Hotel

Happy reading

Setelah selesai berganti pakaian, Aisyah dan Abi berjalan menuju meja makan. Disana juga sudah ada Zahra yang sedang bermain ponsel.

"Pagi."

"Pagi."

Suasana makan mereka bisa dibilang tenang karena sedari tadi hanya ada dentingan garpu, dan sendok beradu dengan piring itu.

"Mbak hari ini aku izin ke panti ya," ucap Aisyah pada Zahra yang ada di depannya itu.

"Iya Ai. Mbak juga mau ke toko bunga, hari ini sepertinya ada banyak pelanggan jadi Mbak tak bisa lama lama libur," jawab Zahra.

"Boleh ya Mas?" izin Zahra pada Abi.

Walau bagaimanapun Abi sudah menjadi suaminya. Ia tak akan pernah bisa menampik statusnya itu.

"Boleh, tapi jangan sampai kelelahan. Kamu juga sayang, jangan sampai kamu kelelahan," ucap Dewa dengan senyum manisnya.

"Iya Mas," jawab keduanya.

Setalah sarapan mereka selesai, Abi mengantarkan kedua istrinya ke tempat masing masing. Zahra juga bertanya kenapa Aisyah membawa ransel itu, dan Zahra mendapatkan jawaban yang membuat ia tak enak hati. Aisyah rela menginap di panti hanya untuk dirinya bisa bersama Abi.

"Maaf ya Zahra, Mas gak bisa jemput kamu nanti. Mas pulangnya malam."

"Iya Mas," jawan Zahra dengan senyum manisnya.

Mobil yang ditumpangi mereka sudah sampai di toko bunga Zahra. Zahra langsung mencium punggung tangan Abi sedangkan Abi yang masih kaku itu menatap Aisyah yang mengangguk.

Perlahan Abi mulai mengecup kening Zahra singkat, detak jantung Zahra sudah tak bisa ia tahan. Ini kali kedua Abi menciumnya walau hanya ciuman di kening.

"Assalamu'alaikum," salam Zahra segera kelayr dari mobil. Ia tak mau lama lama di dalam mobil yang membuat jantungnya tak aman.

"Wa'alaikumsalam," jawab keduanya.

"Mbak Zahra lucu kalau lagi salting gitu. Aku yakin Mbak Zahra gak lama bakal mencintai Mas Abi. Sama seperti aku dulu, Mas Abi itu mempunyai pesona yang tak dimiliki laki laki lain," ucap Aisyah.

"Sayang apa kamu tak cemburu mengatakan wanita lain mencintai suami kamu sendiri? Kamu tak mencintai Mas lagi ya?" tanya Abi yang sedikit kesal dengan Aisyah.

"Aisyah cemburu. Tapi Aisyah sadar jika sekarang bukan cuma Aisyah yang memiliki Mas Abi tapi juga Mbak Zahra," jawab Aisyah dengan lapang dada.

"Tapi Mas gak bisa seperti kamu sayang, Mas cintanya cuma sama kamu bukan wanita lain," ucap Abi menjalankan mobilnya lagi.

"Mas itu butuh waktu untuk mencintai Mbak Zahra juga. Karena Mas itu sudah sah menjadi suaminya," jawab Aisyah mengelus punggung tangan Abi yang selalu membuat ia tenang saat tangan itu memeluknya.

Abi diam, ia bingung apakah nanti ia bisa mencintai Zahra seperempat dia mencintai Asiyah.

Abi menjalankan mobil itu dengan kecepatan penuh, Aisyah yang baru sadar saat jalan itu bukan jalan ke panti itu langsung menatap Abi.

"Kita mau kemana Mas? Ini bukan jalan ke panti asuhan dan juga ke kantor kamu kan. Kita mau kemana?" tanya Aisyah pada suaminya.

"Ke tempat yang bisa membuat kita tenang," jawab Abi menggenggam tangan Aisyah yang sangat lembut.

Walau setiap hari wanitanya itu selalu memegang bulpoin dan juga alat alat dapur karena Aisyah sangat suka berkebun dan memasak

"Kemana Mas Abi? Bukannya Mas bilang hari ini ada rapat? Aku gak mau kamu telat gara gara hal yang tak jelas," ucap Aisyah menatap Abi.

"Aku rapat jam 11 siang, kita masih ada 4 jam untuk bersama. Karena malam ini aku tak bisa memeluk tubuh kamu, jadi pagi ini aku akan memeluk tubuh kamu sepuasku. Walau aku tak akan pernah puas," ucap Abi mengecup punggung tangan Aisyah.

"Mas kasihan Mbak Zahra," ucap Aisyah pada Abi.

"Kenapa kasihan, harusnya kamu kasihan pada diri kamu sendiri. Kamu merelakan suamimu dengan wanita lain. Aku tak semudah itu kamu tipu sayang, aku juga seorang laki laki yang tak akan rela jika istriku di rebut orang lain," jawabnya dengan tegas.

Anggaplah Abi egois yang hanya mementingkan dirinya sendiri tanpa memikirkan istri keduanya. Tapi Abi hanya cinta pada Aisyah, baginya Zahra hanya orang asing di rumah itu.

Walaupun Abi bersikap baik pada Zahra, itu juga sebagai tanggung jawabnya sebagai seorang suami pada istrinya.

"Sudah diamlah aku akan membawa kamu ketempat yang membuat otak kita sedikit dingin," ucap Abi pada Aisyah.

Aisyah diam karena ia tak mau membuat Abi semakin kesal. Hingga sampailah mereka di sebuah hotel bintang lima yang bisa di katakan mewah di kota itu.

"Hotel lagi, Mas ini ya kalau mau ajak ajak selalu aja ke mall. Sekali kali ke kebun binatang dong Mas."

"Nanti kita ke kebun binatang, kalau disana kita gak bisa bebas pelukan dan ciuman kalau di hotel kita bisa leluasa," jawab Abi melepas sabuk pengaman mereka.

"Buang buang yang aja sih Mas. Ingat ya Mas sekarang istri kamu itu bukan hanya aku tapi juga ada Mbak Zahra."

"Hartaku tak akan habis 9 turunan sayang," jawab Abi sombong.

"Harta bisa hilang kapan saja. Mas jangan sombong gitu gak baik," ucap Aisyah mengingatkan suaminya sebelum sesat.

"Astaghfirullah, maaf Sayang."

"Maaf sama Allah, emang Ai siapa kok minta maaf," ucap Aisyah mengambil tas kecilnya saja.

"Maafin hamba ya Allah."

Akhirnya mereka turun dari mobil itu menuju hotel. Di pintu masuk saja sudah ada pelayan yang menyambut mereka, siapa sih yang tidak mengenal seorang Abimana Baratama. Bahkan sebagian besar saham hotel ini ada pada Abi.

"Kamar sudah siap Tuan, ini kunci kamar Anda," ucap seorang resepsionis memberikan kunci khusus milik Abi.

"Hmm."

"Terima kasih Nona," ucap Aisyah dengan sopan.

"Sama sama Nyonya."

Aisyah sangat ramah sedangkan Abi sangat datar, memang pasangan yang pas dan saling melengkapi.

Siapa sih yang tak kenal Aisyah Nandaratna istri dari Abimana. Seorang guru yang sangat cantik dan lembut. Bahkan cantiknya Aisyah itu bisa mengalahkan model model yang sedang naik daun saat ini.

Mereka berlalu menuju kamar yang memang selalu dikosongkan untuk Abi. Hingga sampailah mereka di lantai atas tempat dimana kamar hotel mereka.

Abi menempelkan kartu itu di pintu hotel, kemudian mengajak Aisyah masuk ke dalamnya.

"Mas nih kebiasaan kalau cek in selalu aja gini."

"Kenapa sih dari tadi kamu marah marah terus?" tanya Abi melepas jasnya kemudian berjalan menuju Aisyah yang sedang duduk di kasur.

Aisyah menatap Abi yang sedang melepas sepatu dan kaos kakinya. Kemudian ikut duduk di kasur empuk itu.

"Mas bisa gak sih, ramah dikit sama orang lain. Kamu itu selalu saja pasang muka tembok. Aku yang jadi istri kamu aja bosen lihat muka tembok kamu," jawab Aisyah pada suaminya.

"Kami ingin aku ramah sama mereka? Aku gak bisa sayang, ini watak aku dari sana. Lagipula aku tak kejam sama orang lain kok."

Aisyah mengangguk, Abi memang tak kejam. Tapi siapa yang tahu dibelakangnya Abi sangat sangat kejam mengingat bagaimana kejamnya persaingan bisnis sekarang. Kadang Aisyah takut Abi kenapa napa tapi mau gimana lagi, itulah pekerjaan Abi.

Bersambung

Terpopuler

Comments

Hanipah Fitri

Hanipah Fitri

63 lanjut lagi aku baca

2023-07-14

1

babygirl

babygirl

👍👍👍👍👍👍

2022-11-22

0

manda_

manda_

lanjut lagi

2022-11-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!