Usaha Sayang!

Happy reading

Sedangkan Zahra yang sudah masuk ke dalam toko itu langsung di hadiahi buket bunga dari teman temannya.

"Selamat Zahra. Semoga hidup bahagia ya sampai tua sama suami," ucap Naila pada sahabatnya.

Mereka semua sudah saling mengaggap saudara sesama mereka. Apalagi pemilik dari toko bunga itu.

"Makasih sayang sayang aku," balas Zahra dengan senyum manisnya mereka menganggukkan kepala mereka.

"Selamat menjadi pengantin baru," ucap pemilik toko bunga itu memberikan buket yang juga berisi bunga.

"Terima kasih Mbak," jawab Zahra menerima buket bunga dari pemilik toko bunga itu. Mereka memang sudah akrab layaknya

"Mbak gak perlulah memberikan Zahra buket. Kan kita juga bakal menjual buket bunga ini. Nanti mbak rugi gimana?" tanya Zahra pada Mbak Dian yang notabene adalah janda beranak satu yang masih berusia 30 tahun.

"Gak apa apa lah, Ra. Kan kemarin kamu baru aja melangsungkan pernikahan, tapi maaf ya aku gak bisa datang. Soalnya Laila masih sakit," ucap Mbak Dian pada Zahra.

Wanita itu tampak bersalah karena dihari bahagia Zahra, ia tak bisa hadir. Tapi mau bagaimana lagi anaknya lebih membutuhkan dirinya.

"Gak apa apa Mbak, Zahra paham kok. Gimana Laila udah sembuh?" tanya Zahra meletakkan tasnya di meja kasir.

"Alhamdulillah sudah, bahkan ia tadi merengek ingin ikut kesini tapi aku laranglah karena dia belum seratus persen sembuh," jawab Mbak Dian duduk dan melihat para karyawannya yang sudah bekerja kembali.

"Hmm."

"Gimana jadi istri seorang Abimana Baratama, Ra? Apa istri pertamanya baik sama kamu?" tanya Mbak Dian pada Zahra.

Walau bagaimanapun ia sudah menganggap Zahra sebagai adiknya sendiri. Karena dulu yang membantu Zahra saat kedua orangtuanya meninggal adalah dirinya.

"Baik Mbak. Aisyah, istri dari Mas Abi juga sangat baik padaku. Kadang aku menganggap bahwa aku ini orang ketiga dalam rumah tangga mereka. Aku merasa bersalah karena tanpa disadari aku sudah merebut Mas Abi dari Aisyah," ucap Zahra sedih. Entah kenapa saat melihat Aisyah tersenyum dan tertawa hatinya malah menangis.

"Kamu tidak salah, Ra. Mereka yang menginginkan kamu. Bahkan Aisyah sendiri yang meminta kamu untuk menjadi istri kedua Abimana kan?" tanya Mbak Dian.

Ia pikir istri pertama Abi akan sangat jahat tapi mendengar cerita Zahra, seperti Aisyah tak seperti apa yang ia pikirkan.

"Tapi tetap saja aku merasa bersalah Mbak. Apalagi tadi Aisyah bilang mau menginap di panti asuhan, aku tahu Aisyah memberikan waktu itu agar aku dan Mas Abi bisa bersama. Aku takut itu membuat Aisyah sakit hati," jawab Zahra menatap bunga bunga yang ada di depannya.

"Sudah jangan merasa bersalah. Kamu mau kerja apa tidak? Nanti kalau kamu sedih terus kamu gak konsen Mbak juga nanti yang rugi," ucap Mbak Dian mengalihkan pikiran Zahra yang selalu saja merasa bersalah.

"Mbak mah."

Yah seperti itulah Zahra, wanita berusia 26 tahun itu sudah bekerja di toko itu selama 5 tahun sejak kepergian orangtuanya.

Mereka mulai bekerja, toko bunga milik Mbak Dian memang tidak kecil. Bahkan ada yang di lantai dua saking besarnya. Dan juga banyak bunga bunga dari luar ada disana.

"Semoga kamu tetap bahagia, Zahra. Mbak gak mau kamu sedih lagi seperti kemarin," gumam Mbak Dian menatap Zahra yang sedang menata pot pot bunga itu.

***

Jika Zahra sedang berada diantara bunga bunga di toko. Maka beda lagi dengan pasangan suami istri yang sedang memeluk itu.

Sudah 30 menit lebih Abi memeluk Aisyah dari belakang, bahkan Abi tak membiarkan Aisyah bergerak sedikitpun.

"Mas kita udah lama loh kayak gini, Aisyah capek."

"Kamu capek jadi istri Mas?" tanya Abi yang salah tanggap dengan apa yang dibicarakan Aisyah.

"Mas mah, aku gak capek jadi istri Mas Abi. Tapi aku capek dipeluk tanpa bisa apa apa gini," jawab Aisyah dengan senyum manisnya. Ia tak mau membuat suaminya ini salah paham.

"Maaf ya sayang, tapi aku masih kangen sama kamu," ucap Abimana melonggarkan pelukannya.

"Mas dari kemarin kangen terus."

Abi hanya diam dan mengajak Aisyah untuk berbaring. Ia masih memiliki banyak waktu untuk berdua dengan istrinya.

"Gimana kalau kita ngadon baby aja. Biar cepat jadi Baby kita," ajak Abi pada Aisyah yang hanya mengangguk.

Dosa menolak suami jika hal itu untuk hal yang baik, lagipula Aisyah tak mampu menolak pesona suaminya yang sangat tampan itu.

Akhirnya mereka melakukan hubungan suami istri seperti pasangan pada umumnya. Tak lupa Abi membaca doa untuk melancarkan usaha mereka. Mereka berbagi peluh di kamar hotel itu bahkan Abi bisa mencapai puncak berkali kali.

"Ahh."

Mereka menyelesaikan aktivitasnya dengan nafas terengah enggah bahkan Abi masih berada di atas tubuh Aisyah.

"Semoga ada yang jadi ya sayang, aku gak sabar punya anak dari kamu," ucap Abi mengelus perut Aisyah dengan lembut.

"Aamiin, semoga ya Mas. Aku juga berharap anak kita sudah ada disini."

"Iya sayang, kita bisa berusaha agar dapat membuahkan hasil," ucap Abi mengelus lembut perut Aisyah.

"Mas pengen banget punya Baby ya?" tanya Aisyah dan dianggukkan oleh Abi

Setelah membiarkan cebong cebongnya berenang ke dalam rahim Aisyah hingga habis. Kemudian ia melepas pernyat*** itu.

Abi menggulingkan badannya ke kasur kemudian memeluk tubuh p**** Aisyah dengan lembut. Tubuh mereka sudah tertutupi selimut tebal itu hingga membuat tubuh keduanya hangat daripada tadi.

"Mas aku jadi gak enak sama Mbak Zahra," ucap Aisyah dengan pelan.

Tangan lentiknya bergerak mengelus dada Abi yang ditumbuhi oleh bulu bulu kasar itu yang membuat Aisyah betah menatap dada bidang suaminya.

"Shhh."

"Kenapa gak enak hmm? Kita ini suami istri sayang, gak ada kata gak enak buat sepasang suami istri," ucap Abi dengan lembut.

Abi membiarkan apa yang membuat Aisyah tenang seperti ini. Ia tak pernah protes akan apa yang diinginkan Aisyah.

"Karena hari ini sampai Rabu, Mas itu milik Mbak Zahra. Tapi kenapa hari ini kita ada disini?" tanya Aisyah dengan bingung.

"Kan aku bilang dulu itu, Senin sampai Rabu tidurnya sama Zahra. Tidak bilang harus tidur berdua setiap saat kan. Mas tidur sama Zahra cuma waktu malam saja."

"Iya Mas."

"Udah jangan bilang gitu, Mas gak mau kamu sedih."

Cups.

Abi mencium kening Aisyah dengan lama, bahkan ia menahannya agar Aisyah bisa istirahat.

Jam sudah menunjukkan pukul 9 lebih 40 menit, masih ada satu jam lebih ia menikmati waktu dengan sang istri.

"Mas tidur juga?"

"Iya sayang, Mas juga capek. Karena ternyata istri Mas ini juga ganas," jawab Abi menggoda Aisyah.

Aisyah yang malu itu langsung menelusupkan wajahnya di dada Abi dengan wajah yang panas. Ia masih mengingat kejadian berberapa saat lalu dimana Aisyah meminta lagi dan lagi pada Abi.

"Selamat istirahat sayangku," bisiknya.

Bersambung

Terpopuler

Comments

Hanipah Fitri

Hanipah Fitri

65 Abi curang ya, nyuri waktu

2023-07-14

0

Eka ELissa

Eka ELissa

zara..sdih knpa..apa nikh gk jadi..
atau knpa...smpe aisyah rela brbagi suami dgn y....atau juga aisah skit parah mungkin....atau gk bisa ksih ank atau gimna....aisah byk ko di luaran sna mnikh tnpa ank bhgia knpa kmu mlhn bikin luka..🙈🙈🙈

2022-11-22

1

manda_

manda_

lanjut lagi kok bisa ya aisyah suruh suaminya nikah lagi apa sebabnya

2022-11-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!