Keesokan harinya, Hani terbangun dalam keadaan dirinya yang tengah tergeletak di tanah pekarangan milik warga dengan rasa sakit di sekujur badannya.
Dia bersyukur karena dirinya selamat dari kejaran pria semalam.
Samar-samar ingatannya mengingatkan dirinya pada kejadian semalam saat mobil dihadang oleh tiga orang pria.
Tragisnya lagi ia harus mengalami nasib buruk berulang kali, pertama mobilnya menabrak pohon lantaran dirinya melihat sosok perempuan didalam mobilnya dengan wajah rusak. Kedua dirinya tak sengaja tersandung akar pohon yang membuatnya masuk ke jurang.
Sungguh pengalaman malam yang mengerikan sekaligus menegangkan seumur hidupnya, kata Hani.
"Aduh... badanku sakit banget... Lutut ku juga rasanya nyeri kayak bergeser didalamnya. Terus sekarang aku ada dimana? Ini bukan tempat yang aku ingat saat terakhir kali aku pingsan."
Cuaca mendung membuat Hani agak khawatir dengan kondisi saat ini, apalagi untuk berdiri pun ia kesusahan.
Tidak ada alat komunikasi yang bisa ia gunakan untuk menghubungi sang suami demi mengabari kondisinya sekarang yang memerlukan bantuan.
Terlintas kenangan indah dan sukar saat dirinya bersama sang suami sampai suaminya menyebut bahwa Hani adalah wanita paling tangguh dan kuat yang pernah dia temui. Dan sekarang ini telah menjadi istrinya.
"Aku harus kuat. Rasa sakit tidak membuatku lemah seperti ini, aku pasti akan kembali ke rumah mas..."
Berhasil bangkit dari posisi setengah duduk Hani lalu berjalan dengan langkah gontai mencari bantuan dari seseorang. Dia berharap bisa cepat bertemu dengan siapapun yang mau membantunya.
Hani kemudian bangkit dalam kondisi setengah duduk sembari mengecek dirinya secara seksama dari ujung kaki hingga ujung kepala.
Sementara bagian kepala ia mengecek dengan cara meraba.
Saat jari jemarinya menyentuh kening Hani meringis kesakitan hingga jarinya spontan menekan bagian yang terluka tersebut. Darah segar lalu mengalir di atas alisnya.
Hani pun berusaha mengusap darah tersebut, dirasa masih mengalir ia pun berusaha untuk bangkit meminta pertolongan dari seseorang.
Darah segar menetes dari luka di tangan dan dahinya hingga meninggalkan jejak darah kental pada rumput, ketika Hani sudah sepenuhnya bangkit dari posisinya tadi.
"Kau cukup tangguh juga, bisa berjalan meskipun dalam keadaan seperti itu, aku sangat salut pada wanita sepertimu!"
"Hiks... akhirnya aku mendapati seseorang yang mau membantuku..."
Hani menangis tersedu-sedu karena beberapa menit ia berjalan menurut hitungannya belum bertemu dengan seorangpun, dikala dirinya pasrah sampai tenaganya habis Hani terkejut mendengar suara seseorang.
Yang mengisyaratkan kepada dirinya ada titik terang dari musibah yang ia alami.
"Menangis tidak akan menyelesaikan masalahmu, dan tidak membuatmu selamat dari maut!"
Hani terperangah mendengar perkataan pria berambut hitam dengan gaya rambut di bela dua barusan. Matanya yang berwarna biru terlihat seperti orangnya sangat dingin, menurutnya.
"Maksudnya?"
"Sebentar lagi dirimu akan pingsan lalu mati karena kehabisan darah!"
"Em apa kamu bisa bantu aku, aku akan melakukan apa saja sebagai balasan kalau kamu mau membantuku, asalkan aku hidup aku janji, bakal membayar kamu berapapun kamu mau."
"Aku tidak membutuhkan uang lagi, tapi berhubung kamu mengatakan akan "melakukan apa saja" aku jadi akan membantumu, dengan syarat kamu harus menulis berita tentang kejadian aneh dan tidak masuk akal di kota ini!"
Masih mencerna syarat dari pria dingin didepannya, Hani berpikir jika dia sangat aneh. Menyuruhnya menulis berita adalah hal biasa baginya tapi untuk menulis berita aneh dan tidak masuk akal seperti yang dikatakan oleh pria ini akan sulit untuk ia terima.
"Kamu yakin menyuruhku untuk menulis berita seperti yang kamu sebutkan, setelah diriku sembuh? Dan akan membantuku bila aku setuju?" ucap Hani memastikan.
"Tentu saja, aku tidak akan mengingkari janji."
"Baiklah, aku setuju."
Hani mengulum senyuman manis saat mengatakan dirinya setuju pada syaraf dari pria yang ingin membantunya tersebut.
Namun karena matanya berkunang-kunang ia pun tumbang saat berjabat tangan dengan pria didepannya.
Ketika tubuh Hani hampir dekat dengan tanah pria itupun langsung menangkapnya dan membawanya pergi dari tempat temaram tersebut.
Langit yang sudah gelap lantaran tidak ada celah bagi cahaya untuk menyinari.
•••
Hujan deras turun dengan derasnya disertai petir yang menggelegar membuat Hani terbangun dari tidurnya. Ia sekarang terlihat kaget saat mendapati dirinya berada di kasur rumah sakit dengan lengan yang di infus dan alat pernafasan di hidungnya.
"Pada akhirnya pria itu benar-benar mau membantuku, meskipun aku tidak benar-benar akan menuruti syaratnya."
Jdarrr!
"Ah!"
"Em, aku terkejut mendengar suara petir tadi."
Hani mendapatkan jahitan di bagian dahi dan kepalanya totalnya tiga jahitan sedangkan jahitan lain berada di kedua lengan dan badannya.
Tengah malam Hani terbangun dari mimpi buruknya disana ia yang dikejar oleh seseorang dan orang itu adalah pria yang menyelamatkan dirinya dari kematian karena kehabisan darah.
Mimpi yang sangat nyata sehingga Hani masih khawatir jika kini ia sedang bermimpi, yang padahal dirinya kini terbangun dari mimpi buruknya itu.
Dan karena mimpi itu Hani memutuskan untuk pergi dari rumah sakit ini secara sembunyi-sembunyi tak peduli lagi pada orang yang telah menyelamatkan. Yang sekarang belum ia lihat lagi batang hidungnya.
Mencabut dengan hati-hati infus yang menancap pada kulit lengannya lalu melepas alat pernafasan pada hidungnya Hani pun buru-buru beranjak.
Takut dirinya ketahuan ia pun mengakalinya dengan mencari barang yang ditinggalkan oleh pasien sebelumnya yang menghuni kamar ini.
Berupa baju pasien yang tertinggal didalam nakas rumah sakit. Itulah target pencariannya.
Beberapa saat mencari akhirnya ia menemukan baju dan rok panjang sekaligus, sungguh keberuntungan kali ini berada di pihak Hani.
Berjalan menyusuri rumah sakit mencari lift kosong yang membuatnya seorang diri didalamnya, Hani kini terpaksa jalan normal. Walaupun keduanya kakinya merasa sangat sakit, namun Hani tetap memaksakan diri.
Hingga dirinya mulai gontai dan terpaksa menyadarkan satu lengannya pada tembok, terlihat darah yang merembes pada perban yang membalut tangannya yang bersandar tadi.
Sambil menahan rasa sakit dan menyembunyikan perban di tangannya yang rembes Hani akhirnya sampai di lift dan cepat-cepat masuk kedalamnya.
Kini dirinya menyadari jika ia berada di lantai paling atas.
"Akhirnya..."
Hani bernafas lega bersamaan dengan mulutnya yang sempat mengigit bibir saking menahan rasa sakit pada dirinya.
Ting!
Keluar dari lift Hani langsung bergegas pergi dari dua orang didepannya yang hendak menggunakan lift, ia lalu mempercepat langkahnya yang mulai tidak terasa sebagian.
Hampir dekat dengan pintu bertuliskan "Exit" Hani pun mempercepat langkahnya kembali namun sayangnya dirinya jatuh karena kakinya tidak terasa saat dirinya berjalan.
"Apa aku bakal mati... hiks..."
Dua orang perawat dan dokter yang ada disana melihat pasien jatuh tersebut dan bergegas untuk menolongnya.
Melihat dokter didekatnya seperti orang yang ada didalam mimpi Hani pun berteriak histeris sambil meronta-ronta ingin dilepaskan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Ojjo Gumunan, Getunan, Aleman
dunia apakah yg sedang hani jlni
2023-02-25
0
Ojjo Gumunan, Getunan, Aleman
jmgn coba coba ingkar janji hann
kmu blm tau sapa orang yg nyelametin kmu dan bernegosiasi sma kmu
2023-02-25
1
Gomen nasai
Mimpi kaya apa ya yang membuat Hani ketakutan pengen kabur?🤔😳
2022-11-21
0