Aku Tak Mengerti

Aku Tak Mengerti

Selaras Rasa Yang tak pernah Usai

Sebelum membaca jangan berharap besar pada cerita ini, karena ini hanya cerita biasa yang di tulis penulis amatir.

nama, lokasi, tempat dan kejadian semua hanya fiktif tidak ada sangkut pautnya dengan dunia nyata..

selamat datang dan selamat membaca❤️...

.

.

.

"liat Lian makin tampan ya"

"eh demi apa iya, mirip idol?"

"serius ganteng banget"

"eh katanya kanigara mau ngisi di Langit Jingga kafe malam minggu nanti"

dan banyak lagi, kekagumanan yang banyaknya mahasiswa lontarkan. bahkan hampir tiap pagi kampus itu penuh dengan pembicaraan tentang Lian.

Siapakah Lian?

...•••...

"baiklah jangan lupa kerjakan tugas kalian ya, selamat siang" pungkas laki-laki itu seraya mengakhiri kelas.

"iya ka" teriak serentak semua mahasiswa. Laki-laki di depan mereka adalah seorang asisten dosen, mengingat dosen mata kuliah wajib mereka berhalangan hadir karena suatu alasan.

"May" ujar kembali laki-laki itu. menarik atensi salah satu perempuan yang tengah memasukan barang bawaan ke tasnya.

"mau makan bersama?" ajak laki-laki itu sebelum beranjak.

Mayla— perempuan yang tengah membereskan buku-bukunya itu menggeleng seraya berujar.

"ngga ka" jawabnya. Senyum yang disertai anggukan adalah respon yang mayla terima sebelum laki-laki itu berjalan keluar dari kelasnya.

"eh Lian mau ngisi di Langit Jingga kafe"

"cover lagunya udah keluar"

"masa, likenya udah banyak"

"ngga sabar mau dengerin"

Lagi, topik Lian mulai menghangat, kembali menjadi pembincangan setiap mahasiswa disana. Namun Mayla nampaknya tidak menaruh penasaran dengan laki-laki yang selalu menjadi buah bibir dari setiap mahasiswa di kampusnya.

Disinilah dia sekarang, berdiri sendirian menyender pada pagar pembatas seraya memperhatikan lobby fakultas dari lantai tiga. Mayla itu memiliki kebiasaan menyimak kegiatan orang lain atau sebut saja dia seorang penyimak. Lamat dia memperhatikan suasana di lobby fakultas. hingga pandangannya tak sengaja menangkap asisten dosen yang tadi mengajar dikelasnya berjalan keluar dari lift.

"ka Rega" gumamnya. seraya mengikuti kemana asisten dosennya itu pergi. bukan maksud Mayla ingin menolak tadi, hanya saja dia merasa tak enak hati.

"menunggu lama"— sebuah suara mengudara dari arah belakangnya. Mayla segera menoleh menemukan seorang laki-laki yang kini berdiri tak jauh darinya. dia Raksa Maulana Arganta. teman kelasnya.

"tidak begitu" ujar Mayla jujur. Dia berencana pergi ke perpustakaan untuk mencari referensi tugas yang tadi bersama laki-laki di depannya kini.

Namun tepat ketika dia keluar kelas laki-laki itu menghilang. Mayla yang sudah tau salah satu sikap Raksa —sering menghilang kapan saja. Bermaksud menunggu di lantai tiga sekalian melihat aktivitas di lobby fakultas, guna mengusir bosan karena menunggu.

"sa"

"hm"

"setelah dari perpustakaan, mau ngopi denganku di kafe depan kampus?" ajak Mayla, tepat ketika laki-laki itu bergabung di sampingnya. Raksa terdiam sebentar, kemudian mengangguk.

"boleh, ayo" ujarnya seraya berjalan mendahului Mayla kearah lift.

keduanya kini berjalan di sepanjang koridor, terlihat dari keduanya tak ada yang ingin memulai percakapan. Baik Mayla dan Raksa, keduanya fokus dengan jalan masing-masing hingga tepat di depan fakultas keduanya berpapasan dengan asisten dosen mereka.

"ka rega"

"May, Sa. kalian mau kemana?"

"perpustakaan ka" jawab Mayla, sedang Raksa hanya diam. Rega mengangguk mengerti.

"oh oke, hati-hati" jawabnya dengan ramah.

Tepat ketika keduanya sampai di depan perpustakaan terlihat perpustakaan itu penuh. karena, katanya ada beberapa fakultas yang memakainya. Keduanya pun memutuskan untuk pergi ke kafe sesuai keinginan Mayla tadi.

Tak perlu berjam-jam untuk mereka berjalan karena kini keduanya sudah sampai di kafe kecil depan kampus mereka—ngopi yuk! kafe.

"mau pesen apa?" tanya Raksa tepat ketika mereka duduk.

"americano aja"

"tunggu sebentar" ujar Raksa seraya beranjak berjalan kearah counter. tak begitu lama Raksa datang dengan dua gelas kopi di tangannya.

"sa kamu ada WFO sekarang?" tanya Mayla tepat setelah Raksa menduduki kursi depannya. Raksa mendengung seraya mengangguk.

"ada beberapa draf file yang harus aku selesaikan" jawabnya. Seraya menusukkan sedotan pada kopinya.

"sama aku juga banyak sa" ujar Mayla lagi. Perempuan itu terlihat kesusahan menusukkan sedotan, Raksa yang pandangannya sedikit terganggu ulah perempuan di depannya mengambil alih sedotan Mayla, yang langsung mendapatkan respon sedikit kesal dari perempuan depannya. Karena Mayla sudah mengumpulkan tenaga di tangannya bersiap menusukkan dengan kekuatan penuh namun dengan tiba-tiba gelas kopinya diambil begitu saja. cukup membuat kesal dengan gerakan tiba-tiba Raksa.

"aku bisa sendiri ko", Raksa— laki-laki itu terlihat tak peduli. Setelah dia berhasil menusukkan sedotan dia menyimpan gelas kopi itu didepan Mayla.

"jangan keseringan minum kopi, may" ujarnya kemudian.

"ntahlah aku tak bisa menghentikan kebiasaan minum kopiku sa" jawab Mayla, sesaat setelah dia mengucapkan terima kasih pada laki-laki di depannya. Dia mengambil gelas kopi dan mulai menyedotnya.

"makanya itu cobalah" ujar Raksa, seraya menyimpan gelas kopi, meninggalkan isi setengah kopinya disana.

"sulit, karena aku sudah biasa" jawab Mayla, pandangan perempuan itu terlihat seakan menyuarakan sesuatu. Yang tak mampu dia lontarkan dalam lisan.

"bebal"

Rumah singgah —milik Fabio Asher, mengalun samar di kafe siang itu, musik yang mengudara dalam keheningan seakan mengisi keterdiaman dari keduanya.

"Lagunya melow banget" komentar mayla, membuat Raksa yang tengah memandang keluar jendela menoleh

"Request gih nyari yang menurut kamu pas" jawab Raksa, mayla malah tertawa ntah menertawakan apa,mungkin jawaban kelewat sekenannya yang Raksa lontarkan atau apa, sedang Raksa mengernyit kembali berujar

"Jangan tertawa seperti itu, aku ngga lagi ngelawak" ujar Raksa kemudian,

"ada-ada aja kamu sa, memang bisa aku request", Raksa mengedikkan bahunya tanda tak tau.

"siapa tau aja"

"nanti aku coba deh, minta lagu sahabat jadi cinta dari Zigas" ujar Mayla sesaat setelah dia menandaskan kopinya.

"Ayo balik, jam kedua bentar lagi mulai" ujar Raksa, laki-laki itu sudah berjalan duluan meninggalkan mayla.

"TUNGGU IH SAAAA", Teriaknya, mengundang antensi seluruh pengunjung kafe.

"Kopi tadi udah di bayar sa?" Tanya mayla tatkala dia berhasil mengejar Raksa kedepan. Raksa mengangguk seraya berujar melempar tatapan menelisik,

"kamu kira aku ninggalin kamu karena aku tak sanggup membayar tadi?" jawabnya kemudian. Mayla mengangguk kaku seraya tersenyum

"yah bisa jadi"

"kacau kamu, udah ayo cepet kelas kedua bentar lagi mulai" ajak Raksa sesaat setelah dia membuang setengah kopinya ke tong sampah disana. Karena langkah Raksa yang lebar Mayla tertinggal jauh oleh temannya itu.

"kebiasaan sekali kalau jalan suka ninggalin" ujar Mayla terselip nada kekesalan dalam perkataannya. Perempuan itu terus merajut langkah seraya menatap punggung Raksa yang terlihat jauh dari pandangannya.

Hingga. langkah kecil itu harus terhenti ketika tanpa sengaja matanya bertemu dengan jelaga hitam milik seorang laki-laki tinggi berkuncir dengan anting bulan sabit, yang kini tengah berdiri lima lantai menghadap ke arahnya. sembari membawa tas gitar dengan motif bunga anggrek yang laki-laki itu selempangkan di pundak. Terlihat bergeming seperti tak berniat melangkah, begitu juga Mayla pandangan perempuan itu tak lepas dari sosok laki-laki yang ntah kenapa sangat mengunci pandangannya.

Hingga rangkulan yang nampaknya milik teman laki-laki itu tiba-tiba memutus atensi keduanya. Terlihat laki-laki itu mulai memasuki kelas bersama teman yang tadi merangkulnya. Sedang Mayla kembali melanjutkan jalannya.

Baru saja Mayla hendak menarik kenop pintu, dengan tiba-tiba tangan seseorang mendahului membuatnya terhenyak karena kaget. segera dia melepaskan pegangan dan menoleh, mendongak pada si pemilik tangan. Yang sedikit lebih tinggi darinya.

"Raksa" ujarnya. lama Mayla terdiam memandang Raksa karena kini dirinya terjebak diantara pintu dan lengan laki-laki itu.

"masuklah" tukas Raksa seraya manarik kenop pintu dan membukanya.

'lah aku kira dia udah duluan'—batinnya

...•••...

Hampir dua jam Mayla terduduk seorang diri, dia membiarkan punggungnya menempel sepenuhnya pada sandaran kursi, memejamkan mata sejenak mendengar alunan musik untuk mengisi malamnya. kembali dia meraih kopi kalengan ke tiga. pandangannya tak lepas dari rentetan tulisan di aplikasi serupa Microsoft word.

"ya ampun mataku hampir juling" ujarnya mengeluh karena dia sudah berjam jam duduk menatap layar monitor seraya terus memainkan mouse keatas kebawah. Dia akan menghabiskan malamnya dengan berberapa draf kerjaan miliknya.

Begitulah dalam setiap harinya, Mayla akan disibukkan dengan kerjaan dan juga kuliah. Sesekali mengeluhkan cape karena padatnya kegiatan. tidur pun hanya tiga sampe empat jam sehari apalagi ketika kerjaan menumpuk, belum lagi tugas kampusnya yang membuatnya hampir tidak tidur semalaman penuh.

Terkadang dia tak mengerti hidupnya seakan di jungkir balikkan keadaan. Manusia punya rencananya tapi percayalah Tuhan memiliki takdirnya.

itu yang Mayla rasakan sekarang.

"aku tak mengerti, karena aku tak mengerti hidupku" ujarnya seraya menegak kopinya hingga tandas, dia sendiri tak mengerti apa yang baru saja dia lontarkan.

jam sudah menunjukkan pukul setengah sebelas malam. Namun Mayla tak berniat menghentikan pekerjaan walau sejenak saja. Sebelum sebuah ketukan pada pintu kosan membuatnya terhenyak kaget, segera menghentikan perkerjaan. Dia beranjak melangkah, seraya membuka pintu setelah dia memastikan jika bukan orang asing yang kini berdiri di depan kosannya.

"ka Rega" ujarnya tepat ketika dia menemukan asisten dosennya berdiri seraya memegang paper bag lumayan besar.

"Masukka" tawar mayla, Rega menggeleng dia masih tau sopan santun. Bertamu pada gadis di jam malam itu tidak sopan, namun karena suruhan dari sang ibu Rega tak dapat menolak.

"Tadi Mamah membuat resep Kue baru yang bakal dia jadikan menu di toko kuenya, mamah minta kamu mencobanya" jelas Rega seraya mengulurkan paper bag coklat berisi kue yang dimaksud.

"maaf malam-malam aku bertamu, soalnya mamah baru selesai membuatnya malam" susul Rega segera. Mayla mengangguk seraya menerimanya.

"makasih ka, salam sama mamah ya ka" ujar Mayla.

Jujur Rega merasa tak enak karena sudah menganggu istirahat perempuan di depannya. Dia sempat menerka jika Mayla sudah tidur. namun ketika mendapati perempuan itu masih menggunakan kecamata di malam hari, ntah kenapa Rega sedikit menyesal karena memberinya kerjaan.

"aku pulang ya, jangan terlalu keras kasihan tubuhmu" ujarnya sebelum pergi. Mayla mengangguk.

Dari tadi kita hanya menceritakan kehidupan Mayla bukan? Lalu bagaimana dengan kisah asmara perempuan itu?

Mayla sendiri belum siap menaruh rasa pada siapapun karena ada rasa yang belum usai di masa lalunya. Dan sampai sekarang rasa itu masih sama. Rasa yang sempat dia rasakan ketika dia pertama kali mengenal yang namanya cinta.

"aku lelah, lelah untuk hidupku" ujarnya menutup malam.

Terpopuler

Comments

Are

Are

kubu Rega niiiiiiih

2024-03-01

0

Mukmini Salasiyanti

Mukmini Salasiyanti

Aaaaa
aqu kubu Raksaaaaaa😘😍

2023-12-15

0

Mukmini Salasiyanti

Mukmini Salasiyanti

salken thor...
let's read

2023-12-15

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!