"Kevin, lepasin gue!" cicit Kalina sembari menggeliat-geliatkan tubuhnya seperti ulat bulu.
Plak... Kevin memukul pantat Kalina karena kesal, "bisa diem gak!"
"Hey, itu pelecehan! Sembarangan nyentuh pantat orang!" Teriak Kalina dengan kesal, namun Kevin malah menyeringai seolah apa yang Ia lakukan amat menyenangkan.
Bruk...!
Kalina mendarat dengan posisi miring di kursi jok belakang milik Kevin, Kalina mengedarkan pandangan dengan perasaan was-was, "Lu mau bawa gue kemana Vin?"
Kevin tak menjawab dia mulai melajukan kendaraan roda empatnya, entah kemana tujuannya. Kalina membetulkan posisinya, tangannya terasa pegal karena terikat ke belakang, "Vin kita mau kemana sih?" Kalina mencoba bertanya kembali, namun lagi-lagi Kevin mengabaikannya. Kalina menatap sekitar mencoba mencari petunjuk dari sepanduk dan plang yang terpasang di sepanjang jalan yang Ia lewati.
Namun tiba-tiba Kevin menepikan mobilnya membuat Kalina menatap curiga, "Vin ini tempat apaan?" Kalina menatap sebuh gedung dua lantai dengan pagar besi berwarna hitam.
"Jangan banyak bicara ayo turun." Kevin melepas ikatan di tangan Kalina dan menyuruhnya keluar.
Kevin menuntun Kalina masuk ke-dalam gedung itu disana cukup sepi, Kevin terus membawa Kalina masuk hingga mereka sampai di sebuah ruangan berbentuk persegi dengan lampu gantung tepat berada di tengah langit-langit. Ruangan ini nampak kosong hanya ada satu meja dan empat kursi yang saling berhadapan.
"Vin, kamu ngapain bawa aku ke-tempat begini?" Perasaan Kalina benar-benar tak enak, apa lagi Kevin terus saja mencengkram lengannya.
"Duduk!" perintahnya. Kalina hanya bisa menurut untuk saat ini, biar dia menyimak dulu situasi.
Tiga orang pria berjalan masuk, dengan posisi dua orang di belakang dan satu orang di depan dengan pakaian rapi, wajah orang itu nampak tertekan dan ekspresi itu tak lepas dari mata Kalina.
'Ini benar-benar bukan hal yang sederhana, aku harus mencari cara agar bisa lolos dari si Kevin.' Batin Kalina.
"Se-selamat siang Pak, A-apa semuanya sudah siap?" tanyanya sembari duduk di hadapan Kalina, tampak ekspresi takut amat kentara dari wajahnya yang sudah banjir keringat itu.
"Semuanya sudah siap, mulai saja." Kevin mendudukkan diri di samping Kalina dengan ekspresi tenang, seolah dirinya tak menyadari hawa apa yang dia timbulkan untuk orang di sekelilingnya.
"Mulai apa?" Kalina tampak bingung.
Laki-laki kisaran empat puluh tahunan itu mulai melantunkan doa, membuat Kalina semakin di dera rasa kebingungan, dia hendak bangkit namun Kevin menekan tangan Kalina sambil melayangkan tatapan penuh ancaman.
Laki-laki itu mengulurkan tangan di hadapan Kevin yang langsung di sambut olehnya, "Saya terima nikah dan kawinnya Kalina Oktavia binti Setiawan dengan mas kawin sepuluh gram emas di bayar kontan!"
Mata Kalina membola seketika, apa yang barusan Kevin katakan membuat jantungnya berhenti berdetak barang sejenak, "Kevin!" Pekik Kalina, lagi-lagi tangannya di tekan oleh Kevin menandakan dia tak ingin Kalina buka suara.
"Bagaimana para saksi, sah?!" tanyanya pada orang yang tadi menggiringnya masuk.
"Sah!" Ucapnya bersamaan. Doa kembali di lantunkan.
'Apa-apaan ini? Gue di kawinin gitu aja?' Tubuh Kalian seakan melemas seketika.
"Selamat kalian berdua sudah resmi menjadi sepasang suami istri dimata agama." Ucapnya sambil tersenyum.
Kini di ruangan itu hanya tinggal Kalina dan Kevin.
Kalina bangkit dia menghempaskan tangan Kevin dengan kasar, "lu apa-apaan sih Vin, gue bahkan belum setuju sama lamaran elu tadi, dan sekarang elu tiba-tiba kawinin gue. Lu gila apa Vin?" Kalina melepaskan emosinya yang sedari tadi Ia tahan.
Kevin bangkit dia membalas tatapan marah Kalina dengan senyum simpul, "apa yang aku katakan tadi bukan lamaran, tapi perintah. Sekarang kamu sudah sah jadi istri siri-ku jadi terima saja, toh ini tidak akan membuatmu rugi, sesuai perjanjian aku akan membebaskan kamu dari hutang padaku."
"Tapi gak gini juga caranya, aku bahkan belum minta persetujuan dari Ibu-ku, aku tahu aku punya banyak hutang padamu, tapi aku bisa membayar-mu dengan cara bekerja, aku yakin perlahan tapi pasti aku bisa membayar semuanya Vin." Kalina melempar tatapan frustasi.
"Kapan? Sampai bertahun-tahun pun aku yakin kau tidak akan sanggup membayarnya, belum lagi laporan penahanan-mu yang telah aku ajukan ke-kantor polisi, dan hanya aku yang bisa membatalkannya. Sudahlah Kalina, aku dan kamu pernah menjalin cinta, apa susahnya menerima aku kembali."
Kalina menghempaskan diri ke kursi yang tadi Ia duduki dengan tangan terlipat di dada, "Itu sudah terlalu lama Vin, aku dan kamu bahkan sudah lama tidak bertemu, bagaimana aku bisa dengan mudah menerima pernikahan yang tiba-tiba begini." Kalina membenamkan wajah di telapak tangannya yang ia tumpu-kan di meja.
"Lama tak berjumpa bukan berarti perasaan hilang begitu saja kan?"
Kalina menoleh, "itu hanya kisah kita di masa lalu Vin, kita sekarang sudah dewasa kita punya jalan masing-masing. Lihat dirimu dan lihat diriku, perbedaan kita sangatlah jauh."
"Aku tidak pernah menganggap kita berbeda Lin, jadi cukup membahas tentang perbedaan. Ayo kita pulang!" Kevin menggenggam tangan Kalina dan menariknya. Tapi tak ada sedikit pun pergerakan yang gadis itu lakukan.
"Aku tidak mau!" tolak Kalina sembari membuang muka ke arah lain.
"Aku suami-mu sekarang, apa yang aku katakan adalah perintah untukmu." Tegas Kevin.
"Sudah aku bilang aku tidak menerima pernikahan ini, kau memaksaku menikah denganmu tanpa meminta persetujuan lebih dulu, jadi pernikahan ini tidak sah. Aku tidak mau ikut denganmu." Kalina duduk di kursi dengan mencengkram bagian bawah kursi sebagai pegangan.
"Baiklah, jika itu pilihanmu," Kevin mengambil telpon dan memposisikan benda tersebut di daun telinganya.
["Selamat siang Pak, ada yang bisa saya bantu?" Suara seorang pria samar terdengar dari ponsel Kevin.]
"Saya ingin bicara tentang laporan penipuan yang saya ajukan kemarin." mata Kalina melebar, dia memberi isyarat dengan menggelengkan kepala pada Kevin.
["Iya Pak, apa suda ada perkembangan? Sesuai permintaan anda kami tidak turut campur dalam mencari dalang di balik penipuan ini, jika anda membutuhkan sesuatu kami akan siap membantu."]
Kevin menyeringai, "apa kau dengar itu, hidupmu ada di tanganku, jika sampai kau mendekam di penjara apa yang akan kau katakan pada adik-adikmu? Apa kau akan bilang pada mereka jika kau mencuri demi menghidupi mereka?" bisik Kevin di telinga Kalina.
Kalina membuang muka, dia tak menyangka dirinya akan terjebak dalam permainannya sendiri, 'Kevin sialan!'
"Oke, aku terima! Tapi aku minta jangan usik keluargaku, ini hanya antara kau dan aku!"
Kevin tersenyum senang, "begini Pak, saya ingin membatalkan laporan tentang penipuan kemarin, ternyata itu hanyalah kesalahan yang di buat oleh karyawan saya, sebetulnya tidak pernah terjadi penipuan. Mohon maaf telah merepotkan Anda dan terima kasih atas bantuannya."
["Oh jadi begitu ya Pak, syukurlah jika semua masalah sudah selesai. Jika begitu saya akan segera memproses pembatalan laporannya."]
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments