RAHIM KONTRAK
Yara Harisman seorang gadis ayu dengan hijab syar'inya ia terlihat anggun dipandang mata. Walau berasal dari keluarga sederhana, keluarganya begitu mementingkan pendidikan. Yara jebolan salah satu pondok pesantren ternama. Sejak umur dua belas tahun gadis itu mendapat gelar hafizah. Tak hanya itu, gadis dua puluh lima tahun itu juga lulusan universitas ternama di ibu kota dengan nilai cum laude. Saat ini ia bekerja disalah satu perusahaan terbesar di Indonesia sebagai setaf keuangan di perusahaan. Ia menjadi salah satu karyawan terbaik.Pribadinya yang santun membuatnya banyak disukai rekan kerjanya.
Ia bekerja di bawah kepemimpinan Erlangga. Erlangga adalah pemilik perusahan tunggal, ia memiliki istri yang cantik bernama Amira. Dari segi fisik tak terlihat sedikitpun kekuranga Amira.Mereka sepasang suami istri yang sangat sempurna.
Di hari ahad Yara tersenyum getir menatap sebuah kamar yang bertuliskan ruang observasi. Di depan pintu bercat putih, Yara berdiri tak bergeming menatap sendu pada wajah keriput yang tampak memucat. wanita yang sangat ia sayangi tengah terbaring lemah di atas ranjang kematian. Alat alat penopang nyawa tertempel di setiap tubuhnya waninta paruh baya itu.
Dengan lembut Yara mengusap kulit keriput jemari Hana.
"Maa..bangun lah...! jangan diam seperti ini...Yara takut ma..!"
Isakan tangis gadis dua puluh lima tahun itu terdengar pilu. Ini tak kali pertamanya Hana tak sadarkan diri. Saat ini Yara tengah menunggu hasil pap smear sang ibu. Setelah hasilnya keluar barulah Yara mengetahui penyakit yang diderita ibunya.
Pimtu berderit, menunjukkan ada seseorang di sana.
"Permisi...!"
Ucap salah satu perawat rumah sakit.
"Iya sus..silahkan masuk..!"
Sahut Yara lembut.
"Maaf bu, Yara. Dokter ingin bertemu dengan anda, ada hal yang harus dibicarakan."
Jelas seorang perawat pada Yara.
"Baik sus, saya akan segeran menemui dokter..!"
"Ma..! Yara tinggal sebentar ya...!"
Gadis itu berbisik sembari mengecup kening ibunya. Sampai di ruang dokter Yara menatap dokter penuh tanya.
"Silalkan duduk..!"
Pinta Dokter Dwi ramah.
"Terima kasih dok. Apa hasil pemeriksaan mama sudah keluar dok..?"
"Alhamdulilah sudah buk Yara."
"Apa hasilnya dok..?"
Tanya yara tak sabar.
"Ibu tenang dulu, biar saya jelaskan hasil dari pemeriksaan
pap smear tempo hari"
Ucap dokter Dwi menenangkan.
"Begini ibu, dari hasil pemeriksaan pap smear, menunjukkan hasil positf dalam rahim buk Hana terdapat perkembangan sel secara abnormal. Karna hasilnya positif maka harus dilakukan pemeriksaan biopsi. Dari hasil pemeriksaan biopsi itu kita bisa mengdiagnosis penyakit buk Hana dengan tepat. "
Jelas dokter Dwi dengan gamblang.
"Baik dok..lakukan yang terbaik..!"
Ucap Yara terisak.
"Buk Yara jangan bersedih, ibu harus terlihat tegar di depan buk Hana, Berikan buk Hana kekuatan..! bantu doa semoga hasilnya baik baik saja , ya....!"
Dokter Dwi memberi nasehat pada Yara. Yara mengangguk gadis itu tak sanggup berkata apapun. Yara kembali keruang inap Ibunya. Di sana terlihat ibunya sudah siuman, para perawat mondar mandir memberikan obat.
"Mama udah bangun..?"
Tanya yara bahagia.
"Ia nak..! kenapa mama ada di sini nak..?"
Tanya Hana tampak bingung.
"Kemarin mama pingsan ma, Mama jangan hawatir ya, kata dokter mama kecapean..!"
Ucap Yara menenangkan mamanya.
"Maafkan mama sayang, mama jadi menyusahkanmu..!"
Ucap Hana merasa bersalah.
"Tidak ma, mama sama sekali tidak merepotkan Yara, Yara senang bisa rawat mama..!"
Gadis itu berucap sembari memeluk tubuh pucat ibunya. Hanapun dengan lembut membalas pelukan hangat sang putri semata wayangnya itu.
Setelah seminggu Hana di rawat di rumah sakit terbesar di tempatnya tinggal, akhirnya Hasil pemeriksaan biopsi Hana keluar.
Dokter Dwi kembali memanggil Yara.
"Bagai mana dok dengan hasil pemeriksaan mama..?"
Yara tak sabar, iya ingin yang terbaik untuk ibunya.
"Maafkan saya bu Yara, saya harus menyampaikan kabar yang kurang baik, dari hasil pemeriksaan biopsi yang dilakukan, bu Hana mengalami kangker serviks stadium 2B. Untuk proses penyembuhannya harus dilakukan oprasi dan radiasi"
Yara Terdiam gadis itu membeku di hadapan dokter Dwi. Gaadis itu menutup mulutnya agar tangisnya tak pecah, melihat kesedihan Yara, dokter Dwi memeluk gadis dua puluh lima tahun itu.
"Yang sabar bu Yara, kita akan lakukan yang terbaik untuk ibu Hana..!"
Ucap dokter Dwi meyakinkan keluarga pasien.
"Jadi dok kapan mama bisa dilakukan oprasi..?"
Tanya Yara dengan terisak.
"Minggu depan kita sudah harus lakukan tindakan, nanti akan saya jadwalkan secepatnya. Jika terlambat akibatnya vatal..!"
Jelas dokter Dwi pada Yara.
Yara melangkah gontai sembari terus menatap hasil leb yang dokter Dwi serahkan.
"Ya Allah, dari mana aku mendapatkan uang sebanyak itu, untuk biaya obrasi mama...!"
Dengan tangan gemetar Yara memegang handle pintu ruang inap Hana. Gadis itu rasanya tak sanggup untuk melihat wajah ibu tercinta. Segera ia simpan kertas putih itu agar ibunya tak sedih. Yara mendekat pada sang ibu memeluk erat tubuh ringkih itu. Hana berucap lirih pada sang putri.
"Ada apa sayang..? kenapa menangis...?"
Tanya Hana ingin tau. Yara menggeleng.
"Maafkan Yara ma..! Yara belum bisa jadi anak yang baik untuk mama..!"
"Tidak sayang, kamu putri terbaik mama..!"
Sahut Hana memuji putrinya.Hana tersenyum getir tangisnya pecah dalam hati.
Pagi ini Yara berangkat lebih awal, ia ingin menemui atasannya.Gadis itu berharap pak Erlangga mau membantunya. Setelah pukul tujuh gadis itu sudah sampai di depan ruangan atasannya. Ternyata pria itu sudah datang lebih awal. Yara memberanikan diri mengetuk ruangan Erlangga.
"Permisi pak...!"
Ucap Yara minta izin.
"Iya, silahkan masuk, Ra..!"
Yarapun masuk ia berdiri sembari menundukkan pandangannya.
"Maaf pak, jika saya lancang. Saya menghadap bapak, karna saya ingin meminta pertolongan bapak..!"
Ucap Yara gemetar.
"Apa yang bisa saya lakukan untuk kamu..?"
Erlangga mencoba mengorek Yara.
"Saya..saya..!"
Suara Yara terbata, belum sempat berucap air matanya sudah luluh membanjiri pipi tirusnya.
"Ada apa..kenapa kamu menangus..?"
Tanya Erlangga hawatir
"Pak, orang tua saya sakit, jika bapak tidak keberatan, saya mau meminjam uang kantor sebesar seratus lima puluh juta"
Erlangga menatap Yara lekat lekat.
"Maafkan saya, bukan saya tidak percaya pada kamu, tapi uang segitu cukup banyak Ra, pinjamanmu yang bulan lalu saja belum terselesaikan..!"
Sahut Erlangga keberatan.
"Saya janji pak, saya akan bekerja lebih keras lagi untuk mencicil hutang-hutang saya, saya mohon pak...!"
Yara tampak memelas di hadapan atasannya.
"Saya hanya bisa memberimu pinjaman tiga puluh juta..!"
Jawab Erlangga penuh pertimbangan.
"Terima kasih pak..! Saya permisi!"
Yara pergi meninggalkan ruangan atasannya.Ia kecewa dengan jawaban Erlangga, Yara semakin sedih. harus kemana lagi ia mencari uang sebanyak itu.
Saat keluar Yara berpapasan dengan wanita cantik yang Yara tak tau itu siapa. Wanita cantik itu terlihat memasuki ruangan pak Erlangga.
"Siapa dia mas..?"
Tanya wanita cantik itu yang bernama Amira.
"Dia Yara, staf keuangan"
Jawab Erlangga sembari memeluk tubuh langsing Amira.
"Kenapa dia keruangan kamu..?"
Amira mulai mencari tau tentang gadis ayu itu. Erlanggapun menceritakan tentang keadaan Yara.
"Sepertinya dia gadis baik mas..?"
Tanya Amira menyelidik.
"Iya, dia gadis yang baik, dia salah satu karyawan berprestasi di kantor kita, sayang..!"
"Oh ya..!"
"Heem..!"
Ucap Erlangga bergumam, sembari memeluk Amira dari belakang. Sementara Amira tersenyum menyeringai mendengarkan informasi dari suaminya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
LISA
Aq mampir Kak
2022-11-26
0