Mata tegas yang sebelumnya terpejam, mulai terbuka. rasa haus dan tenggorokannya yang kering membuatnya terbangun. di lihat jam yang ada di meja samping ranjang menunjukan waktu sudah pukul 5 pagi. diraihnya teko air dan menuangkannya ke gelas, di teguknya air itu hingga tandas, setiap malam sebelum tidur, Dimas akan selalu menyiapkan air minum, agar jika dia haus tidak perlu repot-repot untuk pergi ke dapur.
Dimas mulai beranjak bangun melangkah perlahan ke arah kamar mandi untuk membersihkan diri, kemudian ia mulai merapikan ranjangnya dengan melipat selimut, matanya tak sengaja melihat sesuatu yang aneh. ia mulai mengambil benda yang menurutnya aneh itu.
"Apa ini?"
Diamatinya benda itu lamat-lamat bahkan dahinya sampai mengernyit seolah otaknya tengah berfikir sesuatu. benda itu berwarna hitam kecoklatan dan sedikit mengkilap. ini seperti sisik ular tapi sedikit lebih besar dan tebal?
Dimas mulai mengedarkan pandangannya menelisik setiap inci kamarnya, bahkan dia mencari ular itu di kolong ranjang dan tempat-tempat terpencil lainnya.
Sebenarnya ini bukan pertama kalinya ada ular yang masuk ke dalam rumahnya, Dimas memaklumi hal itu, karena letak rumahnya yang memang dekat dengan sungai dan tak jauh juga dari hutan. apa lagi di sekitar rumahnya ada kebun sayur yang mengelilinginya . hanya saja ini aneh, pernah ada ular masuk saat dirinya tak menutup pintu. tapi ini pintu tertutup rapat bahkan dinding kamarnya juga tidak ada lubang , walaupun dinding itu terbuat dari papan kayu, tapi rumahnya ini ia rawat dengan baik.
Lebih anehnya lagi, kenapa sisik ini berada di ranjangnya?
Pusing dengan pemikirannya sendiri, kini Dimas lebih memilih untuk tidak memikirkan nya lagi. Dia mulai ke dapur untuk membuat sarapan.
Dimas mulai melihat bahan apa saja yang ada di dapur untuk membuat sarapan. ternyata hanya ada Ubi dan 3 buah telur saja, minyak goreng juga sudah habis. Dimas memang jarang sekali memasak karena dia jarang dirumah, apa lagi Ririn sering datang ke rumah atau ladang untuk memberikannya makan siang dan makan malam , selain itu waktunya juga hanya dia habiskan di ladang untuk berkebun. kadang di kebun sendiri dan terkadang ke kebun pak De yang tak lain adalah ayah dari Ririn.
Akhirnya Dimas hanya akan merebus 3 Ubi dan 2 butir telur untuk sarapannya pagi ini, dia juga membuat secangkir kopi.
Setelah selesai, Dimas mulai menikmati sarapan alakadarnya itu .Dimas memang hanya hidup seorang diri, ibunya sudah lama meninggal dunia karena penyakit Paru-paru yang di deritanya. sedangkan sang Ayah. Dia tidak tahu dimana keberadaannya, sejak kecil semenjak ibunya meninggal Dimas di besarkan oleh Pak waluyo dan Bu Asih mereka tak lain adalah orang tua Ririn. Dimas memanggilnya Pak De dan Bu De. semenjak menginjak usia Remaja Dimas memutuskan untuk mandiri dengan membangun Rumah sederhana di atas tanah peninggalan sang ibu.
Awalnya orang tua Ririn tidak mengizinkan Dimas untuk tinggal sendiri, tapi karena Dimas selalu bersikeras dan meyakinkan mereka bahwa Dimas akan baik-baik saja dan selalu berkunjung , lagi pula rumah mereka juga jaraknya tak begitu jauh. akhirnya kedua orang tua itu mengizinkannya.
Bukan merasa tidak senang atau tidak betah tinggal bersama orang tua Ririn, hanya saja dia cukup tau diri. dia sudah di asuh sedari kecil , jadi sudah cukup merepotkan keluarga yang baik itu. Padahal Dimas bukanlah saudara atau kerabat mereka, tapi mereka begitu tulus membantu dan merawatnya. Dia telah berjanji akan membalas kebaikan mereka dengan berbakti dan membantu keluarga itu saat di perlukan.
Merasa sudah cukup kenyang, Dimas mulai membereskan bekas sarapanya. Sekalian membersihkan rumahnya yang sedikit berantakan.
TOK
TOk
TOk
Terdengar suara ketukan pintu, Di letakannya sapu yang ada di tangannya dan bergegas membukakan pintu.
Ceklek
"Ririn"
Tubuh Dimas menegang, Saat Ririn tiba-tiba menangis sambil menubruk tubuhnya.
"Ada apa?" tanya Dimas bingung sambil mengelus kepala Ririn lembut.
"Bapak kang"Ucapnya sambil terus menangis dalam pelukan Dimas.
"Pak De kenapa?Dia sakit?" tanya Dimas khawatir.
Ririn menggeleng pelan, Ririn mendongak menatap wajah Dimas sendu.
Melihat itu, Dimas segera mengajak Ririn masuk, dibiarkannya pintu itu terbuka lebar agar tidak timbul fitnah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments