Kalina duduk di kursi penumpang seraya melipat tangan di dada, hatinya masih dongkol pada Kevin, entah kemana lagi pria ini membawanya.
Mobil berhenti di depan sebuah rumah mewah bak Istana, Kalina mengerjapkan mata beberapa kali tak yakin dengan apa yang Ia lihat, "Vin, ngapain kamu bawa aku ke-rumah Presiden?" ucap Kalina disertai tatapan polos.
Bukannya menjawab Kevin malah menanggapi pertanyaan Kalina dengan tertawa, dia melajukan kembali mobilnya masuk ke garasi rumah mewah itu.
"Ayo turun!" ajak Kevin setelah dia melepas sabuk pengamannya.
"Gak ah!" tolak Kalina menatap ngeri pada rumah yang entah milik siapa itu.
"Kamu mau tinggal di dalam mobil? Ya udah, banyak loh kasus orang mati di dalam mobil gara-gara kehabisan napas," ucap Kevin menakuti.
"Eh, kalau gitu aku ikut deh." Kalina menjejakkan kaki untuk pertama kalinya di lantai rumah mewah.
"Vin, ini rumah gede banget kaya di film-film. Ini rumah siapa sih?" tanya Kalina penasaran, pertanyaannya membuat Kevin yang hendak mendorong pintu terhenti sejenak.
"Rumah-ku."
"Heleh, jangan becanda Lu Vin, gue tahu Elu orang kaya, tapi gak mungkin punya Rumah se-gede ini, gak percaya gue," cibir Kalina seraya mengibaskan tangannya.
"Kalau gak percaya ya udah," tanggap Kevin tak ingin berdebat.
"Sekarang kamu istri aku, panggil suami itu sopan dikit apa, jangan panggil elu elu gak sopan," tegur Kevin, namun tak ada sedikit pun nada kekesalan dalam suaranya.
"Iya iya, sorry!"
Kevin menautkan jemarinya dengan jemari Kalina, membuat desiran aneh di hati gadis itu, dia mensejajarkan langkahnya dengan langkah Kevin memasuki rumah megah itu, mereka berhenti tepat di tengah aula. Seorang wanita berparas cantik dengan pakaian anggun berdiri menatap mereka dari ujung tangga, sedang beberapa orang pelayan wanita seketika menunduk saat melihat Kevin dan mereka pun berlalu.
"Kevin, siapa wanita ini?" tanya wanita itu penuh selidik, dia melayangkan tatapan aneh pada Kalina.
"Dia istriku sekarang, sama seperti-mu!"
Deg...Deg... Mata Kalina melebar sempurna, apa maksud Kevin dengan menyebut Kalina sebagai istri tapi juga wanita itu? Kalina menatap Kevin dan wanita itu silih berganti, matanya memerah dia merasa di tipu mentah-mentah, dia berusaha melepaskan genggaman tangan Kevin di jemarinya.
"Lepasin gua Vin!" geram Kalina berusaha menahan amarah, namun pria itu tetap diam dan malah mempererat cengkeramannya.
"Lu nikahin gue sedang elu udah punya istri, elu waras Vin? Lepasin gue! Gue gak mau jadi Pelakor!" Kalina berusaha melepas genggaman tangan Kevin.
"Kamu nikahin dia tanpa bilang dulu sama aku Vin, apa kata keluarga kita jika tahu kamu berpoligami," wanita itu menyeka sudut matanya yang nampak basah, di raut wajahnya dia tak mampu menyembunyikan rasa sakitnya.
"Mbak aku minta maaf, sumpah Mbak aku gak tahu kalau si Kevin sialan ini udah kawin, dia gak ngomong sebelumnya." Kalina masih mencoba membuka cengkraman tangan Kevin di tangannya.
"Kamu panggil aku apa? Ingat status aku sekarang adalah suami kamu!" balas Kevin.
"Bodo amat!"
"Kamu mau membangkang? Kamu gak ingat kenapa kamu nikah sama aku?" bisik Kevin di daun telinga Kalina.
Gadis itu termangu seketika, perkataan Kevin tepat menohok di hatinya, membuat dia bungkam seketika, "jadilah gadis penurut, sayang." Kevin mencium tangan Kalina, membuat mata Kelly terbelalak, sisi Kevin yang seperti ini baru kali ini Ia temui.
"Kelly, aku harap kau bisa hidup rukun dengan Kalina, anggap dia seperti adikmu," Kalina yang berdiri di samping Kevin hanya bisa melongo menatap heran pada pria yang kini jadi suaminya itu.
'Dia benar-benar sudah gila, bagaimana bisa istri pertama dan istri ke-dua bisa akur begitu saja, oh Tuhan maafkan aku, ini bukan mau-ku jadi seorang pelakor,' batin Kalina.
"Kamu keterlaluan Vin! Bagaimana bisa aku menerima dia begitu saja, pokonya aku tidak terima dengan pernikahan ini." Kelly berlalu setengah berlari menaiki tangga, punggung tangannya mengusap air mata yang jatuh di pipinya.
"Kamu benar-benar brengsek Kevin, teganya kamu melakukan ini pada istrimu. Dia yang selalu berada di sampingmu selama ini, tapi kau--," Kalina kembali menggelengkan kepalanya.
"Kamu tidak tahu seperti apa hubunganku dengan Kelly, berhenti berkomentar!" Kevin menarik lengan Kalina menuntunnya agar mengikuti arahannya.
"Sakit Vin, pelan dikit ngapa. Kaya narik kebo dari sawah aja, tanganku sakit tahu," keluh Kalina dengan wajah ditekuk.
"Maafkan aku, aku tidak sengaja," Kevin melepas cengkeramannya, dan beralih mengandeng pinggang Kalina.
"Eeh, apa-apaan nih, kamu main sentuh-sentuh aku gitu aja?" Refleks Kalina menjauh.
Kevin memejamkan mata sekilas sembari menghela napas, dia mulai jengkel dengan sikap Kalina yang terus saja memancing amarahnya, "kalau kamu gak mau di gandeng, jalan duluan," titahnya.
Kalina pun mengikuti perintah Kevin, dia berjalan dengan mata tak henti-hentinya mengawasi sekitar, "pengamanan rumah ini sangat ketat, kamu tidak akan bisa lari." Ujar Kevin seolah dia bisa membaca isi kepala Kalina.
"Lagian siapa juga yang mau kabur? Aku cuma pengen liat gentong itu." Tunjuk Kalina pada sebuah guci berukuran besar yang teronggok di sudut ruangan.
"Gentong?" Kevin mengulangi kata-kata Kalina yang terdengar nyeleneh di telinganya, Kalina hanya mengangguk dengan muka polosnya.
"Iya itu namanya gentong kan, di panti juga ada benda semacam itu, buat nampung air hujan, tapi yang ini ada warnanya motifnya juga bagus," komentarnya, Kevin hanya mengulum senyum di bibirnya, ternyata istrinya terlampau polos jauh berbeda dengan sifat galaknya yang seolah telah mendarah daging.
"Kamu suka benda ini?" Tunjuk Kevin sembari menopang dagu.
"Enggak ah ribet berat juga ngangkatnya, mending beli gentong plastik lebih ringan, gede pula, bisa nampung air lebih banyak." Ucap Kalina sambil kembali berjalan.
"Eh tujuan kita kemana nih?" Dia berbalik menatap Kevin.
"Kamar kita!" Kevin membuka sebuah pintu berwarna silver dan menarik Kalina masuk kedalamnya.
"Kamar kita apaan? Aku gak mau sekamar sama kamu, bahaya!" Pekik Kalina, dia hendak berlari kembali keluar, namun dengan sigap Kevin menutup pintu dan menguncinya, mengambil kunci tersebut lalu memasukannya ke saku celananya.
"Kevin!" Teriak Kalina kesal.
"Kamu mau keluar, ambil saja kuncinya sendiri." Kevin mengisyaratkan dengan mata ke bagian tubuhnya yang menonjol di bawah sana.
"Gila kamu Vin!" Kalina refleks berbalik.
"Heh, berani gak?" Tantang Kevin.
Kalina memberengut seraya memunggungi Kevin, dia menilik sekitar, kamar ini bernuansa abu-abu tua, dengan perabotan kebanyakan berwarna putih, dan sopa serta ranjang berwarna senada dengan cat dinding.
"Kalau kamu gak suka dengan warnanya, kamu bisa minta pengurus rumah untuk mengecat ulang dan menata kembali perabotannya, agar kamu merasa nyaman."
Hembusan napas Kevin membelai tengkuk Kalina, membuat gadis itu tahu jika pria itu kini tepat beberapa inci di belakangnya.
"Ti-tidak usah, aku suka begini saja," ucap Kalina gugup.
"Kamu yakin?" Kevin memastikan, membuat helaian rambut Kalina kembali tertiup akibat ******* napasnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments