Izin Ke Panti Asuhan

Happy reading

Tak terasa hari sudah pagi, dimana Aisyah dan Zahra juga sudah bangun dari tidur mereka. Kedua istri itu langsung berjalan ke kamar mandi.

Setelah mandi keduanya menyiapkan sarapan untuk suaminya. Mereka saling membagi tugas dalam memasak. Sebenarnya mereka memiliki banyak pembantu dan koki tapi mereka hanya ingin menyajikan apa yang bisa mereka buat untuk suami mereka.

"Semoga Mas Abi suka ya, Ai," ucap Zahra seraya mengaduk opor ayam yang ia buat.

"Mas Abi bukan orang yang pemilih makanan. Dia menyukai apapun kecuali bawang putih dan bawang merah yang diiris," jawab Aisyah yang sedang menggoreng udang yang baru ia bumbui tadi.

"Memangnya kenapa Mas Abi gak suka bawang merah dan Putih yang diiris?" tanya Zahra yang terkesan kepo tapi Aisyah memakluminya.

"Karena dulu Mas Abi pernah muntah muntah gara gara keselek bawang merah dan bawang putih yang diiris. Hingga saat ini Mas Abi gak mau kalau makanannya ada bawang merah dan bawang putihnya," jawab Aisyah yang senyum.

Jujur ia jadi teringat tentang cerita suaminya yang mengatakan jika Abi itu sangat tidak suka dengan yang namanya bawang merah dan bawang putih iris.

Akhirnya setelah berberapa saat masakan mereka selesai.

"Aku bangunkan Mas Abi duku ya, Mbak," ucap Aisyah pada Zahra yang masih menuangkan opor ayam itu ke dalam mangkuk.

"Iya, aku juga mau ke kamar mandi. Setelah ini biasanya mau buang ***," jawab Zahra yang memang sedang kebelet. Aisyah mengangguk dengan senyum tipis.

Aisyah memanggil suaminya untuk sarapan. Biasanya jam segini Abi sudah bangun dan merecokinya memasak tapi entah kenapa sekarang tidak lagi.

Sampainya di kamar Aisyah langsung disuguhkan oleh Abi yang masih memeluk jaketnya dengan erat.

"Mas Abi bangun dulu yuk. Udah pagi nih, kamu harus mandi dan sarapan," suara lembut Aisyah membuat Abi langsung bangun.

Melihat wajah teduh Aisyah membuat Abi langsung semangat lagi. Dengan pelan ia menarik tangan Aisyah hingga wanita itu terjatuh ke atas kasur empuk yang jadi saksi bisu mereka bercin** dulu.

"Mas."

"Nah kan mas kangen sama kamu, semalam gak bisa peluk tubuh kamu ini sayang. Aku kangen banget," ucap Abi memeluk erat tubuh Aisyah.

Sedangkan Aisyah mengelus singkat kepala Abi sehingga Abi tenang. Kemudian ia mulai melepas pelukannya itu sebentar.

"Mas Abi bukan cuma milikku, tapi juga milik Mbak Zahra. Mas gak boleh kayak gini ya," ucap Aisyah dengan senyum manisnya seraya mengelus dada suaminya.

Abi tak suka ucapan Aisyah yang seakan harus membagi hatinya. Padahal Aisyah tahu jika hatinya ini hanya milik seorang Aisyah bukan wanita manapun.

"Jangan paksa aku untuk membagi hatiku. Walau aku sudah menikahi Zahra aku tak bisa membagi hatiku sayang. Aku akan adil tapi jangan paksa hatiku," tegas Abi menatap dalam mata Aisyah.

"Semua itu tergantung hati kamu Mas. Aisyah juga tak akan bisa mencegah hati kamu untuk memasukkan nama Mbak Zahra di hati Mas Abi," ucap Aisyah mengelus dada suaminya.

"Akan aku pagari."

"Mas gak boleh gitu, Allah itu maha membolak balikkan hati manusia," ucap Aisyah dengan lembut.

Abi hanya diam, benar apa yang dikatakan istrinya. Tapi apa iya, nanti Abi dan Zahra bisa saling mencintai.

"Hari ini sampai hari Rabu aku ke panti dulu ya Mas. Biar kamu sama Mbak Zahra bisa leluasa menikmati waktu waktu kalian sebagai pasangan baru. Siapa tahu aku cepat punya anak walau bukan dari rahim aku," tambah Aisyah yang membuat Abi tak suka.

"Jangan bahas itu, aku gak suka. Walaupun nanti aku bakal punya anak dari kalian aku tak akan pernah membedakan kasih sayangku pada anak anakku nanti," ucap Abi yang membuat bungkam Aisyah.

Aisyah dengan senyum. Ia tak tahu harus menjawab apa lagi.

"Jadi gimana? Aku boleh ke panti apa enggak?"

"Lagian jarak sekolah sama panti dekat loh daripada sama disini," jawabnya dengan senyum manisnya mencoba untuk membujuk suaminya.

"Kenapa sih harus ke panti?" tanya Abi.

"Biar kalian bisa menikmati waktu berdua dulu," jawab Aisyah yang membuat Abi menghembuskan nafasnya pelan. Kenapa istri pertamanya itu kekeuh ingin pergi dan meninggalkan dia dan Zahra dirumah sih?

"Kapan kamu ke pantinya?" tanya Abi pada Aisyah.

"Nanti siang, besok udah mulai ngajar pagi jadi gak bisa telat."

Abi mengangguk dan mengizinkan Aisyah untuk ke panti. Kemudian Abi mengecup kening Aisyah dan berjalan menuju kamar mandi. Sedangkan Aisyah mengambil tas ranselnya lalu memasukkan berberapa potong pakaiannya dan meletakkannya di dalam tas.

Di dalam kamar mandi, Abi menatap wajahnya di cermin besar itu. Kadang Abi heran terbuat dari apa hati istrinya itu. Abi tahu jika Aisyah juga sakit melihat ia dan Zahra menikah tapi kenapa Aisyah malah mengajukan ingin dia menikah lagi.

"Terbuat dari apa hati kamu sayang. Bahkan aku sempat menolak Zahra tapi kenapa kamu kekeuh ingin aku menikah dengannya? Kenapa kamu tidak egois dan mengungkap aku saja tanpa mau membaginya pada wanita lain," gumam Abi.

Sebenarnya Abi kecewa dengan keputusan Aisyah dulu tapi mau bagaimana lagi. Abi terlalu cinta dengan Aisyah. Apapun yang diminta Aisyah maka ia akan mengabulkannya. Termasuk menikah lagi.

Aisyah memutuskan hal untuk Abi menikah lagi ini karena Aisyah belum juga hamil padahal pernikahan mereka masih berjalan 4 bulan.

"Apa gara gara anak kamu sampai menyerahkan aku kepada wanita lain?" tanya Abi lagi.

Setelah puas berbicara sendiri dengan cermin kamar mandi ia berjalan menuju shower dan mulai mandi. Ia tak mau membuat Aisyah menunggu lama.

***

Sedangkan di luar Aisyah menatap foto pernikahannya dengan Abi berberapa bulan lalu. Ia tersenyum dan memasukkannya ke dalam tas.

"Maaf mas kalau selama ini aku membuat banyak keinginan untuk kamu. Jujur aku sakit melihat kamu dan Mbak Zahra menikah tapi aku tak punya cara lain. Hanya dia yang bisa membuat kamu bahagia," ucapnya dengan tangan yang mengelus lembut foto pernikahannya itu.

Setelah selesai berkemas, Abi juga sudah selesai dengan aktivitas mandinya. Abi memeluk tubuh Aisyah dari belakang, kemudian mengecup kuping Aisyah.

"Udah selesai mandinya? Itu aku juga udah siapin baju buat kamu," ucap Aisyah menujuk baju yang ada di kasur.

Dengan senyum Abi langsung berjalan menuju kasur dan memakai pakaiannya sendiri. Ia tak mau membuat Aisyah makin repot lagi mengurusnya. Walaupun ia juga tahu Aisyah tidak apa apa walau dengan sifat manjanya yang kumatan.

"Makasih sudah menjadi istri yang baik buat aku. Maaf jika selama ini aku belum menjadi suami yang baik buat kamu," ucap Abi memeluk Aisyah dari belakang.

"Mas Abi udah jadi yang terbaik kok buat aku, selama ini Mas Abi juga sudah menjadi suami yang bertanggung jawab untuk aku. Buat apa minta maaf?"

Abi hanya diam dengan tangan yang masih memeluk tubuh Aisyah dari belakang. Kemudian tangannya beralih untuk mengelus perut Aisyah. Aisyah yang merasakan Abi mengelus perutnya itu hanya mampu menerima. Rasanya hangat saat saat seperti ini, jika bisa Aisyah ingin menghentikan waktu agar bisa tetap seperti ini.

Bersambung

Terpopuler

Comments

Hanipah Fitri

Hanipah Fitri

63 lanjut

2023-07-14

0

Vivi Bidadari

Vivi Bidadari

Gimana bisa adil Abinya dari perasaan aja sdh tak adil, knapa mesti ada pernikahan poligami sih

2023-06-20

0

Eka ELissa

Eka ELissa

knpa aisah tega gali kubur nya cndiri
skit hati di bikin cndiri...
kn ksian aby juga tertekn...hrus bisa bagi cinta y yg lok mungkin di luarn sana byk laki"...yg bisa bgi hati dn cinta y tapi aby gk bisa pa krna trpksa....enthlah...ini aisah aneh..

2022-11-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!