Waktu sudah menunjukkan jam dua dini hari, namun Mayla masih sibuk di depan Laptonya.
"ah kenapa banyak banget siiih ini isi drafnya" teriaknya penuh prustasi seraya menyentakkan punggung ke senderan kursi. badannya sudah pegal, matanya juga sudah cape terus menerus menatap layar monitor di depannya.
dia sudah menghabiskan sekitar tiga jam lebih untuk mengerjakan kerjaannya, terlihat dari banyaknya bekas ciki makanan ringan yang berserakan di lantai. dan juga bekas kopi kalengan yang berserakan dimana-mana. sungguh gaya hidup yang sangat sehat bukan? di tambah lagi baju yang hampir mengimpasi tempat tidurnya menambahkan kesan aestetik disana.
Kosannya mungkin masuk kedalam 7 keajaiban dunia kosan terkotor. Seperti pembuangan sampah begitulah kondisi kosannya kini.
kecamata itu dia lepas, dia lempar dengan kasar ke atas meja belajar. Dia beranjak meninggalkan laptop yang masih menyala—menampilkan lembaran kerja serupa microsoft word.
Merajut langkah kearah dapur kecilnya dia menarik mie instan dari kulkas biru satu pintu—jenis kulkas tanpa freezer hanya digunakan untuk mendinginkan makanan.
Tidak menghabiskan waktu lama untuk membuat sebuah mie, dalam waktu lima menit mie itu sudah selesai. seperti biasa terlihat sangat lezat dalam indra penciuman tapi terasa bosen apabila terasa dilidah.
Nasib anak kosan yang hanya menumpuk mie berbagai rasa hanya untuk menghilangkan kesan bosen yang dirasa. Yah begitulah mungkin kehidupan Mayla kini.
Kurang dari lima menit mie nya beserta kuahnya sudah habis dia tandaskan, sambil beranjak dia melemparkan bekas mie instan itu sembarangan ke tong sampah, tanpa peduli jika tong sampah itu sudah sangat penuh. Kemudian dia menyimpan mangkuk bekas mie ke bak cuci piring bergabung bersama banyak piring kotor disana.
Bagaimana sudah terbayang bagaimana kondisi kosannya Mayla?
Belum sempat dia duduk di kursi tiba-tiba ponselnya berdering dengan cepat dia mencari keberadaan ponselnya yang tertimbum oleh baju kotor diatas kasur, bahkan dia tak menyadari dia sudah menumpahkan kopi kalengan yang sudah dia buka barusan.
"dimana ponselnya" ujarnya tangan kecil itu terus mengacak-ngacak baju yang berada di atas kasur.
"aah ketemu" teriaknya senang tanpa menghiraukan keadaan kosannya yang sudah lebih dari kata berantakan karena ulahnya.
Mayla sedikit kaget melihat nama dari si pemanggil— Rega.
[calling]
Rega
"iya ka Rega?" katanya seraya menyeret kursi belajar untuk dia duduki.
"kamu masih di luar jam segini?" tanya Rega disebrang telpon.
"ngga ka aku di kosan, kenapa ka?" ujarnya dia terus memperhatikan sekeliling kosannya yang sudah sangat kacau, dia dapat membayangkan ketika nanti dirinya membutuhkan sesuatu akan sulit untuk mencarinya lagi. Mengingat kondisi kosannya kini sangat memprihatinkan, Baju, bekas ciki, dan juga kopi kalengan berserakan di lantai belum lagi, kertas yang sudah menghabiskan seluruh space meja belajar, cukup buruk untuk dilihat.
"oh syukurlah, aku baru saja melihat Story whatsaap kamu. Aku kira kamu di luar may" ujar Rega.
"oh itu kemarin ka, pas aku lagi di minimarket, ka Rega masih di luar jam segini?" jawab Mayla, dia memang sempat iseng mengunggah story di whatsaap nya tadi.
"iya aku habis nungguin Aruna, orang tuanya di rumah sakit soalnya " jelas Rega disebrang.
"may aku mau pulang, tadinya kalau kamu masih di luar mau aku jemput. Duluan ya" tambahnya.
"oh iya ka" jawab Mayla seraya dia langsung menutup sambungan.
"hati-hati" gumamnya, kata terakhir tidak terdengar oleh Rega karena Mayla mengucapkannya diakhir ketika dia sudah menutup panggilan.
baru saja dia hendak menyimpan ponselnya sebuah notifikasi masuk kembali.
Ting!
Tak ada jawaban lagi, Raksa memang type laki-laki yang selalu memendekkan percakapan.
jam sudah menunjukkan pukul tiga dini hari, punggungnya sudah sangat lelah untuk menopang beban tubuh, tapi Mayla masih memaksa berkutat dengan tugas kampusnya. namun rupanya rasa lelah menyerangnya, tanpa ampun memaksa agar kelopak mata itu tertutup saat itu juga, untuk kesekian kalinya Mayla tertidur di meja belajarnya.
...•••...
Kelopak mata itu terbuka, bingkai hitam yang sedikit menebal sudah menjelaskan seberapa sering dia bergadang. Menarik baju asal dari tumpukan Mayla melangkah gontai ke kamar mandi, dia bahkan mengabaikan alarm ponselnya yang masih berdering.
Sekitar setengah jam Mayla sudah beres. Baru saja hendak menutup pintu kosan, ponselnya berbunyi tertera nama "Mamah" sebagai si pemanggil disana.
[calling]
Mamah
"iya mah?" ujarnya.
"gimana kabarnya, chat mamah ko ngga di bales? Kamu udah makan? Uang jajan kamu gimana?" tanya mamahnya di sebrang.
"hm aku baik. udah, aku udah makan" jawab Mayla yang kini fokusnya pada sekaleng kopi yang masih tersegel di genggaman tanganya.
"syukurlah sayang,mamah transfer ya buat kamu" ujar sang mamah.
"ngga usah, mayla masih ada mah. Itu untuk keperluan mamah aja" jawab Mayla.
"ah mah, Mayla lagi di jalan. Mamah sehat ya akhir pekan mayla kesana kangen mamah" ujarnya mengakhiri panggilan.
Karena keuangan lagi seret dan sisa uangnya pun tinggal sedikit Mayla memutuskan untuk berjalan kaki ke kampusnya mengingat jam masuk kuliah masih cukup jauh.
'lumayan itung-itung ngirit '— batinnya
Kurang lebih setengah jam dia sampai, menghela nafas sejenak sebelum dia kembali merajut langkah kearah fakultas.
Rentetan kursi kosong tanpa sipemilik menjadi pembuka awal pandangan kala perempuan itu membuka pintu kelas. memilih abai dia menempati kursi kosong di tengah. Mayla jarang sekali duduk di depan. bukan apa-apa, kalau dia duduk di depan bukan materi yang dia serap tapi rasa pusing bercampur mual. Apalagi posisi perut kosong bisa kalian bayangkan rasanya seperti apa.
Sedangkan apabila dia duduk dibelakang sudah dipastikan dia tidak akan mendengarkan dosennya, yang ada dia akan sibuk dengan dunianya sendiri— tertidur dengan pulesnya. Menggantikan berjamjam dia bergadang setiap malam.
Setelah beberapa lama datanglah beberapa mahasiswa yang mulai menempati bangkunya masing-masing.
Lamat Mayla memperhatikan aktivitas semua mahasiswa kelasnya.
Sebagian ada yang langsung menonton youtube, dia mencoba menerka mungkin selama dirumah temennya ini fokus belajar. ada juga yang baru datang langsung touch up, dandan habis-habisan. mungkin saja bedaknya luntur karena tersapu angin ketika di jalan. Dan ada juga type yang langsung nge-charger ponselnya sampai dia bawa terminal dari rumah, sepertinya untuk beberapa temannya yang ini ketika malam di rumahnya selalu mati lampu.
Mari mulai berpikir positif seperti pikiran tokoh utama kita.
"Eh guys kalian tau ngga, lagi ada diskon di ngopi yu kafe" ujar perempuan yang baru saja memasuki kelas, type teman gila diskonan yang sering mantengin diskon e‐commerce.
"eh kesana yu" saut perempuan yang diujung terlihat jika perempuan itu tengah mencolokkan ponsel seraya menggunakannya.
Sungguh suasana kelas pagi yang random.
Sedang Mayla, dia terlihat tanpa minat hanya untuk menggerakkan tubuhnya. Memilih menelungkupkan kepalanya.
"ADA DOSEN!!" teriak Jerry yang tiba-tiba masuk ke kelas sambil menenteng tasnya.Teriakan itu dapat dengan mudah membangunkan Mayla.
Pak Heru Siswanto, atau kerap disapa Pak Sis begitulah nama dosen mata kuliah perdagangan internasional yang berdiri di depannya kini. Si dosen rajin yang pintarnya hanya miliknya sendiri, sebut saja begitu. Karena hanya dosen ini yang rajin menulis, disaat semua dosen memilih memanfaatkan power point dosen ini lebih memilih menulis panjang lebar di whiteboard. memang tidak masalah namun bukan apa-apa sandi rumputnya membuat Mayla pusing mencari arti dari maksud tulisan sidosen.
Helaan nafas pertama Mayla keluarkan tatkala melihat Pak Sis mulai mengeluarkan spidol saktinya.
Bagi Mayla Pak Sis itu termasuk dosen yang terkesan tidak peduli dengan sekitar, pasalnya mau mahasiswanya jungkir balik, koprol atau bahkan jungkir balik sambil koprol pun dosen ini tetap diam. Dia seakan tidak peduli mau mahasiswa itu mencatat atau tidak.
Helaan nafas kedua keluar dari mulut Mayla tatkala Pak Sis mulai menulis di whiteboard.
Transfer good and service — begitulah kata yang pertama dosen itu tulis di White board.
sederet yang bisa dibilang mahasiswa pintar mengisi bangku depan sudah siap dengan buku beserta otaknya. Namun sitokoh utama tidak masuk jajaran itu.
Berbeda lagi dengan mahasiswa yang di belakang mereka lebih memilih bermain dengan ponsel pintarnya masing-masing abai dengan si dosen. ada yang baca komik online, nonton vidio , nge-vlog, scroll e-commerce, bahkan ada yang tidur.
Dia juga bukan termasuk jajaran itu.
Helaan nafas ketiga mayla keluarkan tatkala dirinya melihat buku catatannya yang masih kosong. Dia kemudian membuka galeri ponselnya melihat foto whiteboard yang bahkan sangat terlihat tidak jelas.
Dari semenjak foto pertama yang berarti pertemuan pertama dengan si dosen Mayla tidak pernah mencatat di buku, dia hanya akan memfotonya saja, bermaksud menyalin kembali di kosan. namun karena tulisan si dosen yang amat sangat bagus dan luar biasa estetik membuat Mayla malas mengerjakannya. kegiatan men-scroll ponselnya terhenti karena sebuah notifikasi yang masuk.
Ting!
Sebuah pesan yang singkat, jelas serta lugas. Rupanya Mayla baru menyadari kursi belakangnya kosong. Raksa memang tak pernah berniat melepaskan kebiasaannya—pergi tiba-tiba.
Mematikan ponselnya, Mayla mulai fokus ke depan mengartikan kata demi kata tulisan ajaib Pak Sis, Dari pada dia foto lagi yang berakhir menumpuk dan memenuhi galeri ponselnya.
"oh Tuhan" ujarnya, terselip nada kelelahan dari suaranya. Pasalnya kini tanpa terasa tulisan dosennya itu sudah hampir memenuhi dua buah white board di kelasnya.
"berjuang banget kalau bagian dosen ini" gumamnya lagi.
...•••...
Menyendiri atau menarik diri begitulah Mayla kini, berbeda lagi dengan dulu. Mayla seorang anak yang ceria, temannya hampir ada di setiap angkatan dia juga mempunyai dua sahabat baiknya. Namun semenjak kejadian itu menimpa dirinya, Mayla lebih memilih sendirian menutup diri dari semua orang. hingga Tuhan mempertemukan Mayla dengan Raksa Maulana, Bungsu keluarga Arganta yang memperkenalkannya pada realita.
Setau Mayla pertemuan mereka itu ketidak sengajaan, waktu itu Mayla baru saja pulang OSPEK dari kampusnya. dia kebingungan mencari tumpangan untuk pulang ke kosan. ponsel mati, uangnya habis untuk membeli keperluan OSPEK besoknya, singkat cerita dia tidak ada yang membantu dalam kondisinya waktu itu. Kebetulan depan kampusnya di samping minimarket banyak ojek yang mangkal, Pikirnya dia akan membayarnya ketika sampai ke kosan dengan uang tabungan yang masih Mayla miliki. Diapun memutuskan untuk mencari ojek. Namun hampir rata-rata perangai ojek pangkalan itu menyeramkan. Mayla hampir berpikir untuk menemui Rega dan memintan bantuan, hingga pandanganya bertemu dengan sorot mata dingin laki-laki pemilik motor aerox Merah yang terlihat sebayanya. Tanpa pikir panjang Mayla langsung meminta tolong untuk di antarkan, dia berjanji akan membayarkan ketika sampai tujuan. Tepat ketika dia sampai si pengendara motor aerox itu langsung pergi begitu saja, bahkan sebelum Mayla mengucapkan terima kasih.
Hingga tepat di pertemuan pertama kuliahnya, Mayla kaget dengan masuknya sipengendara motor aerox ke kelas—Raksa.
Sudah sepuluh menit Mayla habiskan disini, duduk di gazebo tak jauh dari fakultasnya.
"Raksa Maulana Arganta" ujarnya mengeja kata demi kata nama lengkap Raksa.
"apa", sebuah suara mengudara menjawab tanya. membuatnya segera menoleh, bertatapan langsung dengan iris mata kecoklatan sipemilik nama.
"ko disini?" tanya Mayla kaget.
"yah terus dimana?" jawab Raksa, laki-laki itu kemudian duduk disamping Mayla.
Mayla terdiam dia tidak sedang mimpikan? apa karena dia terlalu banyak minum kopi sampai dia halusinasi?. jelas-jelas tadi Mayla mendapatkan pesan kalau Raksa tidak masuk kampus. Terus ini?
"apa tadi manggil" ujar Raksa seraya menoleh sekilas pada Mayla.
"ngga, aku teringat aja pas kita pertama bertemu yang kamu aku anggap ojek itu" jawab Mayla setelahnya, jika diingat jujur Mayla sedikit malu.
"oh"
"tunggu ko bisa disini?" tanya Mayla mengulang lagi pertanyaan yang belum laki-laki Arganta jawab tadi.
"terus harusnya dimana?" tanya balik Raksa,
"bukannya tadi diluar?" tanya Mayla seraya kembali menatap kedepan memperhatikan setiap mahasiswa di depan mereka.
"Emang aku bilang di luar, aku bilang ngga masuk. Bukan sedang di luar" ujarnya seraya menatap perempuan disampingnya sekilas.
"jadi kamu tadi di kampus?" tanya Mayla. Raksa mengangguk.
"kenapa ngga masuk kelas?"
"aku kan bilang jangan bertanya", mendengar jawaban Raksa, Mayla memilih diam.
"emang aku kaya tukang ojek?" tanya Raksa setelahnya, menarik atensi perempuan disamping si lelaki Arganta.
"ngga sih, pikiranku sedang buntu. aku mikirnya karena kamu disana, berarti kamu ojek"
"lagian kamu juga ngga bilang kamu bukan ojek waktu itu" susul Mayla membela diri. Memang waktu itu si pengendara motor aerox hanya diam, anehnya dia tidak berkomentar apapun apalagi berkata kalau dia bukan ojek. Malah sebaliknya justru memberikan helm pada Mayla. Yah jangan salahkan Mayla kalau dia menganggap bahwa Raksa itu ojek. Kalau bukan kenapa diam saja?
Tak ada sanggahan dari mulut si lelaki Arganta, karena apa yang dikatakan perempuan disampingnya memang benar.
Terdiam sesaat, hingga fokus Raksa jatuh pada kopi kalengan yang ada di depan Mayla.
"jangan keseringan minum kopi" ujarnya, seraya beranjak dia mengambil kopi milik perempuan di sampingnya, meninggalkan susu kotak berperasa stroberi di meja.
"mau kemana?" tanya Mayla mendongak menatap Raksa.
"aku masih ada urusan. oh iya, pertemuan pertama kita bukan pas kamu nyangka aku tukang ojek, tapi kita pernah ketemu sebelumnya" ujarnya kemudian pergi, meninggalkan Mayla dan menyisakkan tanya dibenak perempuan itu.
'terus kapan?' — batin Mayla.
Sepeninggal Raksa Mayla baru menyadari jika ada susu kotak di meja, nampaknya lelaki Arganta itu memang sengaja meninggalkannya. seraya beranjak dia menusukkan sedotan ke dalam susu kotak itu lantas meminumnya.
Di perjalanan pulang dia kaget ketika tiba-tiba sebuah mobil berhenti tepat di depannya. Tanpa sadar dia meremas susu kotak dalam genggamannya, tepat ketika dia melihat seseorang keluar dari dalam mobil itu.
*Note
E-commerce \= Electronic Commerce atau perdagangan Elektronik, segala kegiatan jual beli atau transaksi yang di lakukan melalui sarana media elektronik (internet)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Reniaputri
Thunsder kamu sa aku suka/Drool/
2025-03-21
0
Reniaputri
Kemana sih dia thor? Ko sus
2025-03-21
0