"Ah banyak sekali drafnya" keluhan itu keluar dari mulut Mayla sambil terus men-scroll mousenya. Baru saja dia sampai sudah terlihat banyak sekali draf yang harus dia kerjakan. Sedang laki-laki yang tadi masuk bersamanya hanya menggelengkan kepala, seraya menarik kursi kerjanya. Dia Raksa.
“jangan ngeluh, dikit-dikit ngerjainnya” ujar Raksa. menekan CPU dan mulai menghidupkan komputernya.
"baru sampe kalian?" tanya Rega. Raksa mengangguk sedang Mayla sudah fokus dengan komputernya. Abai.
"tumbenan siang banget kalian" ujar perempuan depan meja mayla. Dia Agita Putri disapa Agit.
"biasa ka, dosennya lama"
"Kirain aku kalian bakal WFH lagi, soalnya udah siang belum masuk kantor" ujar perempuan samping Agita. perempuan yang dari tadi asyik mengaplikasikan maskaranya, menambah lentik dan tebal bulu mata perempuan itu. Dia Neira, Neira Aulia disapa Neira.
Mayla dan Raksa itu bekerja secara WFH jadi ke kantornya di hari-hari tertentu saja kecuali disuruh atasan mereka.
"mana di bolehin mba sama mas Dimas kan jadwalnya kita WFO" ujar Raksa, menoleh kearah meja kerja Dimas yang terlihat kosong.
Dimas itu termasuk kepala divisi yang terkesan santai, tapi dia orang yang sangat disiplin. hampir di komputernya penuh dengan jadwalnya dari senin sampai minggu.
"loh mas Dimas mana?" tanya Raksa sesaat setelah dia melihat meja kerja Dimas yang kosong tadi.
"di Pisces" jawab Neira. Pisces itu nama tempat rapat yang berada dilantai paling atas kantor mereka.
"rapatnya bukannya nanti ya?" tanya Mayla sesaat setelah menghentikan kursor di salah satu draf yang hendak dia buka.
"katanya sih lagi persiapan, sekalian cek materi" jawab Rega yang sedari tadi fokus dengan berkas-berkasnya.
Keadaan mulai kembali kondusif semua orang kini mulai tenggelam dalam kerjaannya masing-masing, Hingga selang beberapa lama datang seseorang yang menginterupsi keadaan.
"EH ada yang liat kertas jatuh ngga di kantor?" teriaknya rusuh sambil berlari terburu-buru kearah mejanya, membuat sebagian barang-barang dimejanya hampir saja terjatuh karena ulahnya. Dia Dimas. Rivaldian Dimas Arganta Kepala divisi Lacerta.
Lacerta adalah salah satu nama divisi penyuntingan yang di pimpin oleh Dimas.
"ngga" jawab Raksa.
"aku ngga ka" jawab Mayla.
"bukannya udah semua, masih ada yang kurang?" tanya Rega laki-laki itu mendongak sedikit keluar dari kubikelnya.
"satu lembar ilang ga" jawab Dimas sambil terus membaca satu persatu kertas yang ada di mejanya.
"selama kita di kantor, aku sama Neira ngga liat kertas jatuh di lantai" ujar Agita memberhentikan kerjaannya.
"iya bener kata agit dim, ngga ada kertas satupun"
"ko bisa selembar mas? Ngga kamu satuin atau gimana?" Tanya Raksa yang tak melepas atensi dari monitornya. Sedang Rega mulai beranjak membantu Dimas mencari selembar kertas yang katanya hilang.
"kau simpan dimana kemarin dim?" tanya Rega sambil berjalan ke meja Dimas.
"aku simpan di meja ga kemarin"
"udah mas satuin sa kemarin, tapi tau-tau tadi ilang. Apa mungkin jatuh di lif" susul Dimas yang sedari tadi mengubrak abrik meja kerjanya hingga berantakan di lantai. Sebuah cerminan kepala divisi yang baik. Menghilangkan berkas rapat.
"yah konyol namanya kalau jatuh di lif, udah ke tong sampah pasti" ujar Raksa yang terlihat mulai beranjak kearah kubikel Dimas.
"Coba tanya cleaning service siapa tau dia nyimpen, kan yang beres-beres terakhir mereka" ujar Neira
"iya bisa jadi disangka sampah kali terus dibuang" ujar Agita.
"yah sia-sia dong mba nanya nya kalau di buang" ujar Raksa yang kini mulai bergabung, mencari kertas yang bahkan tidak dia ketahui isinya. Karena tak kunjung menemukan, dia memberhentikan kegiatannya —mencari kertas tadi.
"kenapa ngga di print ulang si mas, nambah kerjaan aja" ujarnya kemudian seraya memperhatikan Kepala divisinya yang terus mengubrak abrik kertas yang bahkan tidak ada yang tau kertas itu seperti apa.
"masalahnya berkasnya udah tinggal hardcopy-nya aja sa" jawab Dimas ditengah kesibukannya mengubrak abrik kertas di ruangannya.
"softcopy-nya kemana mas?" tanya Raksa yang masih berdiri memperhatikan Dimas dan Rega. tak berniat kembali mencari, terlihat bodoh pikirnya. Karena kertas yang dicari tidak begitu spesifik.
"hilang, pas terkena malware" jawab Dimas.
"coba tanya Reno bisa ngga dia ngembaliin softcopy yang terkena malware Dim" ujar Rega mengingat Reno adalah progremmer Andromeda. Kini dia juga menghentikan kegiatannya mencari kertas tadi.
"oh iya, aku kesana dulu" ujar Dimas seraya berlari gerasak gerusuk keluar ruangan. Meninggalkan Rega dan Raksa yang saling pandang dengan raut tak terbaca.
Tak terasa jam dinding sudah menunjukkan pukul 13.30 istirahatpun tiba, makan siang waktu yang sangat ditunggu seluruh karyawan disana dimana mereka akan mengisi energinya kembali setelah berjam-jam terpakai.
"May, Neira makan yu? " teriak Agita sambil beranjak dari kursinya.
"duluan aja ka, kerjaan aku masih banyak nih" ujar Mayla dia masih sibuk dengan komputernya—berniat meneruskan sedikit lagi kerjaannya.
"May makan, istirahat dulu nanti bisa kamu kerjakan lagi" Ujar Neira sesaat setelah mematikan komputernya.
"Iya ayoo" kata Agita tak lupa memoles bibirnya kembali menambah tebal lipstik yang sudah dia pakai di bibir.
"lipstik kamu udah tebal itu git" komentar Neira.
"biarin biar makin tebal" jawab Agita seraya memanyunkan bibirnya, mempertontonkan bibir seksi perempuan itu.
Sedang Mayla masih fokus dengan komputernya. Hingga layar monitornya menampilkan sebuah pesan chat.
Helaan nafas keluar dari mulutnya nambah lagi bebannya dia harus mengerjakan tugasnya sampe selesai sekarang, karena besok pasti temannya itu akan menjemputnya untuk kerja kelompok tidak memungkinkan untuknya meneruskan pekerjaan lagi. Bukan apa-apa hanya saja waktunya tidak cukup. Dan lagi dia sudah lima hari melembur. Badannya sudah cape. Dia sangat merindukan kasurnya.
"Kenapa?" tanya Raksa laki-laki itu kini berdiri disamping duduknya.
"besok kita kerja kelompok ya?" tanya Mayla, mendongak sekilas kemudian fokus lagi pada kerjaannya. Mengabaikan waktu istirahat yang bisa di bilang singkat.
"iya" jawab Raksa seraya beranjak meninggalkan meja kerjanya.
"ngga istirahat bang?" tanya Raksa seraya merajut langkah kearah pintu berniat keluar. Rega menggeleng sama halnya seperti Mayla Rega masih fokus dengan komputernya. Memilih abai Raksa mendorong pintu kaca seraya keluar meninggalkan Mayla dan juga Rega.
Setelah menghabiskan istirahatnya setengah jam dengan beberapa judul draf, akhirnya Mayla bisa meregangkan ototnya rasanya pegal duduk terlalu lama, sedang enak merentangkan badannya sambil menutup mata tiba-tiba sesuatu yang dingin menyentuh pipinya,
"buat aku?" tanya Mayla tat kala pandangannya menemukan sekotak susu dingin berperasa coklat di meja, Raksa mengangguk.
"makasih"
"hm"
"ngga istirahat ka?" tanya Mayla kini fokusnya kedepan—kubikel Rega. Laki-laki itu terlihat baru saja keluar dari kubikelnya, nampaknya kerjaan laki-laki pradasa itu sangat banyak terlihat dari raut muka yang sedikit kelelahan, pakaiannya pun terlihat sudah tak rapih.
"ini mau, kamu sendiri ngga istirahat? " tanya Rega, Mayla menggeleng.
"mau aku pesenin sesuatu?" tanya Rega, seraya merajut langkah, berjalan berniat keluar ruangan.
"ngga ka, makasih. Susu kotak ini udah cukup buatku" jawab Mayla. Anggukan adalah respon sebelum laki-laki pradasa itu keluar dari ruangan.
Andromeda termasuk salah satu perusahaan penerbit indie di bawah kelompok atau naungan Gansa Grup. Gansa grup adalah hasil merger dua perusahaan Argantara dan Sahadewa, dua perusahaan besar yang bergerak dibidang real estate. Gansa grup sendiri sudah berhasil melebarkan sayap, mendirikan berbagai hunian, kantor-kantor kecil di beberapa wilayah di Indonseia dan Juga Rumah sakit yang diberi nama RS Gansa Medika.
Andromeda terletak di pusat kota, berjejer dengan banyaknya ruko perkantoran disamping kanan dan kirinya, memiliki enam lantai dengan beberapa divisi di dalamnya. Termasuk Lacerta, divisi tempat kerja Mayla.
Bukan pilihan Mayla untuk bekerja disini namun karena ekonomi mendesak dan uang bulanan yang semakin menipis, akhirnya Mayla memutuskan untuk mencari perkerjaan.
Hingga Raksa menawarkan sebuah pekerjaan untuk Mayla. Tempat kerja yang katanya milik kakaknya, yang ternyata Dimas teman sekaligus sahabat Rega, orang yang Mayla sukai. Silahkan kalian garis bawahi atau pertebal di kata 'sukai.
Berniat menjauhi dengan mencari kesibukkan malah jatuh dan terperangkap bersamanya, begitulah Mayla kini. Dia rasanya ingin menolak saat tau kalau wakil divisi Lacerta itu Rega. Namun seperti pribahasa Nasi sudah menjadi bubur, cv-nya sudah sampai di perusahaan dan Mayla sudah berstatus sebagai proofreader pekerja Lepas Andromeda.
Dari awal Mayla menyadari karena semenjak SMA Dimas dan Rega itu sahabatan, hanya saja dia tidak berpikir jauh jika mereka bekerja di kantor yang sama.Ternyata rasa kagetnya tidak sampai disitu saja, Kilas balik pertemuan pertamanya kembali dengan Rega terputar diingatan, Mayla benar-benar kaget ketika mengetahui jika asisten dosen Pak Abian adalah Rega.
Gubrak!!...
Seperti biasa kepala divisi lacerta Rivaldian Dimas Arganta selalu menjadi dalang dari kekacauan dikantor.
"kenapa mas?" tanya Raksa menoleh kearah Meja Dimas.
"kertasnya ternyata jatuh ke kolong meja" teriak Dimas bahagia karena menemukan satu kertas yang sedari tadi dia cari-cari, mengabaikan rasa kepala nyutnyutan akibat terbentur meja kerja . Membuat Agita, Neira dan Rega yang baru saja masuk terhenyak kaget akibat teriakan kepala divisinya.
"tadi kata Reno gimana dim?" tanya Rega seraya kembali ke meja kerjanya.
"dia bilang, nanti aga sorean dia lihat kesini"
Keadaan kembali kondusif, Dimas dan Rega sibuk dengan berkas rapat yang sedang mereka siapkan, sedang yang lain sudah fokus kembali dengan kerjaanya bahkan suara ketikan keyboard yang bergesekan dengan tangan kini terdengar cukup nyaring.
Tak terasa waktu sudah menunjukan pukul delapan malam sedangkan Mayla masih berkutat dengan kertas juga monitornya
"udah nanti biar aku yang kerjain sebagian" Ujar Rega yang kini sudah ada di depan Mayla, sedikit membuat Mayla kaget.
"Lagi pula kantor tutup bentar lagi, aku juga ngga bakal marahin kamu karena telat setor editan tenang aja" susul Rega lagi seraya morogoh kunci motor di jaketnya.
"ngga enak aku kalau telat. ka Rega duluan aja, aku mau beresin satu draf lagi" kata Mayla, namun Rega masih bergeming di tempatnya berdiri dia nampaknya masih menunggu Mayla.
"tersisa draf judul apa?"
"thriller comedy"
"besok aja kamu selesaikan, sekarang pulang" ujar Rega tegas dengan nada tak ingin di bantah.
Awalnya Mayla ingin merampungkan satu draf miliknya sebelum pulang, namun karena perkataan Rega yang terdengar tak ingin di bantah, dia memutuskan untuk melanjutkan lagi di kosannya.
"aku antar, Raksa kemana?" ujar Rega tepat ketika keduanya sudah sampai di lobby kantor yang terlihat sepi.
"Ngga usah ka aku naik ojek aja, ngga tau dia selalu pergi tiba-tiba" Tolak halus Mayla, seraya mengeluarkan ponselnya
"Yaudah, aku tunggu sampe ojek kamu dateng" Jawab Rega, matanya masih fokus memperhatikan Mayla.
"Udah dapet?" tanya Rega lagi seraya mengenakan sarung tangan motornya
"Udah ka itu ojeknya, duluan ya ka" kata Mayla seraya langsung melangkah pergi.
"hati-hati may kabarin kalau sampai" ujar Rega, namun kata terakhir itu belum sempat Mayla dengar karena perempuan itu sudah berlari keluar meninggalkan Rega.
Di luar sudah ada ojek online yang dia pesan tadi, posisinya di sebrang jalan diapun harus menaiki JPO untuk dapat bertemu ojek onlinenya.
Tanpa Mayla tau ternyata Rega belum benar-benar pergi, dia menunggunya hingga perempuan itu sampai ke sebrang dan memastikan kalau itu ojek online yang Mayla pesan tadi. Setelah Mayla menaiki ojek online itu barulah Rega melajukan kuda besinya, mulai meninggalkan area kantor.
Sepanjang perjalanan Mayla masih bertanya-tanya, kenapa harus Rega wakil divisi Lacerta kenapa ngga orang lain? Apa ngga cape kuliah sambil kerja? Ingin rasanya Mayla menanyakan alesan kenapa Rega bekerja? Mengingat kondisi Ekonomi keluarga Pradasa jauh dari kata miskin.
"ternyata bukan hanya fisik yang cape, hati juga"
Memendam rasa suka untuk waktu yang lama pada orang yang sama itu sangat melelahkan, apalagi hampir tiap hari kamu bertemu dengannya. Mayla rasanya ingin berteriak, kenapa semesta masih mempertemukan mereka, seakan mau sejauh apa Mayla pergi dirinya akan ditarik oleh Magnet yang bernama Takdir. Galvino Rega Pradasa adalah cerita cinta masa lalu Mayla yang belum usai.
"sangat melelahkan" ujarnya.
*Note (kalau salah silahkan koreksi)
CPU \= Central Processing Unit bagian perangkat keras komputer yang terpenting, berfungsi sebagai komponen utama.
WFH \= Work From Home, cara kerja di luar kantor, seperti Rumah.
WFO \= Work From Office, bekerja langsung di kantor.
Hardcopy \= berupa data fisik atau salinan fisik dari dokumen yang di cetak di atas kertas. Berbentuk cetakan
Softcopy \= data digital berbentuk file, atau file yang ada di dalam komputer.
Proofreader \= profesi yang tugasnya mengoreksi atau mengedit artikel, sejenis naskah bertugas memeriksa ejaan, tanda baca, tata bahasa sebelum di publikasikan.
Progremmer \= profesi atau pekerjaan yang membuat sebuah sistem lewat bahasa pemrograman atau seseorang yang mengembangkan aplikasi pada sistem komputer.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Reniaputri
makasih ilmunya thor
2025-03-21
0
lia
ngakak Dimas si ceroboh🤣
2023-09-23
1
Arebel
makasih
2023-06-13
0