Pagi ini hujan kembali mengguyur ibu kota, membuat matahari bermalas-malasan dengan tak tau dirinya tak mau terbit. Membuat sebagian orang memilih untuk berdiam diri di rumah menarik selimut dan memejamkan matanya lagi dari pada berperang melawan Hujan.
Namun berbeda lagi dengan Mayla yang kini sudah terduduk di depan sebuah minimarket pinggir ngopi yuk!-Kafe, seraya menikmati mie cup dan juga kopi kalengan.
"hujan" Gumam Mayla dia mengeratkan jaketnya karena udara bertambah dingin.
Pagi sekali Mayla memutuskan untuk mencari makan keluar, karena stok persediaan di kosannya sudah habis. Selain itu dia juga ada kelas pagi.
"Kenapa kalau hujan tiba-tiba mendadak sedih" Gumamnya lagi. Perempuan itu terus bermonolog seakan dia membenci hujan padahal tidak, hanya saja hujan yang datang kembali membawa luka lama yang masih terasa sama sakitnya.
"aku masih belum nyangka rencana Tuhan sungguh luar biasa" gumam Mayla.
Flashback—
Seorang gadis SMP terus menerus mengecek jam tanganya terlihat tengah menunggu seseorang. Dia Mayla
"May nunggu Rega ya" Tanya seorang kakak kelas yang nampaknya baru saja keluar gerbang.
"eh kak Dimas, Iya nih ka. Ko ka Rega tumben lama ya, udah bosen aku nunggu" ujarnya, seraya melihat jam tangannya Dimas berujar
"Mungkin masih di RO masih kumpul Osis" Jawabnya lagi seraya menunjuk kearah pintu masuk SMA yang tak jauh dari tempat parkir.
"Masih lama ya kak?" Tanya Mayla, dan diangguki oleh Dimas
"sepertinya may, mending nunggu di dalem gih, mau ujan nanti kamu sakit" ujar Dimas dia menunjuk langit yang mulai mendung.
"Kak Dimas mau pulang?" tanya Mayla
"Iya nih, duluan ya" Jawab Dimas, sepeninggal Dimas, Hujan pun turun semakin deras, Mayla memutuskan untuk menunggu di warung depan SMA.
Terlalu lama Mayla menunggu Rega, dia akhirnya memutuskan untuk mencari laki-laki Pradasa itu kedalam. Namun karena Hujan, sekolah nampak sangat sepi, Hingga di pertengahan koridor mayla melihat Rega keluar dari ruang osis dengan seorang perempuan yang juga dia kenal, iya Mayla mengingat dengan jelas perempuan itu dia Aruna. Perempuan yang sempat Rega kenalkan padanya. dia itu sekertaris Umum Osis di SMA itu.
Mayla bisa melihat mereka tersenyum sambil bercanda tawa mengundang sorakan ramai dari anak Osis yang lain disana.
Ntah kenapa rasa sesak pertama kalinya dia rasakan, ketika melihat kedekatan Rega dengan perempuan lain. terlalu lebay mungkin namun nyata terasa sakitnya.
"Jadi bener ya kalau kak Aruna itu pacarnya Ka Rega" ujar Mayla yang langsung terduduk seorang diri di pinggiran koridor kelas. Untung koridor itu dan Ruang osis terpisah sehingga tidak ada yang melihat Mayla menangis.
"Orang yang selalu ada belum tentu menyukai kita ternyata, kak Rega tuh dekat tapi kenapa sulit banget di gapai" Monolognya kedua matanya tak lepas dari Rega dan Aruna yang masih menjadi bahan tontonan akibat kedekatan mereka yang tak jauh di depannya.
"Bener kata kak Dimas dulu, kalau ka Aruna itu pacarnya Ka Rega kenapa aku ngga percaya dulu" ujarnya lagi, terlalu polos begitulan Mayla, Rega jelas mengenalkan Aruna sebagai teman bukan kekasih. Tanpa dia sadari air matanya menerobos keluar bersama air hujan yang semakin deras turunnya. Berterimakasihlah kepada Hujan yang menyamarkan suara isakan tangis Mayla.
"Apa ini rasanya jatuh cinta? kenapa sesakit ini" Katanya seraya mengusap kasar air matanya.
Mayla baru menyadari ketika rasa aneh itu muncul rasa yang semakin tumbuh seiring berjalannya waktu. rasa nyaman yang berbeda, dan Mayla menyukainya.
Galvino Rega Pradasa adalah cinta pertamanya sekaligus patah hati pertamanya. Secara tidak langsung Rega memberitahu Mayla apa itu cinta namun Rega tidak memberitahu Mayla bagaimana menyembuhkan patah hati.
Bagi mayla Rega itu laki-laki yang selalu ada 24/7. Bahkan kedua orang tua mereka pun sudah saling kenal dan akrab, tapi kini Mayla sadar Rega hanya menganggap Mayla sebatas adik tak lebih.
"ko sakit banget sih" ujarnya sambil menepuk-nepuk dadanya menunjukkan letak sakit yang dia rasakan.
"Ngga papa may ga boleh nangis ka Rega bahagia, kamu juga harus bahagia May" monolognya lirih namun berbanding terbalik dengan isak tangis yang semakin nyata terdengar.
Mungkin sang cupid salah menembakkan panahnya karena cinta pertama Mayla tidak berjalan layaknya novel romansa remaja yang indah.Ntah disini Mayla yang bukan pemeran utama perempuannya atau dia yang bukan pemeran utama laki-lakinya.Karena yang terjadi justru Mayla hanya seorang second lead dalam kisah cinta pemeran utamanya
Mungkin kini Mayla harus mengakui tentang mitos yang menyebutkan cinta pertama tidak pernah mulus, iya dia merasakannnya. Hujan menjadi saksi Mayla menelan pil pahit dari arti patah hati.
—End
"Nangis lagi padahal udah lama" ujar Mayla seraya mengusap air mata yang kembali menetes tanpa dipinta. iya, selalu bersama hujan air mata itu kembali. Karena sampai sekarang Mayla masih menyukai si lelaki Pradasa.
"ntahlah siapa yang bodoh disini"
"tapi apa salahnya menyukai seseorang?, tapi kenapa harus Ka Rega? Kalau dulu aku sadar jika ka Rega cuman nganggep aku adik mungkin akhirnya tidak akan begini" susulnya dengan nada penuh penyesalan,
"Lupakan masa lalu may, masa depan jauh lebih penting sekarang, dari pada mengingat masa lalu" Gumam nya menguatkan hati seraya beranjak dari kursi karena hujan sudah mulai mereda.
Makanya dengan datangnya hujan kenangan itu menerobos paksa masuk, memutar secara spontan kenangan pahit yang mayla rasakan dulu.
"Rajin banget jam segini udah dateng, kelas pagi kan mulainya jam 8" tanya Rega seraya berjalan kearahnya, Mayla menoleh terdiam sesaat sebelum berujar
"Eh ka Rega iya ka bagian kelasnya Bu Andara, terus ini kebetulan ada tugas" jawab Mayla menggaruk tengkuknya tak gatal sebuah gestur yang meragukan.
"oh iya, ayo bareng ke dalamnya" ujar Rega. Nampaknya laki-laki pradasa itupun ada mengajar kelas pagi di fakultasnya.
Boleh ngga mayla bilang hari ini hari sialnya, Hujan deres, makanan di kosan ludes, eh ketemu sama mantan mas crush.
'Gini banget hidup' —batin Mayla prihatin.
Sepanjang perjalanan Mayla hanya diam, Belum semenit dia berucap "masa lalu adalah masa lalu", nampaknya itu hanya bualan palsu dari mulut mayla yang tak mau mengakui, buktinya sekarang perasaan itu masih sama, sama pas pertama kali dirinya merasakan rasa tak biasa saat bersama Rega. Rupanya mayla terdeteksi gagal move on.
"May!" terlalu lamat jatuh dalam pikiran, Mayla sampai tak menyadari jika orang yang ada dalam pikirannya ada di sampingnya.
Seakan ditarik paksa pada kenyataan yang katanya masa depan mayla langsung menoleh berujar spontan
"Masa lalu ko ka itu" , dan mengundang tanya pada si lelaki pradasa.
"Heuh?" Tanya Rega bingung.
"Eh anu itu maksudnya—
"Rega", sebelum mayla menjelaskan perkataannya seorang perempuan dari arah berlawan berseru membuat Rega menoleh dengan lesung pipit khasnya. Dia Aruna.
"Kalian datang barengan?" Tanya Aruna yang terlihat berjalan kearah Rega dan Mayla. Rega menggeleng seraya berujar
"Kami bertemu di depan tadi" jawab Rega.
"oh iya May gimana keadaanmu sekarang? Kenapa tiba-tiba mau ngekos?" Tanya Aruna terlihat antusias.
"Aku? Baik itu—
"katanya mau mandiri. anak manja kaya dia mana mau ngekos aku juga heran kenapa dia tiba-tiba mau ngekos padahal mamahnya juga melarangnya waktu itu" potong Rega segara.
"kamu ada ngisi kelas pak Abian?" tanya Aruna, Rega mengangguk santai
sedang Mayla mencoba tidak peduli.
'Anggap saja saya tembok, ngga papa ko ka'—Namun batinnya terus berseru.
Ntah kenapa kalau mayla berada diantara keduanya jujur dia merasa tidak ada, rasanya transparan.
Kesialan selanjutnyaa buat hari ini, dia satu universitas dengan Aruna kekasih mantan crushnya—Rega.
'Tuhan, ini kenapa lama banget jalan ke fakultas aja'— batin mayla berseru kesal.
...•••...
Mayla mencoba untuk tidak menguap, karena sedari tadi materinya tak ada yang masuk satupun.
"kenapa kalau bu Andara yang ngajar jam kuliah rasanya setahun" Ujar Arin berbisik.
"tau nih, mana materinya susah banget " Ujar Resha menimpali dengan nada kesal.
"bisa diem tidak. kalau kalian mau berbicara, di luar!" ujar tegas Bu andara.
dalam sekejap kelaspun senyap, hanya terdengar suara deru AC di dalam.
"Raksa bisa kamu jelaskan apa yang saya tulis tadi" ujar Bu andara sambil menunjuk Raksa. Mayla spontan menoleh kearah Raksa, karena laki-laki itu selalu saja duduk di belakang Mayla. Helaan nafas berat dapat Mayla denger dengan jelas, sebelum Raksa beranjak sambil membawa buku catatannya.
Raksa itu bisa di bilang anak kesayangannya bu Andara, padahal di pertemuan pertama Raksa menjadi mahasiswa yang membuat Bu andara naik pitam karena tidak memperhatikan materi sama sekali. Namun anehnya ketika di tanya dan di suruh menjelaskan Raksa mampu menjawabnya. Dari sanalah bermula Raksa menyandang status anak kesanyangan bu Andara dosen komputerisasi Peranggaran Unseno. Bukan hanya bu Andara bahkan mahasiswa lain pun termasuk Mayla kaget waktu itu.
Mendengar nama Raksa yang dipanggil, sekaligus meloloskan rasa degdegan yang bercampur khawatir dari semua mahasiswa. kebayang kalau mahasiswa yang dia panggil tidak bisa menjelaskan barang sedikitpun maksud materi yang bu Andara sampaikan tadi, bisa di pastikan di pertemuan selanjutnya dia akan menyuruh mahasiswa tersebut keluar.
Nampaknya gelar mahasiswa kesayangan bu andara memang pantas Raksa dapatkan, karena seperti biasa bungsu Arganta itu selalu membuat bu andara puas dengan presentasinya menjelaskan materi.
"Ini dia panah cinta seorang Raksa" ujar Jerry tatkala Raksa berjalan kearah kursinya. Karena siapapun akan terkesima dan jatuh pada pesona tak biasa seorang Raksa Maulana Arganta.
dua jam mata kuliah pun berakhir, namun ntah Mayla yang terlalu banyak bergadang atau memang mata kuliah ini sangat sulit, karena tak ada satupun materi yang masuk ke dalam otak Mayla. Buku catatannya pun kosong.
Seperti biasa setelah mata kuliah berakhir Mayla akan pergi ke perpustakaan sebentar sekedar untuk mendinginkan otaknya.
Diarah menuju perpustakaan tanpa diduga Mayla bertemu dengan Rega, laki-laki pradasa itu terlihat tengah berkumpul dengan anak didiknya di gazebo. nampaknya mereka sedang membahas sesuatu terlihat dari laptop menyala yang menampilkan slide powerpoint disana. Sedangkan Rega—laki-laki itu duduk di tengah sambil sesekali menjawab pertanyaan yang dilontarkan anak didiknya.
"May mau kemana?" tanya Rega tepat ketika pandangnnya tak sengaja melihat Mayla yang melintas tak jauh darinya.
"perpus ka" jawab Mayla, seraya memberhentikan jalannya sebentar. Rega mengangguk karena dirasa tak ada lagi pertanyaan Mayla merajut langkahnya kembali, hingga dia merasakan seseorang berjalan disampingnya berhasil menarik atensi Mayla.
"may aku ikut". Kaget, satu kata yang mewakili responnya kini, bagaimana tidak. Kamu kini berjalan berdampingan bersama mantan crush kamu. Mau move on gimana jika begini??
Mereka jalan berdampingan menuju gedung perpustakaan, sepanjang perjalanan Mayla berusaha untuk tidak menoleh kesamping menatap si lelaki Pradasa.
'ngga papa may, sebentar lagi sampe'—batinnya.
Tepat ketika pintu perpustakaan itu terbuka Mayla kaget ketika pandangannya bertemu dengan Raksa.
"Raksa" ujar Mayla, saat dia melihat Raksa yang kini hendak keluar perpustakaan. Sedang Raksa hanya diam sambil bergeser kesebelah kanan, memberi celah untuk Mayla masuk. Baru saja Mayla hendak melayangkan tanya, namun urung ketika melihat Raksa yang sudah tidak ada.
Mayla pun langsung masuk yang diekori oleh Rega.
"kamu sering ke perpus?" tanya Rega.
"eh iya kak, oh itu—ngga begitu" jawab Mayla, nampaknya Mayla baru sadar kalau Rega dari tadi ada bersamanya.
'Astaga ko aku bisa lupa bareng ka Rega pantesan dari tadi banyak yang liatin'—batin Mayla.
"aku lihat kamu sering ke perpus" susul Rega. Namun dengan tiba-tiba sebuah panggilan masuk kedalam ponselnya.
"may aku lupa, ada janji sama Aruna" ujar Rega kemudian seraya kembali berjalan keluar menuju pintu perpustakaan. Mendengar kata 'Aruna' Mayla seakan dipaksa logout tiba-tiba dari mimpi indahnya.
'Lupain may, pacar orang!!'—batinnya kembali berseru.
Bentuk perpustakaan kampus Mayla itu memanjang dan ber-alfabet mulai dari A-Z setiap rak itu biasanya ditulisi dengan judul buku dan tingginya bukan main, selain perpustakaan disediakan untuk mahasiswa, perpustakaan itu juga di buka untuk umum, sebab itu perpustakaan itu lebih dekat dengan jalan raya.
Namun meskipun terbuka untuk umum jarang sekali orang yang datang ke perpustakaan itu, mungkin karena perpustakaannya milik Universitas Senopati. jadi sebagian orang segan memasukinya.
Perpustakaan itu terbagi menjadi tiga ruangan satu ruangan baca yang dikhususkan untuk mahasiswa disana, yang kedua ruang diskusi atau sebut saja study room, yang dikhususkan untuk orang-orang yang ingin berdiskusi. seperti bekerja kelompok, meeting, ataupun untuk mengerjakan tugas. dan ketiga ruang baca umum. selain itu buku yang disediakan disanapun sangat kumplit mulai dari buku-buku pelajaran, jurnal, komik, komedi, resep masak, Novel bahkan buku majalah pun ada.
Mayla bermaksud meneruskan novel yang kemarin, namun sayang novel itu rupanya sudah ada yang meminjamnya atau sudah di simpan ke tempat yang semestinya mungkin? Di jajaran novel bukan buku study seperti kemarin. memilih abai mayla memilih mencari buku baru bermaksud membaca Harry potter.
Setelah memilih buku Mayla berjalan keruang baca dia duduk di salah satu meja yang menghadap ke arah jendela, posisi perpustakaan yang menghapad jalan raya menyebabkan dirinya dapat melihat hiruk pikuk kota dengan jelas sungguh view yang bagus.
Kini Mayla sudah mulai memasuki dunianya bersama buku yang tengah dia baca, terlihat dari begitu seriusnya Mayla membaca buku itu. bahkan sesekali keningnya berkerut ketika ada yang janggal di dalam bukunya.
...•••...
Sebelum pulang dia menyempatkan mampir dulu ke minimarket, sekedar membeli kopi kalengan untuk menemani malamnya. karena hampir setiap hari Mayla akan meminum kopi kecuali di hari liburnya. baginya kopi adalah kebutuhan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Reniaputri
Move on dong ayo ada Raksa may
2025-03-21
0
Mukmini Salasiyanti
ayo dong, May..
move on..
move on...
2023-12-18
0