga kita sendiri atau dari orang lain, dan memang aku melihat sifatnya yang masih kekanak-kanakan, aku sudah sering mengingatkannya untuk selalu menutup aurat meskipun di lingkungan rumah kita," sambung Sarah yang berunding dengan kakaknya Rahman.
"Tolong ingatkan dia lagi, tadi dia keluar dari kamar mandi dengan rambut terurai, tapi usahakan cara mu mengingatkan dia tidak membuatnya curiga," Lanjut Rahman dengan serius.
*Assalamualaikum yang baca, jangan sampai kamu baca tanpa jejak ya, jangan menghilang begitu saja, tinggalkan jejak dengan like atau komen ya..*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Imay May love
betul betul
2023-11-09
0
Hanipah Fitri
aku mampir thor, sepertinya ceritanya bagus nih
2023-02-24
2
Memyr 67
mampir. apa novel ini akan sampai tamat? novel lain, istri dari penjara suci ma katakan tidak pada cinta, nggak ada yg tamat kan?
2022-11-20
3