BAB 4

Jalan hidup Yara Ibarat benih kecil yang tau, bahwa untuk tumbuh itu harus jatuh ke tanah yang kotor, tertutup dalam kegelapan dan berjuang untuk mendapatkan cahaya. Hidupnya akan selalu melewati sebuah terowongan gelap, untuk itu ia perlu memastikan bahwa cahaya hatinya tidak boleh padam sedetikpun.

Yara duduk termenung di koridor rumah sakit. Gadis itu tampak muram, matanya sembab wajahnya kusut. mukanya ia tenggelamkan di atas lutut yang tertekuk. Batinnya menagis atas apa yang menerpanya, Yara benar benar tenggelam dalam keheningan.

"Buk Yara...! ibu Hana sudah siuman..!"

Ucap suara lembut itu memecahkan keheningan. Yara menengadah menatap pemilik suara lembut itu.

"Benarkah sus..?"

"Iya ibu..! ibu sudah bisa melihatnya..!"

Ucap suster itu lagi.

"Alhamdulillah...! terima kasih sus..!"

Yara tak menunggu jawaban suster, ia tak sabar ingin menemui ibunya. Ia buka pintu itu dengan sedikit kencang. Lalu berlari mendekati ranjang Hana.

"Ma..! mama sudah sadar..?"

Ucap Yara bahagis.

"Iya sayang, sebenarnya mama kenapa nak...kenapa kondisi mama seperti ini...?"

Yara terdiam ia takut kondisi ibunya makin memburuk jika beliau mengetahui penyakitnya.

"Mama hanya butuh istirahat ma, maag mama kambuh...! mama gak usah mikir yang macem macem ya ma..!"

Hana mengangguk sembari tersenyum kepada putri semata wayangnya. Sementara Yara merasa berdosa telah membohong Hana.

Ditempat yang berbeda, sepasang suami istri tengah menghabiskan waktunya berdua. Erlangga dengan manjanya tidur di pangkuan Amira. Pria itu begitu menikmati belayan jemari amira di setiap helayan ranbutnya. Dengan lembut jemari Amira terus bermain liar di kepala Erlangga. Wanita itu tampak sedang merayu manja suaminya.

"Maaas..!"

"Heee..m!"

Sahut Erlangga dengan gumaman saja.

"Maaaa...sss!"

Panggil Amira lagi lebih manja.

"Apa sayang...?"

Sahut Erlangga sembari mengecup lembut jemari lentik Amira.

"Mas, aku ada kabar baik untuk kamu..!"

Ucapnya sedikit berbisik di daun telunga Erlangga. Tentu saja perbuatan Amira membangunkan sesuatu di ruang yang pengap.

"Jangan macem macem sayang..!"

"Kok macem macem sih..!Aku serius..maaas"

Sahut Amira dengan terus memainkan jemarinya yang semakin liar.

"Serius apa...!"

Sahut Erlangga dengan suaranya yang parau.

"Aku serius ada kabar baik..?"

Ucap Amira sembari mengcup kening suaminya.

"Apa..?"

Sahut Erlangga tak begitu open.

"Aku sudah menemukan perempuan yang siap mengandung anak kita..!"

Ucap Amira semangat. Mendengar ucapan Amira, Erlangga langsung bangkit dari pangkuan Amira. Pria itu menatap tak percaya pada istrinya.

"Kamu jangan bercanda sayang..!"

"Aku gak bercanda maaas...!"

"Aku gak mau..!"

Sahut Erlangga tegas.Amira menatap Erlangga kecewa.

"Bukannya kita sudah menyepakati ini mas..! Kenapa kamu mengingkarinya..?"

"Aku gak mau nyakiti kamu sayang..!"

Tegas Erlangga pada Amira.

"Aku hanya ingin anak dari rahimmu..!"

Ucap Erlangga lagi. Amira terdiam matanya mulai berkaca.

"Kamu lupa mas..! Aku gak bisa memberimu keturunan...aku mandul masss...!"

Amira berucap denga isakan.Erlangga tak kuat melihat air mata wanita yang sangat ia cintai. Dengan penuh kasih sayang Erlangga membawa Amira dalam dekapannya.

"Uuuu...sss jangan menangis..!Maafkan mas...sayang! mas tak bermaksud menyakitimu..!"

Erlangga berucap sembari menghapus bulir bening di pipi putih Amira.

"Aku mohon mas, kita jalankan rencana awal kita..!"

Amira terus membujuk suaminya.

"Aku juga begitu merindukan bayi mungil di rumah ini mas..hanya kamu yang bisa mewujutkan impianku itu..!"

Erlangga terdiam, sembari menatap temaram lampu kota.

Pria itu tak kuasa melihat kesedihan sang istri, bagi Erlangga kebahagiaan Amira diatas segalannya.

"Mas...apa kamu mendengarkanku..?"

Tanya Amira lirih.

"Baiklah, tapi aku gak mau menikahinya..!"

Pinta Erlangga tegas. Amira terkejut dengan ucapan suaminya itu.

"Gak bisa gitu mas, wanita itu mau meminjamkan rahimnya dengan syarat kamu harus menikahinya, agar hubungan kalian sah di mata agama..!"

Ucap Amira mencoba menjelaskan.

"Kalau begitu cari wanita yang mauku hamili...! bereskan..?"

Sahut Erlangga enteng. Amira mulai frustasi dengan pemikiran suaminya itu.

"Jangan gila kamu mas, kamu mau punya keturunan dari cara yang tak benar..!"

Sahut Amira kesal.

"Aku tidak perduli..! aku gak mau menyakitimu dengan menikahi wanita lain!"

Sahut Erlangga mencoba merubah pemikiran istrinya itu.

"Tidak mas, aku tidak apa..ini kemauanku, aku siap dengan konsekuensinya..!"

Erlangga tak tau bagaimana lagi, cara menghadapi keras kepala istrinya itu.

"Aku gak bisa...jangan paksa mas...!"

"Mas..! ini demi kebahagiaan kita berdua..!, kamu cukup menikahi dia dengan nikah sirih, setelah perempuan itu malahirkan anak kita, kamu bisa meninggalkan dia, dia sudah menyetujui semua persyaratan yang aku buat mas..!"

Erlangga kembali terbelalak mendengar ucapan istrinya itu.

"Kamu egois sayang, kita gak bisa mempermainkan kehidupan orang lain, hanya untuk kepuasan hati kita sendiri...!"

Ucap Erlangga tak setuju dengan pemikiran Amira.

"Mas, aku mohon...apa kamu tak ingin mempunyai keturunan darah dagingmu sendiri..?"

Erlangga terdiam hatinya mulai bergejolak. Namun pria itu masih berusaha berpikir waras. Cukuplah istrinya saja yang berpikiran konyol.

"Jangan paksa mas menjadi orang jahat, Sayang..!"

"Tidak mas, kita tidak merugikan dia, dalam perjanjian ini kita sama sama diuntungkan..!, aku mohon mas, penuhi impianku..!"

Amira terus mempengaruhi pikiran Erlangga, wanita itu tuba tiba merosot berlutut memohon pada sang suami, dengan wajah memelas Amira menatat Erlangga, berharap pria itu luluh. Erlangga terdiam, Pria itu menatap lekat istrinya, Ia memejamkan mata hitamnya sejenak. Dengan perasaan yang hancur erlangga berucap pada istri tercinta.

"Bangunlah..! mas akan turuti kemauanmu...!"

Erlangga ber ucap sembari membangunkan istrinya.Dengan hati tertekan Erlangga akhirnya memenuhi kemauan Amira. Sementara Amira yang mendengar ucapan Erlangga tersenyum puas. Ia langsung memeluk Erlangga, ia tersenyum di balik bahu kekar suaminya. Dengan perasaan yang tak menentu Erlangga melepas pelukan Amira, lalu pria itu pergi meninggalkan istrinya.

Sementara Amira tak perduli dengan perasaan suaminya. Dengan wajah sumringah wanita itu segera menghubungi Yara.

Henpon yara berdering, Gadis itu segera mengangkat sambungan telponnya.

"Assalamualaikum..! maaf dengan siapa saya..!"

Yara dengan sopan menyapa si penelpon. Namu si penelpon dengan angkuhnya memotong ucapan Yara.

"Saya Amira! Jika ibumu mau segera di oprasi, maka besok pagi kamu sudah harus menikah dengan suamu saya..!"

Ucap Amira menekan gadis dua puluh lima tahun itu.Yara yang mendengar hal itu langsung pucat pasih, serasa tubuhnya tak berdarah.

"Kamu dengar saya..!"

"Iii...iya bu, saya mendengarnya..!"

Jawab Yara tergagap.

"Bagus..! besok jam tujuh pagi, saya jemput kamu, tunggu saya di halaman rumah sakit..! Kamu paham..?"

"Ba..ba..baik buuu..!"

Yara berucap sembari menahan tangisnya. Tubuhnya gemetar ia bersandar di tempok, namun kakinya tak kuwat menopang tubuhnya, seluruh tulangnya serasa lumpuh, tubuh gadis itu merosot ke lantai, Yara menangis sejadi jadinya, untuk meluapkan beban hidup yang harus Yara tanggung. Batinnya menjerit, siapa yang perduli dengan kesulitannya hanya Allah yang dengan sempurna memahami keluh kesah yang Yara tanggung.

Terpopuler

Comments

LISA

LISA

Sedih bgt bacanya..Tuhan kuatkan Yara..

2022-11-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!