Melihat Nara terluka, Reiner pun memegang kaki Nara dan melihat pecahan gelas yang masih menusuk pada telapak kakinya. "Diamlah mungkin ini akan sedikit sakit." Reiner mencoba mencabut pecahan gelas itu dan Nara yang takut melihatnya pun segera menutup mata dengan kedua telapak tangannya. "Pelan-pelan tuan sakit."
Tak disangka suara Nara terdengar oleh Kania yang kebetulan melewati kamar majikkannya itu. Langkah kaki Kania pun terhenti saat melihat pintu kamar Reiner yang terbuka lebar dan juga melihat Nara yang tengah duduk disisi tempat tidur Reiner.
"Aaaaaa...!!!" Nara berteriak dengan kerasnya saat Reiner mencabut pecahan gelas pada telapak kakinya. "Sudah tercabut." Ucap Reiner yang kemudian menyisihkan pecahan gelas yang melukai kaki Nara sebelumnya.
"Nara kau kenapa!" Kania yang khawatir pun juga langsung menerobos masuk kedalam kamar Reiner. "Tuan, apa yang terjadi dengan Nara?" Tanya Kania pada Reiner saat ia melihat banyaknya pecahan dilantai.
"Apa kau tidak melihat kakinya terluka!" Ucap Reiner dengan nada dinginnya. Seketika Kania pun terdiam dan kemudian ia memapah Nara dan akan membawanya keluar dari kamar Reiner. "Mau kau bawa kemana dia!"
"Akan saya bawa kebawah tuan, biar saya obati lu--" Belum selesai Kania bicara, Reiner meraih tangan Nara dan membopong tubuh Nara kemudian didudukkannya kembali ia ditempat tidur milik Reiner. "Pergilah, aku yang mengurusnya.
"Tapi tuan..." Sontak Reiner langsung menoleh dan menatap tajam pada Kania. Dan saat itu juga Kania pun bergegas pergi meninggalkankan kamar Reiner dengan rasa takutnya. Sedangkan Nara justru merasa sangat tidak enak hati pada Kania lantaran takut jika Kania akan berfikir yang bukan-bukan tentang dirinya dan Reiner.
"Tu-tuan, aku tidak apa-apa sungguh." Ucap Nara dengan gugupnya. "Benarkah?" Angguk Nara dengan cepat. "Jadi ini tidak apa-apa?" Reiner menekan telapak kaki Nara yang terluka hingga membuat gadis itu berteriak kesakitan. "Sakit tuan!"
"Jadi masih mau bilang tidak apa-apa?" Nara menggeleng dengan cepat seraya meremasi ujung pakaiannya. Kemudian Reiner mengambil kotak obat untuk Nara dan mengobati lukanya.
"Jadi apa kau sudah menghitung berapa kali kau akan menciumku untuk mencicil hutangmu?" Tanya Reiner seraya memperban kaki Nara. "Sudah." Lirih Nara seraya menunduk menatap Reiner yang tengah memperban kakinya.
Reiner seketika langsung mendongak menatap Nara dan kemudian Nara langsung memalingkan wajahnya. "Berapa kali?" Tanya Reiner lagi. Nara hanya diam dan tidak menjawabnya, pandangannya justru sengaja menatap keatas dinding kamar Reiner.
Tersenyum melihat tingkah asisten rumah tangganya itu, Reiner pun hanya melontarkan senyum menyeringainya yang kemudian meletakkan kembali kotak obatnya setelah selesai mengobati kaki Nara. "Istirahatlah dulu sampai kakimu sembuh."
Mendengar ucapan Reiner barusan, lantas Nara beranjak dan berjalan perlahan untuk keluar dari kamar Reiner. Namun saat dua langkah kaki Nara berjalan tiba-tiba Reiner menghentikkannya. "Kau mau kemana?" Tanya Reiner seraya menahan tangan Nara. "Istirahat dikamarku tuan."
"Siapa yang menyuruhmu istirahat dikamarmu?" Tanya Reiner lagi. "Bukankah tadi tuan bilang aku harus beristirahat sampai sembuh?" Entah bagaimana Reiner akan mengatakannya, namun tanpa berkata apapun Reiner langsung saja mengangkat tubuh Nara dan membaringkannya ditempat tidurnya.
"Tuan apa yang kau lakukan? Kenapa aku--" Belum selesai gadis itu bicara, lagi-lagi Reiner mencium bibirnya tanpa memintanya ijin terlebih dulu. Reiner menahan kedua tangan Nara untuk tidak memberontak dan pria itu dengan bangga menikmati manisnya bibir sang asisten dengan waktu yang cukup lama.
"Umphh... umphh..." Nara terus berusaha memberontak agar bisa terlepas dari tautan bibir Reiner. "Diamlah, 1 menit ciuman ini aku hargai 2 juta." Bisik Reiner ditelinga Nara. Mendengar hal itu, lantas Nara diam dan Reiner kembali mencium bibir gadis itu.
Dan disela-sela ciuman keduanya, otak Nara mulai menghitung berapa menit kira-kira Reiner akan menciumnya. Bukankah semakin lama berciuman itu juga semakin bagus untuk harga yang akan terus naik dengan seiring bertambahnya menit yang berjalan. Begitulah pikir Nara.
Dan yang awalnya Nara sangat menolak akan ciuman yang dilakukan Reiner padanya, kini justru ia hanya pasrah dan diam dengan harapan Reiner akan menciumnya semakin lama agar hutangnya pun cepat lunas.
30 Menit kemudian, ciuman yang dilakukan Reiner itu justru merambat pada bagian leher Nara. Dan tentunya hal yang tidak terduga itu disadari oleh Nara, dengan spontan Nara menjambak rambut Reiner hingga membuat pria itu berteriak kesakitan.
"Aaa... Nara apa yang kau lakukan!" Reiner menahan tangan Nara dan kemudian dilepaskan oleh Nara jambakan itu. "Kenapa tuan malah mencium yang lainnya? Bukankah seharusnya hanya bibir saja?" Tanya Nara dengan polosnya.
Reiner dengan sedikit kesal bercampur gemas akan setiap kepolosan Nara itu, kemudian beranjak dari atas tubuh Nara dan kembali duduk disisi tempat tidurnya. Dengan mengusap wajah sedikit frustasinya tiba-tiba Nara bertanya lagi pada Reiner. "Berapa menit tadi tuan sudah menciumku?"
Pertanyaan itu sontak membuat Reiner ingin sekali memakannya. Jika tidak bisa mengendalikan diri akan sikap polos Nara, mungkin Reiner benar-benar sudah melakukan hal lebih jauh pada asisten rumahnya itu. "Tuan, kenapa hanya diam dan menatapku seperti itu? Jadi berapa menit tadi kita berciuman?" Tanya Nara lagi sampai membuat Reiner menahan tawanya.
"15 Menit." Ucap Reiner berbohong.
"15 Menit kenapa rasanya hampir satu jam kita melakukannya? Tuan, apa kau membohongiku?" Tanya Nara dengan sedikit tidak percaya. "Untuk apa aku berbohong? Tidak ada untungnya juga aku membohongimu." Ucap Reiner yang kemudian berjalan kearah lemarinya untuk mengambil jas kerjanya.
"Jadi selama 15 menit sudah berapa juta yang kudapat?" Reiner membalikkan tubuhnya menatap pada Nara. "10 juta." Ucap Reiner yang lagi-lagi berbohong. Nara pun terdiam dan mulai berpikir, 15 menit berciuman sedangkan 1 menit dihargai senilai 2 juta.
"Apa aku boleh Menghitungnya lagi?" Tanya Nara yang masih penasaran akan hasil jumblah yang dikatakan oleh Reiner sebelumnya. "Kenapa tidak? Hitunglah lagi." Reiner yang sudah bersiap untuk kekantor itu pun, meminta pelayan lain untuk membersihkan sisa pecahan gelas dikamarnya dan agar membiarkan Nara tetap berada dikamar miliknya.
"Jangan pergi kemana pun, jika sampai aku kembali kau tidak ada dikamarku, maka hutangmu akan naik 50% dari sebelumnya." Ucap Reiner yang kemudian pergi meninggalkan Nara dikamarnya.
"Tapi tuan!" Teriak Nara yang diabaikan oleh Reiner begitu saja.
Tidak ada pilihan lain bagi Nara, dari pada hutangnya akan bertambah jika ia pergi dari kamar Reiner, akhirnya ia terpaksa untuk tetap berada dikamar itu sampai Reiner kembali dari kantor.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Listra Puli Manullang
ciuman model apa itu 1 menit 2 jt
2024-07-01
0
Wiek Soen
🤣🤣🤣🤣🤣tidak hanya nonton film komedi saja bisa ketawa baca novel pun bikin sakit perut
2023-10-29
0
Roma Uli
eeee bocah bocah bisa aja luhh dibohongin Reiner😅😅
2023-02-11
0