"Maaf tuan, aku minta keluarlah dari kamarku." Ucap Nara dengan wajah menunduk seraya meremasi kedua tangannya. Sementara Reiner berjalan mendekat kearah Nara dan akan meraih tangan Nara yang terlihat bergetar.
"Nara aku--" Nara menjauhkan diri saat menyadari jika Reiner yang akan mendekat kearahnya. "Keluarlah tuan, tidak baik kau berada disini." Nara membuka pintu kamarnya bermaksud agar Reiner segera keluar sebelum ada orang yang melihatnya.
Menatap sejenak wajah Nara, kemudian Reiner keluar dari kamar Nara dengan perasaannya yang sedikit kecewa. Namun saat Nara akan menutup pintu kamarnya lagi, Reiner yang sudah keluar itu pun berbalik dan masuk kembali kekamar gadis itu.
"Brak..."
Pintu yang awalnya akan tertutup seketika terbuka keras saat Reiner mendorongnya kembali. Reiner masuk kembali kekamar dan mendorong kedua pundak Nara hingga menetap pada tembok kamarnya lalu mencium bibir Nara lagi.
"Umphh..." Nara berusaha mendorong tubuh Reiner namun gagal. Beberapa detik ciuman itu berlangsung, lantas Nara dengan kuatnya terus memberontak untuk bisa terlepas dari ciuman itu sampai pada akhirnya Reiner sendirilah yang melepas tautan bibirnya pada bibir Nara.
"Tuan kau!" Sentak Nara seraya menunjuk pada wajah Reiner dan diraihnya tangan itu oleh Reiner. "Satu juta." Ucap Reiner yang membuat Nara langsung mengerutkan keningnya. "Satu ciuman ini terhitung satu juta dari hutangmu atas vas yang sudah kau pecahkan."
Mendengar ucapan Reiner, lantas Nara justru menjadi bingung dan dibuat tidak paham. "Apa maksud tuan?" Tanya Nara dengan ketidak pahamannya. Reiner mendekatkan wajahnya pada telinga Nara dan berbisik. "Setiap satu ciuman darimu akan dianggap sebagai caramu mencicil untuk mengganti vasku yang sudah kau pecahkan."
"Apa?"
"Iya, bukankah kau tidak bisa menggantinya sekarang? Tapi kalau kau bisa menggantinya sekarang boleh saja, harga vas itu tidak begitu mahal, hanya 3 miliar." Mendengar hal itu seketika nara langsung menganga tidak menyangka. Bagaimana bisa vas yang dengan ukuran yang tidak terlalu besar itu, memiliki harga yang dianggap Nara luar biasa mahalnya.
"Bagaimana Nara? Kau mau menggantinya atau menyicilnya?" Tanya Reiner dan Nara hanya terdiam lantaran masih terbayang betapa banyaknya uang dengan nominal 3 miliar itu. "Baiklah, kalau ingin membayarnya sekarang antarkan uangnya kekamarku dengan segera." Reiner melangkah pergi dari kamar Nara.
"Aku mau menyicilnya tuan." Ucap Nara dan langkah kaki Reiner pun langsung terhenti. Dengan menyembunyikan senyum kemenangannya, kemudian Reiner memutar tubuhnya menatap pada Nara. "Kau yakin?" Angguk Nara dengan cepat.
"Jadi kalau aku memberimu satu ciuman itu artinya hutangku sudah terpotong dengan nominal 1 juta begitu kan?" Tanya Nara dengan polosnya yang kemudian dijawab anggukan kepala oleh Reiner.
"Jadi aku harus menciummu berapa kali agar hutangku cepat habis?" Pertanyaan Nara seolah membuat Reiner ingin tertawa keras disana. Bagaimana tidak, betapa Nara yang sangat polos itu dengan mudahnya melakukan apa yang dikatakan oleh Reiner tanpa berpikir akan harinya yang akan terus mencium majikannya tanpa tau kapan hal itu akan berakhir.
"Besok kita coba hitung bersama." Reiner pun pergi dari hadapan Nara seraya mengedipkan satu mata genitnya dihadapan sang asisten rumah tangganya itu.
Setelah Reiner pergi, Nara kemudian menutup dan mengunci pintu kamarnya. Gadis itu kemudian mencari secarik kertas untuk menghitung jumblah berapa kali ia harus mencium Reiner agar hutangnya cepas lunas.
"Kalau satu ciuman dia beri harga 1 juta, lalu berapa kali aku harus menciumnya dalam sehari agar bisa cepat habis hutangku padanya?" Nara mulai menghitungnya dengan membuat coretan dikertasnya.
Entah benar atau tidak hasil dari penghitungan Nara, tapi gadis itu langsung terbaring lemas saat melihat betapa banyaknya hasil dari penghitungan asal-asalnya itu. "Apa? 3000 kali ciuman? Oh tuhan, tidak mungkin." Ucap Nara yang seketika terbaring lemas ditempat tidurnya.
Terdiam sejenak kemudian Nara beranjak dari tempat tidurnya. Gadis itu berjalan keluar dari kamarnya bermaksud ingin menemui Reiner. "Tidak bisa, ini tidak adil namanya, aku harus menemui tuan Reiner sekarang." Langkah yang awalnya begitu menggebu-gebu ingin menemui majikannya itu, seketika terhenti.
"Tapi kalau malam-malam begini tiba-tiba aku kekamarnya, pasti akan dilihat pelayan lain. Bagaimana ini?" Nara mengurungkan niatnya lalu kembali masuk kekamarnya. Tidak ada pilihan lain, akhirnya Nara pun memutuskan untuk tidur saja dan menunggu waktu besok pagi untuk bisa bicara pada Reiner.
...****************...
Dan keesokan paginya, seperti biasa Nara dan pelayan lain sibuk bekerja didapur. "Ingat, jangan memasukkan terlalu banyak gula dikopi tuan Reiner." Ucap Kania pada Nara. "Dan jangan lupa gunakan selai kacang diroti yang akan diberikan tuan Reiner." Angguk Nara dengan patuh.
Setelah kopi dan roti selai kacang sudah siap, Nara meletakkannya diatas meja makan. Saat Nara akan melakukan pekerjaan lain, Kania memanggilnya lagi untuk memberinya tugas. "Antar sarapan pagi ini untuk tuan Reiner kekamarnya.
"Kenapa harus aku Kania?" Tanya Nara yang sebenarnya ia sangat tidak ingin melakukan tugasnya itu. "Tuan Reiner sendiri yang meminta agar kau yang mengantar sarapan paginya." Ujar Kania. Ingin rasanya Nara menolaknya tapi tidak ada pilihan lain karena itu sudah menjadi pekerjaannya yang harus ia lakukan. Dan dengan berat hati akhirnya Nara mengantar sarapan pagi untuk Reiner dikamarnya.
Sesampainya Nara didepan pintu kamar Reiner, dengan jantung yang berdegup begitu kencangnya, ia memberanikan diri untuk masuk kedalam kamar milik majikannya itu. "Semoga dia tidak ada didalam."
"Ceklek..."
Dan benar saja terlihat kamar Reiner yang nampak kosong saat Nara masuk. "Syukurlah dia tidak ada." Perlahan Nara meletakkan sarapan pagi Reiner dimeja dekat tempat tidur. Baru saja nampan berisi segelas kopi dan roti selai akan diletakkan dimeja, tiba-tiba kedua tangan melingkar pada pinggang Nara hingga mengejutkannya dan membuat nampan yang dipegangnya jatuh dan pecah berserakan dilantai.
"Prang..."
"Hah..." Nara yang terkejut itu pun sontak langsung memutar tubuhnya melihat siapa yang sudah memeluknya dari belakang itu. "Tuan Reiner!" Sentak Nara yang terkejut dan langsung mendorong tubuh Reiner.
"Kau tidak apa-apa?" Reiner yang khawatir saat melihat pecahan dilantai langsung menarik tangan Nara untuk menjauh dari pecahan yang berserak dilantai kamarnya. "Ssshhh... kakiku." Dan benar saja Nara yang menolak saat Reiner menarik tangannya, justru tanpa sengaja membuat kaki Nara menginjak pecahan gelas tersebut.
"Nara kau ini kenapa ceroboh sekali hah!" Sentak Reiner lebih keras lagi pada Nara. Melihat kaki Nara yang terluka hingga berdarah, Reiner dengan cepat membopong tubuh gadis itu dan mendudukkannya disisi tempat tidur. "Tuan aku tidak apa-apa."
"Diam kau!" Sentak Reiner dengan menunjuk tepat pada wajah Nara hingga membuatnya menunduk takut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Wiek Soen
Oalah tuan majikan kecanduan bibir Nara
2023-10-29
0
Roma Uli
waduh nara loh polos banget sih hihihi 🤣
2023-02-11
0
Yoo anna 💞
dasar laki-laki 🤭
2023-01-22
0