...Di lembah dosa...
...“Aku tidak akan mengecewakanmu, Ayah!”...
“Sebaiknya mencari sumber air dulu sebelum aku kehabisan tenaga, tidak disangka lembah dosa ternyata tempat yang seperti ini.”
Heaven berjalan cepat mencari sumber air. Dia menebas semak belukar dan ilalang yang tinggi dengan pedangnya untuk membuat jalan dan terhindar dari ular.
Dengan kemampuannya merasakan angin ia dapat dengan mudah menemukan sumber air.
“Ternyata benar di sini!” serunya saat melihat sebuah sungai cukup besar dengan air yang jernih. Ikan dan dasar sungai bahkan terlihat dengan jelas.
Dia melompati beberapa batu sungai yang besar kemudian membungkuk dan melihat ke dalam air.
“Hai tampan!” sapanya saat melihat pantulan diri dari permukan air yang sebening kaca itu.
Berpose dengan gaya yang aneh-aneh sambil bergumam “Aku tampan, aku tampan”.
“Ekhem, baiklah sudah cukup main-mainnya,” Monolog bijaknya pada diri sendiri.
Heaven kemudian berjalan menyisir ke hulu sungai, jika firasatnya tidak salah, maka tak lama lagi ia akan bertemu dengan air terjun yang merupakan sumber dari air sungai ini.
Gemericik suara air terjun terdengar semakin jelas dan benar saja, di depan sana tampak air mengalir mengisi celah-celah batu besar hingga ke hilir.
Tinggi air terjun ini bahkan hampir menyamai menara lonceng milik kota SkyDray!
Yang artinya, tingginya mencapai hampir 900 meter dengan lebar 3 meter. Sayangnya air terjun ini tidak terlalu deras, wajar saja jika air sungai yang ditemui Heaven sebelumnya cukup dangkal.
Dia melompat ke atas batu yang berada di sisi kiri badan air terjun.
Melihat kondisi sekitar yang sangat rimbun memungkinkan hewan buas dan makhluk lainnya datang.
Meski sejak tadi Heaven tak melihat hewan berkeliaran di hutan ini bahkan burung sekalipun, dia hanya melihat ikan-ikan sungai yang ditemuinya sebelumnya dan bentuknya cukup aneh.
Bersirip lebar dengan mata pucat dan sirip ekor yang lebih menyerupai buntut berujung runcing.
Jika mendengar cerita dari orang yang pernah datang ke sini, Lembah Dosa bukanlah tempat biasa.
Menurut legenda, Lembah Dosa adalah tempat pengasingan bagi dewi bulan yang telah melanggar larangan karena telah jatuh cinta pada manusia.
Namun tidak ada yang tahu tentang kebenaran itu, itu hanya cerita yang diwariskan turun-temurun.
“Sebuah gua? Dibalik air terjun?” ucapnya heran saat melihat hal itu.
Didorong rasa penasaran yang besar akhirnya rasa takut itu kalah. Heaven masuk setelah membuat obor dari ranting kayu kering yang ujungnya dililit dengan kain.
Di dalam sangat gelap, hanya ada cahaya remang dari luar air terjun, hawanya dingin dan agak lembab.
Sepatu kulitnya menjadi sedikit basah, temperatur yang sangat berbeda membuatnya seakan tempat ini adalah dunia lain.
Heaven tidak tahan untuk tidak bergidik. Apakah ia akan bertemu dengan hantu? Atau roh jahat? Bulu halus disepanjang lengannya semakin sensitif dengan udara.
Namun semakin masuk ke dalam tanahnya semakin kering, meski hawa dinginnya tetap tak berubah.
Heaven hanya mengandalkan satu obor yang dipegang tangan kanannya untuk memindai sekitar.
Seketika ada perasaan bersalah di dalam dirinya, bayangan saat-saat ia mencuri dan menggangu orang-orang menyergap alam bawahnya.
Raut penderitaan dari mereka, wajah kekecewaan ayahnya dan juga Harumi yang menjauhi dan membencinya.
Heaven menjatuhkan obornya karena hal barusan.
“Serangan jiwa?!” Tangannya memegangi kepalanya yang berdenyut.
“Memang pantas disebut Air Terjun penyesalan.”
Heaven bangkit dan mengangkat obornya dari tanah, kembali berjalan masuk setelah kendali pada tubuhnya kembali normal.
Semakin masuk ke dalam suasananya semakin gelap, entah sudah berapa lama ia berada di dalam sini untuk memeriksa.
Diluar mungkin sudah gelap dan badannya juga sudah letih, harus segera mencari tempat untuk istirahat.
“Huh, kukira akan mendapat harta karun di tempat ini.”
Heaven hendak berbalik untuk kembali sebelum matanya menangkap pemandangan luar biasa.
Sebuh danau di dalam gua yang berada di balik air terjun. Tentu bukan hal biasa! Atau hanya kebetulan?
Heaven berjalan mendekat.
Cekungan yang berisi air itu kecil, hanya berdiameter sekitar 6 meter dengan tepiannya yang ditumbuhi rumput dan bunga liar tanahnya juga ditutupi lumut hijau.
Di tengahnya terdapat pantulan bulan penuh dari atas langit-langit gua yang berlubang, lubangnya cukup besar entah apa penyebabnya.
Heaven menatap dirinya dari pantulan permukaan air yang jernih, itu adalah air terjernih yang pernah dilihatnya.
Tapi tiba-tiba dia merasakan adanya tarikan magis yang membuatnya ingin menceburkan diri ke dalam kolam.
Saat tangannya menyentuh permukaan air, bayangan bulan yang berada tepat ditengah-tengah kolam itu beriak dan berubah menjadi pusaran air yang menariknya masuk ke dalam danau.
Air di dalam kolam terasa dingin menusuk sampai ke tulang sumsum-nya, gelembung udara keluar dari mulut dan hidungnya.
Kesadarannya terenggut sepenuhnya saat matanya sayup-sayup menanggkap cahaya menyilaukan menelannya.
“Uhuk-uhuk!” Heaven terbangun di pinggir kolam dengan pakaian basah, tasnya berada disampingnya.
Matanya menatap sekitar dengan curiga, ini bukan di dalam gua tadi!
Tapi kolam di depannya memang mirip, hanya ada beberapa perbedaan kecil.
Seperti pinggiran kolamnya yang ditumbuhi anggrek berwarna ungu dan jalan setapak yang menuju kolam yang terbuat dari bebatuan yang menyatu dengan tanah.
Juga sebuah pondok kecil lengkap dengan meja dan kursi yang terbuat dari kayu yang telah dipoles halus beatap rumbai.
“Ini ... dimana?”
Dia bangkit dari duduknya setelah mengeringkan bajunya dengan angin yang dikendalikannya. Tapi rasanya kini ia masuk angin!
Tempat ini terlalu menawan untuk sesuatu yang berada di Lembah Dosa.
“Apa ini alam nirwana? apa aku sudah mati?!”
Heaven dengan panik meraba tubuhnya sendiri, mencubit dengan kuat pipinya hingga memerah dan rasanya seperti terbakar.
Heaven masih terus mencubiti dirinya sendiri hingga sebuah suara mengagetkan-nya.
“Selamat datang!”
Dia menoleh ke sumber suara dan melihat seorang laki-laki dengan kulit putih seperti salju sedang duduk diatas pohon.
Matanya kuning keemasan dan berkilau dengan rambut panjang sebahu berwarna perak pucat.
“Siapa kau?” Heaven tidak tahan untuk tidak bertanya, aura yang dipancarkan orang itu sedingin es tapi juga hangat di waktu bersamaan.
“Panggil saja aku Wira,” jawabnya sambil melompat turun dari pohon, berjalan menghampiri Heaven yang semakin waspada.
“Tidak perlu waspada begitu, bagaimanapun ini tempatku.”
Dia benar, bagaimanapun jika dia memang berniat jahat pasti sudah sejak awal melakukannya saat Heaven masih pingsan.
“Ini tempatmu berarti kau bisa menjelaskan apa yang terjadi, kan?”
Heaven bertanya dengan nada sarkasme seperti biasanya. Sementara Wira hanya tersenyum menanggapi sikapnya itu.
“Kau pasti ingin bertanya mengapa kau bisa berada di sini dan juga soal kolam di dalam goa itu kan?”
Wira berjalan menuju graha kecil di dekat mereka dan Heaven membuntutinya.
Mereka duduk mengitari meja, yang awalnya kosong tiba-tiba penuh dengan makanan lezat dan botol anggur.
Aromanya membuat perut Heaven memberontak.
“Silahkan, jangan sungkan. Aku akan jelaskan sembari kita makan.”
“Baiklah, aku tidak akan sungkan lagi. Selamat makan!”
Heaven dengan cepat menyambar ayam bakar dengan bumbu rempah yang kuat itu, aromanya sangat harum!
“Kau tidak takut kalau itu beracun?” Pertanyaan Wira barusan membuat Heaven berhenti mengunyah, matanya melotot dengan raut wajah bodohnya yang alami!
Wira yang melihat Heaven seperti itu tak kuasa menahan tawanya.
“Hahaha, hanya bercanda! Jangan khawatir aku juga makan nih!”
Untuk meyakinkannya, Wira mengambil paha ayam yang sama dengan milik Heaven dan mulai melahapnya.
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments