"Kang Dimas" panggil suara wanita membuat pandanganku teralih ke arah wanita cantik yang lagi-lagi membawa rantang makanan.
Aku mendengus tak suka," kenapa sih wanita ini harus datang lagi" geramku dalam hati. dadaku bergemuruh, aku tidak suka dia dekat-dekat dengan lelaki tampanku itu. lelaki tampanku? ya, semenjak aku melihatnya untuk pertama kali. aku sudah mengklaim bahwa lelaki itu milikku.
Aku mulai berpindah tempat agar aku bisa lebih dekat mengintip dan menguping perbincangan mereka. aku melihat ke sekitar , untung saja masih ada beberapa warga di situ. setidaknya mereka berdua tidak akan melakukan kontak fisik karena ada beberapa orang di sekitar mereka.
Walaupun selama aku melihat keduanya memang cukup wajar, hanya ada percakapan saja. tapi melihat keakraban keduanya tetap saja membuat dadaku sesak.
"Dek Ririn , cuaca sedang terik kenapa kesini?" tanya Dimas sambil meletakan cangkul yang sedari tadi di pegangnya. dia mulai mengelap keringat dengan sebuah handuk kecil yang di sodorkan oleh wanita bernama Ririn.
"Namanya juga nganter bekel makan siang kang, ya datengnya pas lagi jam nya makan siang" jawab Ririn santai membuatku yang mendengarnya mendengus.
"Ga usah repot-repot dek, aku ga mau kamu kelelahan" ucap Dimas yang terkesan khawatir dari nada suaranya.
Mendengar nada suara kekhawatiran dari lelaki tampanku membuatku reflek menggigit ranting kayu yang berada di dekatku untuk mencurahkan rasa yang tak biasa ini.
" Engga repot ko kang" jawab Ririn tersenyum manis sambil tangannya sibuk membuka rantang makanan yang di bawanya dan menata makanan-makan itu dengan rapi , kedua nya duduk di bawah pohon ?dengan beralasan tikar sederhana.
"Udah cuci tangan belum kang?" tanya Ririn menoleh ke arah Dimas.
"Sudah dek" jawabnya.
"Ayo makan" ajaknya, keduanya mulai makan bersama sambil sesekali Ririn menambahkan beberapa lauk ke piring Dimas .
Perlakuan Ririn pada Dimas membuatku mengelus Dadaku" Apa ini yang dinamakan cemburu? ternyata benar, memang tidak enak" .
Aku dengan sabar menunggu keduanya selesai makan siang, tentu itu membuatku tersiksa . tapi demi lelaki tampanku aku tidak akan menyerah. sampai di saat Ririn mulai pamit aku mulai tersenyum cerah.
" Ke arah sini, Aku tadi melihatnya!!" terdengar suara teriakan seseorang membuatku beralih mencari sumber suara itu, di seberang tempatku bersembunyi ada 2 orang lelaki membawa golok dan satu lelaki lagi membawa sebatang kayu cukup besar masuk ke semak-semak membuatku heran .
" Apa yang mereka cari?" pikirku.
Aku tetap mengamati dari tempatku bersembunyi,
BUGH
Salah satu dari kedua lelaki itu memukul entah apa itu dengan kayu yang di bawanya. lalu, terdengar suara teriakan memilukan.
"Tolong!"
Aku terlonjat kaget, dadaku berdebar ada rasa kekhawatiran, aku mulai gelisah. aku takut yang di pukul itu, mungkinkah?
BUGH
BUGH
"Rasakan ini" umpat salah satu pria itu yang cukup keras.
"TO LO NG!! ssst ..ssst"
Terdengar lagi suara minta tolong yang mulai terbata di selingi sebuah desisan membuatku yakin, itu pasti salah satu bagian dariku, teman- temanku?
Aku panik, aku ingin langsung kesana. tapi? ini sangat berbahaya. tubuhku besar, sekali aku bergerak maka tanaman di sekitarku akan bergoyang.
Dengan perasaan tak karuan, aku terus mengamati keduanya, hingga kemudian salah satu dari mereka mengambil sesuatu. mataku melotot seketika ,melihat seekor ular yang tak berdaya di tangan lelaki itu. lalu melemparkannya asal ke sembarang arah.
Aku mengamati sekitar, aku harus pergi dari situ karena kondisi memang mulai tidak aman, banyak warga mulai berlalu lalang.
Dengan gerakan pelan, aku mulai pergi ke arah dimana ular itu tadi di buang.
Aku celingak celinguk melihat ke sekeliling." Sial, manusia itu! " geramku sambil mengorek beberapa daun kering. mungkin ular itu tertutup daun, karena dedaunan dan ranting pohon memang cukup banyak.
" Ketemu" pekikku saat tak sengaja melihat Ular itu tergeletak di sekitar semak belukar.
"Hei bangun" aku mulai menggoyangkan ekornya.sedih sekali melihat ada banyak sekali luka di sekujur tubuhnya, bahkan ada luka robek. aku meringis ikut merasakan sakit. tak tega rasanya melihatnya seperti ini.
"Apa dia sudah Mati?"
Aku mulai menangis, ular itu tak bergerak, bahkan sudah mulai kaku. dengan telaten aku mulai mengais tanah , untuk menguburnya. setidaknya hanya ini yang bisa aku lalukan untuknya.
Setelah selesai mengubur ular yang mati, aku mulai beranjak pergi kembali ke sungai. saat ini pikiranku benar- benar berkecambuk. manusia itu sungguh kejam, apa salah ular ini ? kenapa mereka membunuhnya?.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Yames Sendu
adu jngn smpai kmu ketangkap
2023-11-24
0