Part 02

"Dagh... Digh... Dugh..."

Jantung Reiner terus saja berdegup dengan kencangnya saat ibunya akan mulai membuka lemari miliknya. Dan saat tangan ibu Reiner sudah berada pada gagang pintu lemari, Reiner dengan mengejutkan tiba-tiba melompat dari tempat tidur dan berdiri dihadapan ibunya.

"Ibu tidaaakk..." Teriak Reiner yang tiba-tiba sudah berada dihadapan ibunya seraya merentangkan kedua tangan. "Reiner kau ini kenapa sebenarnya! kenapa ja--" Ucapan ibu Reiner pun terhenti saat tiba-tiba ia mendapat panggilan melalui ponselnya.

"Halo suamiku..." Ibu Reiner menerima telfon yang ternyata itu adalah panggilan dari ayah Reiner. Menghela nafas leganya Reiner pun langsung duduk dilantai dengan bersandar dilemari saat melihat ibunya keluar dari kamarnya.

Setelah memastikan ibunya pergi, kemudian Reiner beranjak dari duduknya lalu menutup dan mengunci pintu kamarnya. "Untung saja ayah menelfon kalau tidak--" Teringat akan Nara yang bersembunyi dilemarinya, Reiner dengan cepat membuka lemarinya karena khawatir Nara akan kehabisan nafas lantaran dikunci didalam sana.

"Ceklek..."

"Kau tidak apa-apa?" Tanya Reiner saat setelah membuka pintu lemarinya. terlihat Nara yang bercucuran keringat lantaran ia berada cukup lama didalam lemari. Dengan badan yang sedikit lemas Nara pun keluar dari sana.

"Apa nyonya besar sudah pergi tuan?" Tanya Nara dengan nafas terengah-engah. "Sudah, kau tidak apa-apa?" Nara pun menggeleng lalu pergi dari hadapan sang majikan. "Kau mau kemana?" Reiner menarik tangan Nara dengan kuat hingga membuatnya berada dalam dekapan Reiner kembali.

"Tu-tuan lepas, aku mau kedapur." Nara berusaha melepaskan diri dari dekapan Reiner. "Bagaimana mungkin kau bisa pergi begitu saja setelah memecahkan vas milikku." Lagi-lagi Reiner berbicara masalah vas yang sudah Nara pecahkan. Nara pikir Reiner sudah lupa hal itu, tapi nyatanya malah mengingatkan kembali akan kesalahan yang tidak disengaja Nara lakukan sebelumnya.

"Kenapa diam? Jadi bagaimana caramu untuk membayarnya?" Reiner semakin mendekatkan wajahnya pada leher Nara. "Oh, nyonya besar." Ucap Nara seraya menunjuk kearah belakang Reiner.

Mengira jika itu benar ibunya, dengan cepat Reiner melepas dekapannya pada Nara dan memutar tubuhnya kebelakang. Secara bersamaan pula Nara menggunakan kesempatan itu untuk cepat-cepat pergi dari kamar majikannya itu.

"Hey!" Teriak Reiner saat menyadari Nara yang kabur darinya. "Berani sekali dia pergi begitu saja dariku, hemph... cukup menarik." Ucap Reiner seraya tersenyum menyeringai.

Sementara Nara yang berhasil kabur dari tuannya itu langsung masuk kekamar dan tidak lupa untuk mengunci pintunya. Nara dengan nafas yang terengah-engah merasa begitu lega saat bisa lepas dari majikannya yang ia anggap sangat menakutkan itu.

"Bagaimana ini? Bagaimana caraku bisa mengembalikan vasnya yang sudah kepecahkan itu? Sedangkan tadi dia bilang kalau satu ginjalku saja tidak akan cukup untuk menggantinya." Nara yang semakin dibuat bingung oleh Reiner itu pun hanya bisa terus menggerutu dan menyalahkan dirinya sendiri.

"Apa mungkin aku harus--" Nara terdiam seraya berpikir. "Oh tidak-tidak, aku tidak mungkin melakukan itu." Entah apa yang dipikirkan gadis itu sampai membuatnya bertingkah tidak karuan dikamarnya sendiri. Mulai dari menggigit bantalnya, hingga naik turun tempat tidur, sampai mondar mandir kesana kemari.

Hingga pukul 11 malam Nara yang baru saja akan menarik selimutnya untuk tidur itu, tiba-tiba dikejutkan oleh suara ketukan pintu tanpa suara orang memanggil. Perlahan kemudian gadis itu pun turun dari tempat tidurnya berjalan mendekatkan dirinya dipintu.

Tok... tok... tok

Suara ketukan itu berulang kali terdengar jelas ditelinga Nara. "Siapa?" Teriak Nara dari dalam kamarnya. Tidak juga ada sahutan dari luar dan ketukan pintu pun berhenti, lantas Nara kembali ketempat tidurnya.

Saat baru saja kakinya akan naik ketempat tidurnya, lagi-lagi suara ketukan itu terdengar kembali dan sontak Nara langsung dengan cepat melihat kearah pintu itu lagi. "Siapa sebenarnya yang mengetuk pintu sejak tadi?" Dengan menahan rasa takutnya, Nara mengambil sapu lantai miliknya seraya berjalan perlahan kearah pintu.

"Ceklek..."

"Aaaa... rasakan ini!" Nara yang sudah akan memukul orang yang sejak tadi mengetuk pintu kamarnya itu terhenti lantaran gagang sapu Nara justru dipegang kuat oleh orang dihadapannya. "Tu-tuan?" Ucap Nara dengan gugupnya saat melihat Reiner yang tengah berdiri dihadapannya dengan menahan sapu yang hampir terkena pada wajah tampannya itu.

"Tuan ka-kau disini?" Nara yang tidak menyangka jika orang yang akan ia pukul itu adalah majikannya, dengan perlahan Nara menyingkirkan sapunya itu dari genggaman Reiner. "Maaf aku pikir tadi itu--" Ucapan Nara terhenti saat Reiner langsung mendorong tubuh Nara masuk kekamar.

"Heh tuan apa yang kau lakukan!" Teriak Nara yang ketakutan saat melihat Reiner mengunci kamarnya. "Tuan kenapa kau disini? Bagaimana kalau nanti pelayan yang lain melihat dan--"

"Dan apa? Hum?" Reiner menarik pinggang Nara hingga gadis itu seketika langsung terdiam seraya berusaha menelan salivanya dalam-dalam. "Kau takut jika pelayan lain melihatnya begitu?" Angguk Nara dengan cepat seraya mata melihat kearah pintu yang sudah terkunci.

"Ti-tidak hanya itu saja tuan, bagaimana kalau nanti nyonya besar da--" Belum selesai Nara bicara, bibirnya tiba-tiba dikunci dengan ciuman lembut dari bibir majikannya yang amat sangat tampan itu.

Dengan mata terbelalaknya, dan dengan kedua tangan yang menahan dada Reiner, Nafas Nara seolah berhenti begitu saja saat untuk pertama kalinya bibir gadis berusia 19 tahun itu dicium oleh seorang laki-laki.

"Apa ini? Apa ini yang dinamakan ciuman? Aku sedang melakukannya sekarang, iya ini sama seperti difilm drama korea itu kan?"

Hati Nara terus saja bergumam tatkala ia merasakan ciuman dari majikannya itu yang terasa amat dalam. Gadis yang tidak pandai sama sekali dalam hal itu, tentu saja hanya terdiam dan tidak merespon akan apa yang dilakukan majikannya itu padanya.

Hingga Reiner yang awalnya menutup matanya saat mencium bibir ranum milik Nara, perlahan ia buka. Dilihat kedua mata gadis itu yang perlahan tertutup, dan dengan senyum menyeringainya kemudian Reiner menggigit bibir bawah Nara dan seketika pula Nara langsung tersadar dan membuka penuh bibirnya itu.

Tidak membuang kesempatan begitu saja, Reiner dengan lihainya kemudian memainkan lidahnya didalam rongga mulut Nara dan mengabsen gigi putih gadis itu satu persatu.

Nara yang masih juga tidak mengerti hanya diam mengikuti permainan sang majikan seraya kedua tangannya yang mulai meremas dada pria yang tengah menikmati bibirnya itu.

Sampai 15 menit kemudian Reiner menghentikan permainannya dan dengan perlahan melepas tautan bibirnya pada bibir Nara. Perlahan juga Reiner mengusap bibir basah Nara yang membuat gadis itu menunduk tidak berani menatap kearahnya.

Terpopuler

Comments

Wiek Soen

Wiek Soen

🤣🤣🤣🤣🤣🤣tuan majikan nyosor aza

2023-10-29

0

Roma Uli

Roma Uli

kwkwkw

2023-02-11

0

😈 𝑄𝑢𝑒𝑒𝑛 𝐷𝑒𝑣𝑖𝑙 😈

😈 𝑄𝑢𝑒𝑒𝑛 𝐷𝑒𝑣𝑖𝑙 😈

soang maennya nyosor bae 🤣🤣

2022-11-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!