BAB 3

Kebohongan yang setengah kebenaran merupakan kegelapan dari semua drama.

Suatu hari nanti manusia akan melihat kembali film kehidupan yang ia mainkan sendiri.

Di sini dipintu kaca yang tertutup rapat Yara berdiri. mengintip dari balik celah celah yang sedikit terbuka. Gadis itu tak saba ingin masuk ke dalamnya. Namun sayang dokter melarang gadis itu untuk mendampingi sang ibu. Yara terus berdoa di dalam hati untuk kesembuhan ibunya.

Tak lama pimtu kaca itu terbuka lebar, tampak sosok wanita bersnelli lengkap. Yara dengan cepat menghampirinya.

"Dok, bagaimana keadaan ibu saya..?"

"Seperti yang saya jelaskan tempo hari. Ibu Hana harus segera dilakukan tindakan oprasi, agar sel kangkernya tidak menyebar"

Yara terdiam, mendengar penjelasan dokter.Rasa painik itu menerobos hatinya.Seketika pikirannya buntu, ia tak tau harus berbuat apa.

"Buk Yara..! apa ibu baik baik saja..?"

Dokter Dwi menyadarkan lamunan gadis di sampingnya.

"Haaa...! iya dok saya baik"

Sahut Yara tergagap.

"O ya bu Yara. saya sudah jadwalkan untuk tindakan bu Hana, insya Allah kita akan lakukan oprasi hari selasa"

Terang Dokter Dwi mengingatkan. Yara kembali terdiam sembari berpikir.

"Bagai mana bu Yara...?"

Tanya Dokter Dwi memastikan.

"Iya dok, lakukan yang terbaik untuk mama saya, saya akan usahakan segala biayanya.!"

Ucap Yara meyakinkan Dokter Dwi.

Yara lalu melihat jam analok di tangannya. Gadis itu teringat ia ada temu janji dengan wanita baik hati yang menemuinya di kantor.

Sementara di tempat lain Amira tengah menghubungi seseorang.

"Bagai mana...apa kamu sudah membuatnya tertekan..?"

Ucap Amira pada lawan bicarannya.

"Tentu saja, sebentar lagi dia pasti menemuimu..!"

Ucap suara dari seberang.

"Terima kasih, kamu memang sahabatku yang baik..!"

Ucap Amira tersenyum menyeringai.

Tujuh tiga puluh Amira sampai di cafe Cendana, di sudut kafe, Amira dudunk dengan angkuh menatap jendela kaca sembari menunggu kedatangan Yara.

Wanita itu tampak gelisah di kursinya. Tak lama menunggu gadis anggun itu datang menyapa Amira.

"Maaf ibu, saya sudah membuat ibu menunggu.."

Ucap gadis berhijab itu merasa tidak enak.

"Oh..tidak pa pa..saya senang kamu akhirnya datang juga..!"

Ucap Amira mengembangkan senyumnya.

"Saya tidak bisa lama lama, ini uang yang saya janjikan untuk pengobatan ibumu..!"

Amira berucap sembari mengeluarkan amplop coklat yang sangat tebal. Melihat amplop coklat itu Yara berucap syukur dalam hatunya.

"Ya Allah, terima kasih ibu..! ibu sangat baik pada saya..!"

Puji Yara pada wanita di hadapannya. Amira kemudian menyerahkan uang itu pada Yara, namun saat tangan Yara menyentuh amplop coklat itu Amira menahannya.

"Tunggu dulu sayang. Ini bisa kamu ambil dengan cuma cuma, tapi dengan satu syarat..!"

Ucap Amira sembari menepuk nepuk tangan Yara. Yara tak mengerti ucapan wanita di hadapannya.

"Maksud ibu...?"

Yara bertanya dengan hati gelisah.

"Kamu bisa ambil uang ini, jika kamu bersedia menyetujui sarat yang saya ajukan..!"

Amira mulai mengungkapkan tujuan yang sebenarnya. Ia meminta pada gadis dua puluh lima tahun itu untuk menyetujui persaratannya.

"Syarat...?"

Tanya Yara tak mengerti.

"Ya, kita harus membuat perjanjian yang saling menguntungkan..!"

"Maksud ibu apa..?"

Yara mulai ketakutan.

"Saya mau kamu mengandung anak dari suami saya..!"

Pernyataan Amira tentu membuat Yara syok. Gadis itu seketika berdiri dari duduknya.

"Maaf, saya tidak bisa..!"

Tolak Yara sepontan. Amira tersenyum sinis mendengar penolakan Yara.

"Heeem yakin kamu menolak tawaran saya.Jika kamu menerima tawaran saya,saya akan membiayai seluruh pengobatan ibu kamu..!"

Amira mulai memberikan iming iming.

"Maaf saya tidak bisa..!"

Yara kembali menolak untuk yang ke dua kali.

"Heem beraninya kamu menolak tawaran saya...!. Baik, kalau begitu, saya akan pastikan kamu akan kehilangan pekerjaan dan saya pastikan kamu tidak akan pernah di terima di perusahaan manapun..camkan itu"

Ucap Amira mulai mengancam dengan kekuasaannya. Lalu wanita itu bangkit dari duduknya dan meninggalkan meja yang ia pesan.

Yara gusar, gadis itu penuh dilema, jika ia menolak maka sudah pasti Yara menjadi seorang pengangguran selamanya, sementara ia butuh uang untuk kebutuhan hidup dan biaya pengobatan Hana. Akhirnys dengan tergesa gesa Yara menghentikan langkah Amira.

"Tunggu..!"

Ucap Yara dengan suara gemetar. Amira tersenyum, merasa menang, dengan angkuhnya Amira membalikkan badan.

"Bagai mana, apa kamu berubah pikiran..?"

Ucap Amira tersenyum mengejek. Gadis itu tanpak bingung namun ia harus memutuskan. Bagai mana mungkin ia harus mengandung anak dari suami orang.

"Baik, saya terima..tawaran ibu..!"

Ucap Yara lirih. Akhirnya mau tidak mau, Yara harus menelan pil pahit, ia harus menerima tawaran wanita cantik itu.

"Bagus...!"

Ucap Amira sombong.

"Sekarang kamu tandatangani surat kontrak rahim ini...!"

Kamu bisa baca terlebih dahulu persyaratannya...!"

Amira berucap sembari menyodorkan selembar kertas yang sudah dibubuhi materai.

Dengan tangan gemetar Yara membaca setiap poin dengan seksama. Kertas putih itu berisi perjanjian yang harus Yara setujui. Semua poin yang tertera sangat merugikan gadis itu.

Adapun isi poin yang pertama, Yara harus bersedia mengandung dan melahirkan anak dari suami Amira.

Poin ke dua, Yara harus menyerahkan bayinya pada Amira dan suaminya.

Poin ke tetiga Yara siap ditalak dan ia harus pergi jau dari kehidupan mereka.

Selesai membaca isi perjanjian kontrak rahim itu, Yara memejamkan mata sejenak, Lalu gadis itu berucap lirih pada wanita dihadapannya.

"Baik saya setuju dengan persyaratan yang ibu berikan, tapi saya juga ada syarat untuk di tambahkan diperjanjian itu...!"

"Oke..apa yang kamu inginkan..?"

"Saya tidak mau berzina, jadi saya mau jika hubungn saya dan suamu ibu sah di mata agama..!"

Pinta Yara tegas.

"Baik kalau cuma itu syarat yang kamu minta...saya setuju..!"

Ucap Amira dengan entengnya.

"Kalau begitu, silahkan kamu tandatangani perjanjian ini..!"

Pinta Amira tak sabar.

Dengan hati yang hancur terpaksa ia harus menandatangani surat perjanjian itu demi kesembuhan sang ibu tercinta.

Meskipun surat perjanjian itu sangat bertolak belakang dengan prinsip yang ia pegang teguh, Yara harus menerimanya,

Dengan terpaksa ia harus menandatangani surat perjanjian itu demi kesembuhan sang ibu tercinta dan baktinya sebagai anak, hal itu ia lakukan hanya untuk mendapatkan ridhaNya. seperti yang telah Rosululloh ajarkan.

Bakti seorang anak kepada kedua orang tuanya akan mengundang ridha kedua orang tua kepada anak. Sementara ridha kedua orang tua terhadap anak merupakan penentun seorang anak mendapat ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala. Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;

رِضَا اَللَّهِ فِي رِضَا اَلْوَالِدَيْنِ, وَسَخَطُ اَللَّهِ فِي سَخَطِ اَلْوَالِدَيْنِ

“Ridho Allah SWT. ada pada ridho kedua orang tua dan kemurkaan Allah SWT. ada pada kemurkaan orang tua.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Hibban, Hakim)

Dengan tangan gemetar Yara membubuhkan tandatangannya di atas materai, air matanya luluh membanjiri pipi tirus Yara.

"Terima kasih, saya akan hubungi kamu kembali...!"

Ucap Amira, sembari memasukkan surat perjanjian itu ke dalam tas. Lalu Amira pergi meninggalkan Yara yang tengah frustasi.

"Ya Allah bagaimana mungkin aku menikah dengan orang yang tak pernah aku kenal..!"

Ucapnya lirih.

Terpopuler

Comments

NEYSA

NEYSA

sedih bgt

2023-01-08

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!