Keesokan harinya, pada saat matanya terbuka yang pertama Ia ingat adalah ponselnya. Dia menyambar ponsel yang teronggok di samping kiri bantalnya, Kalina lekas membuka layar gawai tersebut, Aplikasi digital perbankan yang berwarna biru-lah yang menjadi incarannya.
Kalina mengernyitkan dahi, pasalnya umpannya kali ini gagal di makan Ikan, "sial, ternyata gagal." Desah Kalina, dia melempar ponselnya sembarang arah.
Dia bangun dengan wajah kusut, Ia mengambil handuk beladus miliknya yang tergantung di paku yang Ia pasang di dinding sebagai gantungan pakaian.
Tring... Notifikasi pesan di ponselnya tak Ia hiraukan, palingan cuma SMS dari operator seluler yang selalu memberinya pesan cinta.
Kalina lantas berjalan ke kamar mandi yang letaknya berada tak jauh dari kamar tidurnya, suara anak-anak yang tengah bermain dan juga belajar, membuatnya sejenak menoleh, dia tersenyum senang melihat adik-adik se-penderitaannya tumbuh dengan baik walau tanpa orang tua kandung, sama seperti dirinya.
Kalina ingin adik-adiknya mempunyai masa depan yang cerah, dia ingin adik-adiknya bisa sukses dan memajukan panti asuhan ini.
"Kak Lina, dari tadi hp Kakak bunyi terus!" Seorang anak perempuan bernama Chika datang dan memberitahunya.
"Eh, beneran Chik? Padahal Kakak belum lama keluar kamar." Ujar Kalina yang langsung kembali ke-kamarnya dengan langkah cepat.
Benar saja, total ada sepuluh panggilan tak terjawab dari nomor korban yang semalam Kalina kibulin, "Halo, selamat pagi!" Ucap Kalina dengan suara di samarkan.
[Apa ini dengan Mbak Via?] Tanyanya dari sebrang telpon.
"Iya Pak, saya Via! Oh Iya, saya mau tanya Bapak ko belum mentransfer uangnya ya Pak, keterlambatan seperti ini bisa mempengaruhi hadiahnya loh Pak." Ucapan Kalina terdengar serius.
[Itulah kenapa saya menelpon anda Mbak, kebetulan kartu ATM saya hilang kemarin jadi saya tidak bisa mentransfer uangnya lewat bank, bagaimana kalau kita bertemu saja, silahkan Mbak yang memutuskan lokasinya.] Ujar si Bapak dari sebrang telpon.
Kalina berpikir sejenak, bertemu langsung dengan korban itu sangat beresiko, apa sebaiknya Kalina urungkan saja niatnya kali ini?
[Halo Mbak! Apa telponnya masih tersambung?] Tanyanya memastikan.
"Iya Pak, saya masih disini."
[Uangnya sudah siap, tinggal anda putuskan dimana tepatnya lokasi kita bertemu.] Kalina sempat berpikir untuk mengurungkan niatnya semula, tapi mendengar kata uang membuat nyalinya kembali meninggi.
"Kalau begitu bapak bisa datang ke kafe Bintang hijau, pukul sepuluh siang ini. Saya akan menunggu bapak disana."
[Baiklah Mbak, saya akan datang."]
Kalina menutup telponnya dan kembali menyimpan benda pipih itu di atas ranjang. Jujur dia merasa ragu untuk menemui orang ini takut ini hanya sebuah jebakan, tapi jika ini benar-benar asli sayang sekali uangnya. Kalina pun memutuskan untuk tetap pergi.
Dia berangkat pukul 08:30 pagi, cukup untuk dia bersiap-siap terlebih dahulu. Kalina sudah menyewa jas wanita ala-ala orang kantoran.
Pukul 10:00 WIB. Kalina sudah duduk menunggu orang itu di kafe Bintang Hijau seperti yang telah mereka sepakati.
Seorang pria berperawakan sedang, dengan kulit sawo matang berjalan mendekat ke-arah Kalina saat ini berada, 'apa dia orangnya?' batin Kalina.
"Halo, apa anda Nona Via?" Tanyanya sembari mengulurkan tangan.
"Iya Pak, silahkan duduk!" Dia mulai berbicara dengan kata-kata khasnya untuk menipu orang, kata-kata manis yang bahakan lebih manis dari pada madu.
Kemudian Pria itu menyerahkan sebuah amplop coklat yang cukup tebal pada Kalina, yang langsung Kalina terima dengan serentetan kata-kata manis kembali yang terlontar dari mulutnya, tak lupa dia mengecek isi dari amplop tersebut sekilas. Selepas itu Kalina pun pamit, dia lekas mengantongi benda berharganya dan secepat mungkin pergi meninggalkan lokasi.
Di sebuah gudang terbengkalai, Kalina melepas semua aksesoris dan pakaian yang tadi Ia kenakan dan berganti dengan pakaian sehari-harinya dia melempar kain itu ke-lantai hendak membakarnya.
Prok...Prok...!! Suara tepukan menggema di ruangan itu, membuat Kalina refleks menyambar amplop yang teronggok di lantai, benda itu ia sembunyikan di dalam bajunya.
"Siapa lu? Tunjukan wajah lu, jangan sembunyi." Mata Kalina tak henti-hentinya mengawasi sekitar, dia memasang kuda-kuda siap menerjang lawan jika di perlukan.
Seorang pria muncul dari balik pintu yang telah rusak, dia menyilang-kan tangan di dada, menatap aneh pada Kalina.
"Kalina Oktavia. Atau Nona Via? Yang mana sebetulnya nama-mu?" Ucapan pria itu sontak membuat mata Kalina melebar sempurna, dia mundur beberapa langkah kebelakang.
'Sial, identitas gue ketahuan, mati gue kali ini.' Batin Kalina.
"Maaf, aku bukan salah satu dari nama yang kau sebutkan." Dalih Kalina.
"Penipuan pertama, tanggal 1 bulan 9 tahun 2020, pukul 21:00 WIB. Mengatas nama-kan PT. Abadi Sejahtera, meminta kenaikan angsuran bulanan menjadi dua kali lipat dalam kurun waktu tertentu. Penipuan ke-dua, pada tanggal 5 bulan 1 tahun 2021 korban melaporkan bahwa dia tidak pernah mencairkan uang asuransinya, tapi ada seorang wanita bernama Via yang meminta data-data pribadi korban, dia bilang data-datanya hilang dalam daftar nasabah, jadi dia membutuhkan datanya untuk pemulihan. Dan masih banyak lagi catatan kriminal atas nama-mu yang ada di tanganku."
Deg...Kalina terkejut setengah mati mendengar hal ini, bagaimana bisa orang itu tahu apa yang telah Ia lakukan sampai se-detail itu.
"Siapa kau sebenarnya? Kau benar-benar so-tahu, aku bahkan tidak tahu mengapa kau bisa menyimpulkan bahwa aku Nona Via, dan siapa tadi? Ka--," Kalina pura-pura tak tahu, padahal itu dirinya sendiri.
"Kalina Oktavia! Itu namanya."
Tak...tak...
Suara sepatu yang beradu dengan lantai menggema kala pria itu memunculkan dirinya, Kalina mengernyitkan dahi, sepertinya dia pernah bertemu pria ini. Pria berperawakan atletis, dengan setelan jas rapi wajahnya sangat tampan dengan iris mata tajam, tatapannya bak elang yang mengintai mangsanya.
"Siapa kau, apa aku mengenalmu?" Tanya Kalina sambil menilik wajah pria itu memperjelas dugaannya.
"Pukul 00:00 pergantian waktu antara 22 dan 23 hari Senin perbincangan lewat telpon antara aku dan kamu." Ujarnya.
Deg... Jantung Kalina seolah di hantam dengan benda tak kasat mata, membuat detakannya terhenti barang sejenak.
"Kevin!" Pekiknya dengan mata membelalak.
Ya dia adalah Kevin Alterio teman masa SMA Kalina, sekaligus mantan pacar satu-satunya dan cinta pertamanya.
"Kamu beneran Kevin?!" Kalina kembali memastikan.
"Apa perlu aku mencium jari-mu untuk membuktikannya?"
'Astaga, dia benar-benar Kevin. Apa dia seorang polisi? Apa yang harus gue lakuin sekarang?'
"A-apa kabar Kevin? Hehe kamu jadi beda ya." Kalina tertawa menyingkap kecanggungan.
"Kamu juga, sangat jauh berbeda dari yang dulu." Kevin menilik penampilan Kalina dari ujung rambut hingga ujung kaki.
"Haha iya, semua orang bisa berubah seiring berjalannya waktu." Kalina tertawa garing.
"Kau benar, perubahannya amat terlihat!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Leni Martina
cerita nya beda moga bagus
2022-12-03
2
Shusyi Ae
bagus kyak e thor lnjut aj deh
2022-11-19
1