Nyanyian burung menandakan tirai langit akang segera tersibak untuk menampakkan gagahnya cahaya sang surya.
Padahal Yara begitu berharap malam yang panjang namun alam tak bersahabat padanya. Mentari begitu angkuhnya menantang Yara dengan cahaya paginya. Gadis itu mematut dirinya dengan wajah yang sendu, ia berharap takdirnya bisa berubah dalam hitungan detik namun ia tau itu sungguh mustahil.
Yara melangkah gontai mendekat pada Hana.
"Ma..! pagi ini hana harus berangkat kerja lebih awal, karna banyak urusan yang harus Yara selesaikan..!"
Hana tersenyum, memandang putrinya dengan penuh cinta.
"Maafkan mama sayang, ini semua karna penyakit mama, jadi kamu harus berkerja keras...!"
Hana berucap sembari memeluk putrinya.
"Tidak ma, mama jangan bersedih, Yara ikhlas menjalani ini semua...!"
Ucap Yara tulus
"Terima kasih sayang, kamu putri mama yang luar biasa..!"
Hana berucap sembari terisak.
"Tenangkan diri mama, mama gak boleh banyak pikiran, bukankah hari ini mama akan oprasi...!"
Yara mulai menenangkan ibunya. Yah Hana saat ini sudah mengetahui kondisi penyakitnya, akhirnya Yara harus berterus terang, agar Hana tak syok saat mendengar kata oprasi. Alhamdulillah akhirnya Hana bisa menerima dan mampu mengontrol emosinya.
"Iya sayang, tapi kamu uang dari mana bisa membiayai oprasi mama sayang..?"
Hana dari kemarin masih terus bertanya prihal asal uang yang putrinya dapatkan. My tersenyum. Senyuman itu ia buat semanis dan senatural mungkin. Agar tak terlihat mimik sedih Yara di hadapan orang yang sangat ia sayangi.
"Mama jangan hawatir, itu uang hasil tabungan Yara selama bekerja, sisanya Yara mendapat bantuan dari kantor, mama gak lupakan, kalau putri mama ini dinobatkan sebagai karyawan terbaik di kantor tempat Yara bekerja..!"
Yara terus meyakinkan sang ibu. Hana mengangguk lalu menangkup wajah tirus Yara.
"Saat oprasi nanti kamu dampingi mama kan nak..!"
Tanya Hana berharap.
"Tentu ma...! Insya Allah Yara ada untuk mama. Mama jangan takut Allah selalu ada bersama kita..!"
"Iya sayang...! pergilah, nanti kamu terlambat..!"
Ucap Hana mengingatkan.
"Bik, titip maama ya...! Kalau ada apa apa cepat kabari Yara!"
Yara berpesan pada mbok Nah.
"Baik mbak Yara..! jangan hawatir..!"
Sahut mbok Nah tulus.
Yara bergegas pamitan dengan Hana lalu ia meninggalkan ruang sunyi itu. Saat Yara sampai di parkiran, mobil mewah berhenti tepat di depan gadis berhijab Syar'i. Kaca mobil itu turun secara otomatis, tampak di dalamnya pria berkemeja hitam menjembulkan kepalannta.
"Buk Yara ya..?"
Yara menyipi menatap pria itu, karna gadis itu tak merasa kenal dengan pria di hadapannya. Dengan ragu Yara menjawab.
"Iya saya Yara..!"
Sahut Yara sembari menunjuk dirinya.
"Silahkan masuk bu Yara...! Buk Amira sudah menunggu...!"
Ucapnya sopan, pria itu lalu berputar mengelilingi mobil mewah itu untuk membukakan pintu.
Yarapun mengikuti intruksi dari pria berkemeja hitam.
"Bu Yara, bu Amira meminta ibu untuk mengenakan ini..!"
Pria itu menyerahkan bingkisan kecil, rasa penasaran Yara meningkat dengan cepat gadis itu membuka paper bag itu,tangan Yara dengan cepat menyambar benda kecil nan lembut di dalannya, saat jemari lentik itu membawa keluar benda dari dalam ternyata isinya hanya sehelai kain berukuran kecil berwarna hitam, yang ternyata cadar.
Amira menatap benda kecil itu tak percaya. Dengan hati ragu akhirnya Yara mengenakannya.
Mobil mulai melaju kencamg membelah lapisan hitam yang tampak rata.
Setelah sampai di satu tempat, Yara turun mengikuti pria berkemeja hitam itu. Tak lupa mata bulat Yara berkeliaran manja menatap setiap keindahan alam di sekitar.
Yara mulai memasuki vila kecil namun tampak mewah. Saat hendak memasuki Yara dicegat oleh Amira.
"Jangan kamu lepas penutup wajahmu itu, ini permintaan dari suamiku..karna dia tak ingin melihat wajahmu..! apa kamu paham..?"
Tekan Amira pada Yara. Yara tak menjawab ia hanya menganggukkan kepalanya saja. Sampai di dalam ruangan gadis berparas ayu itu mula gelisa di sana tampak soso pria mengenakan jas berwarna hitam, posisinya tepat membelakangi yara. Dengan badan gemetar Yara duduk tepat di sebelahnya, gadis itu tak berani menatap calon suaminya, ia terus menundukkan pandangannya. Begitupun dengan pria di sebelahnya, tak sedikitpun calon suaminya itu melihat ke arahnya, ia tak terusik atas kedatangan wanita ayu itu.
Setelah semuanya siap penghulupun mulai menjabat tangan mempelai pria, saat pria di sebelahnya berikrar.
"Saya terima nikah dan kawinnya Yara Harisman binti"
Ucap pria itu lantang, Yara yang mendengar suara tak asing itu seketika menoleh, denyut jantungnya mendadak tak berdetak, gadis itu mematung tak berdarah. Ia tak percaya jika yang menikahinya bos besarnya sendiri. Gadis itu baru tau jika Amira adalah istri dari bapak Erlangga.
Pikiran Yara mulai campur aduk, ia berharap jika ini hanya mimpi buruk belaka, ia tak sanggup menghadapi bos besar itu nantinya. Yara tak berucap sedikitpun acara sakral itu hanya ditemani kesunyian dan aura negatif.
Sesi foto dokumentasi selesai dilakukan. Yara tak lupa mengabadikan satu momen sakral itu, karna itu sangat penting untuknya.
Selesai ijab qabul, Erlangga pergi meninggalkan Yara. Sungguh acara itu secepat kilat tak ada momen manis di sana, apa lagi sesi tukar cincin.
Melihat kepergian Erlangga Yara langsung berdiri, gadis itu harus mengejar waktu kerumah sakit. Sebelum ke rumah sakit gadis itu menghampiri Amira.
"Maaf ibu, satu jam lagi ibu saya akan masuk ruang oprasi, saya pamit..!"
Ucap Yara pada Amira.
"Tunggu sebentar, ini uang untuk biaya oprasi bu Hana. Total semua dua ratus juta..! jika ada kekurangan kamu bisa hubungi saya..!"
Jelas Amira sembari menyerahkan amplop coklat.
"Terima kasih ibu..! saya permisi...!"
Yara dengan sedikit berlari menuju mobil yang menjemputnya tadi.Sementara Amira tersenyum kecil menatap kepergian Yara.
"Heem lihat saja...!"
Gumamnya sembari menyeringai.
Mobil mulai melaju meninggalkan vila. Di dalam mobil Yara terus melamun gadis itu menatap jalanan yang terlihat lengang. Ia terus terbayang wajah orang yang baru saja sah menjadi suaminya.Gadis itu terus bergumam dalam hatinya.
"Mana mungkin pak Erlangga mengenaliku, meski dia saat ijab qabul menyebut namaku, aku yakin di tak mengenaliku sama sekali, dia mengenalku hanya nama depanku saja..! Ya Allah semoga dia tidak mengenaliku sampai suasananya kondusif. Pak Erlangga terlihat tak menginginkan pernikahan ini terjadi. Biarlah aku menjadi dua kepribadian, jika pak Erlangga menemuiku sebagai istri, aku akan mengenakan cadar ini, karna ini permintaan pak Erlangga sendiri, Jika di kantor aku akan melepas penutup muka ini...! Aku tau ini salah...ya Allah ampuni segala dosa dosaku....!"
Yara terus menangis dalam batinnya. Sampai di rumah sakit Yara berlari menuju ruang oprasi, gadis itu sedikit terlambat.
"Permisi dok apa saya bia bertemu mama sebentar saja..!"
Pinta Yara pada dokter Dwi.
"Oo iya boleh. Kebetulan bu Hana masih berada di ruang tunggu. Silahkan..!sebelum bu hana memakai pakaian steril..!"
"Terima kasih dok..!"
Yara segera masuk. Di sana terlihat Hana tengah cemas menunggu putrinya.
"Mama..maafkan Yara, yara terlambat..!"
"G papa sayang, yang penting sekarang kita sudah bertemu, maafkan mama ya sayang..do'ain mama..!"
Hana berucap dengan wajah yang tegar, ia tak ingin melihat putrinya hawatir.
"Iya ma, Yara pasti do'ain yang terbaik..!"
Hana tersenyum lalu suster penjaga mendorong ranjang pesakitan Hana, untuk menuju ruangan kematian.
Yara terus berdoa pada sang illahi robbi, gadis itu terus melafalkan doa terbaik untuk sang ibu.
Sementara dari balik ruang kaca Amira menghubungi orang kepercayaannya.
"Jangan lupa lakukan sesuai yang aku mau..!"
Ucapnya singkat.
"Baik aku pastikan kamu tinggal terima beres..!"
Entah apa yang Amira rencanakan, wanita itu terus mengejar ambisinya..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
LISA
Amira benar2 angkuh..moga operasinya berjln dgn lancar n Ibu Hana pulih kembali..
2022-11-26
0