"Ma-ss, ayo kita pu-lang!"
"Kamu itu kenapa, Nay? Kamu tidak rindu aku?" Gadis cantik yang sesungguhnya Qinara itu bergeming. Qinara adalah adik Kanaya, dua kakak beradik berjarak usia 18 bulan itu memang memiliki kemiripan wajah sempurna, hanya Kanaya lebih tinggi dari Qinara.
"Ma-s ... mas sa-lah, aku bukan----
"Kalau sedang makan jangan banyak bicara, ayo habiskan es krimmu, setelah ini kita cari makan. Kamu harus menjadi guide untukku!"
"Ma-s ta-pi----
"Aku hanya punya waktu setengah jam lagi. Setelahnya ada pertemuan dengan klien, jadi jangan menolak!" Qinara merasa tak ada tidak ada pilihan, ia mengangguk.
Ahh, setengah jam saja, setengah jam aku berpura menjadi kak Naya juga tidak akan masalah. Toh aku sudah berusaha menjelaskan, tapi mas Saga selalu menyela. Jadi seperti ini sikap Mas Saga jika bertemu kak Naya. Mengapa setiap laki-laki tampan suka kak Naya, padahal aku kan juga baik, aku juga sudah dewasa! Wajah kami juga mirip! Mas Sa-ga, aku tidak menyangka mas Saga setampan i-ni, dia sangat perhatian. Sepertinya aku suka mas Saga, senyumnya itu manis, terlihat sekali ia lelaki yang menyenangkan. Daripada aku memupuk rasa pada mas Irsya namun ia lebih suka kak Naya, lebih baik aku dekat dengan mas Saga saja.
"Ahh ... sakit!" Qinara kaget hidungnya tiba-tiba terasa sakit, ternyata Saga mencubit hidungnya.
"Disuruh makan malah melamun! Dilarang melamun jika bersamaku! Es krimnya sudah meleleh, buang saja! Ayo ikut!"
"Hah?" Qii masih bergeming menatap Saga yang berkarakter sulit dibantah inginnya. Tiba-tiba Saga duduk lagi.
"Coba lihat ponselmu!"
"Pon-sel?"
"Iya, sini berikan padaku ponselmu aku mau lihat!" Qii bergeming sesaat tapi ia memberi juga ponselnya. Saga terlihat menggulirkan jarinya pada layar 6 in sambil tersenyum-senyum.
"Mas li-hat apa?"
"Lihat galeri!"
"Ah jangan Ma-s!"
"Rambutmu panjang seperti saat kecil, cantik! Mana foto kekasihmu? Mengapa hanya ada foto dirimu saja di sini!" Qinara terdiam.
"Belum ada kekasih?" Qinara mengangguk.
"Bagus, lelaki yang jadi kekasihmu harus aku seleksi dulu!" Tiba-tiba ponsel Saga berbunyi.
"Lho mengapa nomermu beda dari yang ada di kontakku?" Ya, Saga baru saja menekan panggilan ke ponselnya dari ponsel Qinara, ia bingung nomor Kanaya berbeda.
"Ini nomor----
"Mas ... sebenarnya aku----
"Nomormu yang lain?" sela Saga, Qinara bergeming.
"Baik aku save nomermu yang ini saja, ya! Nomermu yang lama aku delete. Aku tidak suka banyak nomor double." Qinara masih bingung Saga bersikap sekehendaknya.
"Ini simpan ponselmu, ayo kita cari makan! Aku lapar! Dimana bakulan nasi goreng seafood yang enak? Kamu masih suka menepikan udang ke tepi, kan?"
Ya, menepikan udang ke tepi adalah kebiasaan Kanaya saat kecil. Ia senang menghabiskan semua nasi goreng terlebih dahulu baru memakan udang yang sudah dikumpulkan di tepi. Kebiasaan itu menurun dari Dimas sang ayah kandung.
"A-ku suka sop iga." Kata itu spontan terucap.
Sesaat Saga kaget, ia menatap lekat Qinara. Sejujurnya Saga merasa aneh, tapi setelahnya ia sadar waktu tentu dapat merubah kebiasaan seseorang. "Oh, jadi kamu sekarang lebih suka sop iga. Enak juga itu. Ayo kita cari!"
________________
"Permisi, Pak! Pak Saga!"
"Eh."
Panggilan mengaburkan angan Saga, seorang lelaki dengan seragam security masuk ke ruangannya. Saga tersenyum getir pekerja di kantornya memergoki dirinya tengah melamun.
"Ada apa, Ron?" tanya Saga pada Imron.
"Maaf, Pak ... ini hampir jam 6. Saya memastikan saja soalnya tumben akhir pekan begini biasanya Bapak pulang jam 5," kata Imran. Mata Saga membulat, ia melihat pantulan analog di lengannya dan kaget.
Ternyata aku melamun cukup lama. Ahh ... padahal aku ada janji bertemu Naya jam 7. Oh oke, masih ada waktu.
"Pak!"
"Oh iya, ini saya baru mau pulang. Terima kasih sudah mengingatkan," ucap Saga. Imron mengangguk.
Saga mengemudikan mobil sport miliknya dengan penuh semangat. Lima bulan belakangan ini setiap akhir pekan ia memang selalu rutin bertemu Qinara yang disangkanya Kanaya sang adik. Bagaimana lagi, Qinara memang tinggal di Bandung. Saga sering ingin bersilaturahmi dengan keluarga Dimas di Bandung dan bertemu gadis yang menurutnya adalah Kanaya, tapi Qinara selalu menolak. Qinara selalu beralasan agar Saga tidak datang atau identitas aslinya akan terbuka.
Jalanan kota Jakarta di akhir pekan ini lumayan padat, sosok-sosok muda sepertinya kompak menghabiskan waktu menyusuri kota. Pukul 18: 40, akhirnya mobil Saga masuk ke pelataran sebuah apartemen. Saga memang mengambil sebuah apartemen mewah di bilangan Jakarta Barat. Ia pun segera bergegas membersihkan diri, baru setelahnya bersiap menemui Qinara.
Pukul 19:15 Fortuner Saga sudah berpindah tempat. Sama-sama berada di pelataran sebuah apartemen, tapi tempatnya kini berganti. Ia sudah berada di tempat tinggal Qinara selama weekend, dimana lagi kalau bukan di apartemen Mayra, kakak pertamanya yang sudah menikah dan kini tinggal di luar negeri bersama suaminya hingga apartemen itu kosong.
Qinara memang empat bersaudara, Mayra kakak pertama, Kanaya kakak kedua, Dirga saudara kembar Kanaya kakak ketiga, dan dirinya menjadi anak keempat. Belum lagi kini Qinara juga memiliki adik yang masih bayi bernama Noa, anak hasil pernikahan kedua ayahnya lantaran sang ibu kandung telah meninggal.
Pintu diketuk, tak berselang lama gadis muda dengan celana jeans dan sweater yang dipadu dengan pasmina keluar. Saga selalu senang menatap wajah itu, seperti biasa ia langsung saja menahan wajah Qinara dan mencium gemas kening Qinara yang selalu disangka Kanaya. Qinara tersenyum senang.
"Mas Saga tumben lama sih datangnya," kata Qinara yang mulai terbiasa memakai identitas kakaknya. Menurut Qinara, kakaknya Kanaya tidak akan tahu, toh kakaknya itu tinggal di Cikarang menjaga opanya, jauh dari kotanya.
Keduanya masuk menuju ke sebuah Mall dan masuk ke gedung bioskop. Film bergenre horor dipilih Saga sesuai kesukaan Qinara, keduanya tampak serius melihat lakon di layar besar itu. Berkali-kali Saga menatap pancaran sang adik, ia senang melihat wajah itu, ia senang sang adik terlihat menikmati film yang mereka pilih.
"Aaaa!!"
Pekikan Qinara dan para penonton dalam ruang hitam itu terdengar begitu nyaring saat di layar muncul tiba-tiba wanita dengan wajah rusak. Saga tersenyum melihat gadis di sampingnya memeluk erat lengannya sebab merasa takut.
"Hmm ... tadi katanya berani, kenapa sekarang malah sembunyi!" Saga senang meledek adiknya itu.
"Wajahnya sangat mengerikan, Mas!"
"Nay Nay ... kamu itu lucu setiap kita nonton selalu merasa takut, tapi selalu minta menonton genre horor lagi!"
"Aku suka yang menegangkan, Mas," ucap Qinara mengangkat wajahnya dari lengan Saga dan menonton lagi.
Satu jam berlalu, film pun usai. Keduanya menelusuri Mall setelahnya. Saga yang melihat tempat kesukaan Kanaya semasa kecil tanpa aba-aba menarik lengan Qinara masuk ke ruangan dengan dinding kaca dan banyak dipajang banyak buku. Qinara memberengut. Kanaya memang sangat suka membaca, tapi tidak dengan Qinara.
"Mas, kenapa ajak aku ke sini? Aku tidak suka membaca!"
"Bukannya dulu waktu kecil ini adalah tempat favoritmu?" lugas Saga. Qinara tersenyum getir. Ia dengan cepat merevisi ucapannya.
"Eh i-ya, memang toko buku adalah tempat kesukaanku, Mas. Tapi hari ini aku sedang pening dengan berbagai tugas kampus. Sementara aku akan bermusuhan dengan buku!" lugas Qinara.
Nay, Nay ... kamu itu lucu. Kata-katamu barusan seolah buku seperti manusia saja pakai acara bermusuhan.
"Mas, kok bengong sih? Kita ke Kafe di atas saja, yuk! Dengar live music!"
"Hmm ... boleh."
Di Kafe keduanya terus berbagi cerita mengenai aktivitas yang mereka lakukan sepekan ini diiringi lagu jazz klasik. Qinara tampak terus menggoyangkan tubuhnya. Qinara memang menyukai musik.
Beberapa saat berlalu, melihat jam sudah menunjukkan pukul 22:15, Saga mengajak Qinara pulang. Suasana jalan mulai lenggang. Saga melajukan mobil landai sambil terus tersenyum melihat Qinara yang sudah terlelap padahal belum lama keduanya baru memasuki mobil.
Mobil sport Itu berhenti, bangunan apartemen sudah menjulang di hadapan keduanya tetapi Saga masih tak tega membangunkan adiknya yang tertidur. Ia mengusap kepala sang adik, wajah itu sangat polos saat tertidur.
Aku senang kamu tumbuh menjadi gadis periang, Nay. Kamu seolah gadis berbeda, tapi aku senang kamu tidak kesulitan hidup selama ini. Jujur sebelum kita bertemu lagi, aku takut kamu masih sedih mengingat perpisahan masa lalu itu, tapi nyatanya itu tidak terjadi. Kamu sehat dan terlihat begitu bahagia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
Moms Rafialhusaini 🌺
qinara kamu tega yah bohongin mas Saga
2023-01-17
0
Munce Munce
mas saga kaya cwe aja cerewetnya minta ampun..,
2022-12-19
0
Munce Munce
saga kamu jngn menyesal klau tahu bahwa yg di depan kamu bukan Kanaya..,,
2022-12-19
0