Keesokkan pagi nya.
Seusai menyantap sarapan pagi mereka berdua pergi ke sebuah rumah sakit sesuai rencana semalam. Sarah menarik nafas nya dalam-dalam, bersiap untuk melakukan pemeriksaan.
"Kenapa? Kau gugup karena berpikir hasil tes ini tidak akan sesuai dengan harapan mu?" tanya Leo dengan nada yang mengejek.
Sarah menatapnya seolah tak suka dengan apa yang baru saja Leo ucapkan, kata-kata nya terkesan seperti merendahkan Sarah karena tak mempercayai jika dirinya benar-benar masih gadis, "Jika saya terbukti memang masih gadis, apa yang akan anda lakukan? Tentu nya anda harus mengganti perasaan sakit hati saya karena telah anda rendahkan."
Leo tersenyum miring, berani sekali gadis kecil ini menuntut ini dan itu kepada nya. Dia rupa nya tidak sadar akan posisi nya saat ini. Dia harusnya berlutut dan memohon padanya agar rencana Harry untuk menggerogotinya dari dalam berhasil, begitulah pikir Leo maka dari itu dia tidak bisa mempercayai gadis ini dengan mudah. Bisa-bisanya seekor kelinci berlagak menjadi singa di depan ku, bathin Leo.
"Tentu saja aku akan menjadikan mu sebagai partner suksesi ku dalam meraih tujuan ku hidup selama ini." kata Leo.
"Partner suksesi?" Sarah mencoba mencerna kalimat yang asing itu ditelinga nya.
"Benar, jadi seharusnya kau lah yang memohon pada ku, bukan sebaliknya. Asal kau tahu, diluar sana banyak sekali wanita yang ingin berada di posisi mu. Jika kau berhasil mendapatkan posisi sebagai partner ku, kau sebaiknya bersyukur dan bersikap baik pada ku, aku akan memberikan mu bayaran yang setimpal ketika kau berperan sebagai partner ku dengan baik." ucap Leo.
Sarah memasuki ruangan untuk pemeriksaan. Leo terlihat serius menatap layar ponsel nya hingga beberapa saat kemudian Sarah keluar dari ruangan itu. Dokter mengatakan pada Leo jika hasil dari pemeriksaan dapat ditunggu, jadi ia memutuskan untuk tetap menunggu di rumah sakit hingga hasil nya keluar sebab ia pun bukan orang yang penyabar dan berkeingintahuan tinggi.
Yang dinantikan pun akhirnya tiba, begitu dokter datang Leo langsung merebut hasil tes secepat kilat. Sarah hanya terperangah melihat ketidak sopanan Leo barusan tanpa berani mendebat. Dokter pun hanya bisa menggelengkan kepala.
Melihat senyum yang muncul dibibir Leo, pastilah hasil nya tak membuatnya kecewa, "Terimakasih, dok." ucap Leo.
Setelah sang dokter pergi, "Bagaimana hasil nya?" tanya Sarah penasaran, ia khawatir jika hasil nya tak sesuai dengan kenyataan, dokter juga manusia bisa saja keliru dan berbuat kesalahan.
Entah mengapa Leo tiba-tiba saja jadi ingin menggoda nya, "Sesuai dugaan ku." jawab nya dengan memasang raut muka serius agar semakin menyakinkan.
Mata Sarah terbelalak kaget, "Tidak mungkin! Dokter itu sudah salah periksa, panggil dokter yang lain. Aku bersedia untuk di periksa lagi jika perlu. Aku ini benar-benar dan 1000% masih gadis." gadis itu terlihat sangat kesal dan tak terima.
"Pfftt.." Leo tak bisa tahan untuk menyembunyikan tawanya lebih lama lagi, "Iya, aku tahu. Hasil tes ini sesuai dengan ucapan mu, jadi berhentilah-" air mata Sarah mengalir begitu saja, "H-hei, kenapa kau menangis? A-aku hanya ingin menggodamu sedikit." walau sering bersikap dingin dan arogan, kenyataan nya Leo sangat lemah terhadap wanita yang menangis.
"Hiks... Aku tidak ingin kembali ke rumah ayah. Aku benar-benar takut jika hasil tes nya tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Aku bersumpah, aku masih gadis, sungguh." air mata Sarah masih terus mengalir.
Leo memberikan sapu tangan miliknya agar ia gunakan untuk menghapus air mata, "Iya, aku sudah percaya. Jadi berhentilah menangis, ingusmu terlihat menjijikan."
Sarah menatap Leo dengan tajam lalu dengan sengaja mengeluarkan ingusnya dengan semangat agar pria itu semakin jijik seperti yang dia ucapkan.
Leo terperangah keheranan melihat tingkah laku calon istri nya itu, "Kau, benar-benar melampaui ekspektasi ku."
"Memangnya apa yang anda pikirkan tentang saya?"
"Awalnya aku mengira kau hanya gadis lugu dan polos yang bodoh. Tapi diluar dugaan, tidak hanya itu, kau ternyata juga tidak tahu malu. Bisa-bisanya kau bertingkah jorok seperti itu di depan ku, sedangkan wanita lain akan menunjukkan sisi terbaiknya ketika berhadapan dengan ku."
Sarah mengembalikan sapu tangan nya ke Leo, pria itu mengambilnya dengan dua jari lalu melemparkan nya ke dalam tong sampah.
"Saya juga pada awalnya tidak berniat bertingkah seperti itu, tapi begitu mendengar kata-kata yang keluar dari mulut anda spontan saya jadi ingin melakukan hal yang menjijikan itu. Bukankah seharusnya anda menghibur saya yang sedang menangis? Namun mengapa, sebaliknya, anda justru mengatakan hal yang menjengkelkan."
Leo hanya diam tak membantah ataupun menyanggah. Yang diucapkan Sarah ada benarnya namun ketika melihat Sarah, tiba-tiba selalu saja muncul rasa ingin menggoda gadis kecil yang mirip dengan kelinci itu.
Seperti yang Leo katakan semalam, jika hasilnya sesuai dengan ucapan Sarah, dia akan memenuhi semua kebutuhan serta keperluan Sarah selama menjadi istri nya.
Dari rumah sakit, kini mereka berpindah ke sebuah tempat perbelanjaan yang paling besar di kota itu. Pertama-tama Leo mengajak Sarah untuk membeli beberapa pakaian untuk ia gunakan sehari-sehari maupun pakaian untuk acara lain nya. Mereka memasuki beberapa toko pakaian, hingga Leo rasa sudah cukup, ia membawa gadis itu untuk membeli peralatan mandi dan sebagainya.
Tanpa terasa pagi telah berganti malam. Sarah merasa sedikit pegal di kedua kaki nya, tapi Leo tak nampak begitu, dia bahkan seperti tak kehabisan energi sama sekali.
"Aku merasa sedikit lapar setelah berkeliling. Hei, bocah, apa kau memiliki saran, apa yang harus kita makan sekarang?" tanya Leo kepada Sarah.
Sarah yang kelelahan sedikit menjadi sensitif, "Sarah, nama ku Sarah, bukan bocah ya ataupun hei." kata Sarah dengan nada yang jengkel.
Leo pun mengikuti kemauan gadis itu dengan tak lagi memanggilnya seenaknya, "Iya, Sa-rah. Apa ada sesuatu yang ingin kau makan?"
"Nasi goreng?" jawabnya cepat seolah tanpa berpikir.
Leo menatapnya dengan heran, "Kalau hanya sekedar nasi goreng, lebih baik minta Bi Narsih saja untuk memasakkan nya." jawab pria itu merasa menyesal telah bertanya pada Sarah.
"Lah, kalau begitu kenapa dia harus susah-susah bertanya? Dasar orangtua yang aneh." oceh Sarah kesal, tentunya dengan suara yang sangaat pelan agar tak terdengar oleh Leo.
Leo membawa Sarah ke sebuah restoran makanan khas Jepang, ia memesan beberapa shushi dan ramen.
"Pesan lah apa yang ingin kau makan." ucap Leo sembari menyodorkan buku menu pada Sarah.
Sarah sudah terlalu malas untuk memilih lagi, sehingga menyamakan pesanan dengan milik Leo, "Sama dengan anda. Itu saja, mie kuah." jawabnya polos dengan wajah yang serius.
"Pfftt... Bukan mie kuah, ini namanya ramen." Leo terkekeh melihat Sarah yang lebih mirip seperti anak kecil yang polos ketimbang gadis berusia 20 tahun, bisa-bisanya hal seperti ini saja dia tak tahu, pikir Leo.
"Bukankah intinya sama saja, mie yang memiliki kuah. Contohnya, mau itu indimie soto ataupun mie sidip soto, bentuknya sama saja, hanya berbeda merk saja." Sarah pun tak mau kalah dengan Leo dan membuat dalihnya sendiri.
Leo hanya bisa menggelengkan kepala nya, pasrah, mendengar penjelasan Sarah yang seolah enggan mengakui kepolosannya itu.
Semua pesanan mereka sudah tersaji di meja. Sarah menatap aneh ke sebuah piring yang berisikan shushi yang tepat berada di depan nya.
Sarah menatap shushi itu dari dekat, "Kenapa mereka menyajikan ikan yang belum matang seperti ini?"
Leo mengelus dada nya, "Sarah, bisakah kamu memakannya saja, daripada terus mengomentari segalanya. Apa kamu tidak lapar?" Leo berusaha mengendalikan emosinya.
"Lapar, hanya saja, bukankah perut kita bisa sakit jika makan makanan mentah?" tanya nya dengan sungguh-sungguh.
Leo mulai lelah meladeni semua pertanyaan yang keluar dari mulut Sarah, "Itu namanya sushi dan memang biasanya dimakan mentah dan tidak masalah, tak perlu khawatir, aku sudah sering memakannya. Jadi, tolong, mari makan dengan tenang."
Awalnya Sarah masih ragu untuk menyantapnya, tapi begitu shushi itu masuk ke dalam mulutnya... daging ikan salmon itu melumer lembut di mulutnya dan sama sekali tidak terasa amis.
Melihat ekspresi Sarah nampak menikmati nya Leo merasa lega, "Bagaimana? Enak bukan?" tanya nya pada Sarah yang terus melahap sushi didepannya.
Sarah mengangguk dan mulai memakan sushi dengan lahap.
"Leo..."
Terdengar suara seorang wanita berasal dari belakang punggungnya memanggil nama Leo.
Leo melambaikan tangan nya mengisyaratkan memanggil wanita itu untuk menghampirinya.
Saat wanita itu berjalan melewati Sarah, tercium aroma parfum yang manis dan segar dari dirinya.
"Apa kau sudah makan malam?" tanya Leo kepada wanita itu sambil menyuruhnya duduk di sampingnya.
"Sudah, baru saja. Apa kamu baru saja selesai berbelanja? Kenapa tak mengajakku?" rengek wanita itu.
"Next time aku akan mengajakmu."
"Jangan berbohong ya, awas saja. Ohh, siapa ini?" wanita itu menunjuk ke arah Sarah.
"Teman." jawab Leo secepat kilat.
Deg! Sarah merasa kaget, bisa-bisanya Leo menjawab nya seperti itu.
"Emm... Hanya teman. Kalau begitu bisakah kita bergantian? Aku juga ingin pergi dengan Leo." wanita itu bertanya kepada Sarah dengan penuh harap.
"Ahh, i-itu terserah Leo, kalau Leo tak masalah, aku pun begitu." Sarah merasa bukan hak nya untuk melarang Leo pergi dengan siapapun meski dada nya merasa sedikit sesak karena jawaban Leo yang hanya menganggapnya teman tadi.
Wanita itu terlihat puas dengan jawaban Sarah.
"Sebentar, aku akan memesankan taksi untukmu." kata Leo kepada Sarah tanpa merasa bersalah sama sekali pada calon istrinya itu.
"Tidak perlu, aku tak mau merepotkan mu. Aku akan mencari taksi sendiri saja." jawab Sarah.
"Jika kau tersesat atau hilang, aku juga akan repot dua kali. Jadi lebih baik repot untuk sekali saja." terang Leo yang benar-benar tak dapat dimengerti oleh Sarah mengapa pria itu bisa sangat sedingin itu pada nya yang dalam hitungan hari akan menjadi istri nya.
Sarah merasa kesal terhadap sikap Leo yang seperti ini, seenaknya sendiri dan tak memikirkan perasaan Sarah. Namun mau bagaimana lagi, hubungan mereka juga bukanlah suatu hubungan yang seperti itu. Sarah tak punya hak untuk merasa cemburu ataupun merasa tak terima dengan perlakuan Leo padanya. Karena sejatinya hubungan kontrak ini pun hanyalah batu loncatan bagi Sarah menuju kebebasan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Rice Btamban
kshn Sarah
2023-02-16
1