"Apakah kau benar-benar harus mengatakannya seperti itu?" ucap Riyan menunjukkan senyum pahit. Ia melanjutkan untuk menutup matanya dan menarik napas dalam-dalam.
"Baiklah, aku siap," katanya saat ia membuka mata.
Kamila membuka pintu dan mulai memimpin jalan untuk melewati koridor panjang sampai mereka tiba di lantai tiga.
'Ini ... ruangan Kepala Akademi? ' pikir Riyan saat mereka sampai di lantai tiga dan berdiri di depan sebuah pintu. Kamila mengetuk pintu tersebut.
"Kepala Akademi, ini aku."
"Kamila? Oh, silahkan masuk." Suara seorang wanita bergema dari dalam ruangan.
Kamila membuka pintu dan masuk ke dalam dengan Riyan tepat di belakangnya. Duduk di ujung ruangan dengan meja kayu besar, wanita dengan keindahan rambut merahnya, yang memancarkan aura luar biasa itu.
"Hei, Kamila, siapa itu——"
Kepala Akademi membiarkan mulutnya berhenti berucap saat ia melihat kehadiran Riyan. Sebenarnya ia lupa bagaimana caranya bernafas untuk beberapa saat ketika ia menatap wajah Riyan yang sudah familiar.
"Kepala Akademi, sebelum kamu bereaksi, tolong dengarkan——"
"Riyan?!" Kepala Akademi tiba-tiba berdiri dan menggebrak mejanya dengan kuat, menyebabkan seluruh ruangan bergetar.
Riyan menelan ludahnya dengan gugup. Kekuatan di dunia ini tak terbayangkan dan lebih menakutkan daripada yang ada di dunianya sendiri. Dan ia menilai wanita berambut merah tersebut dengan level lain, itu bagaikan semut dan gajah.
Setelah berdiri, Kepala Akademi itu bergegas berdiri tepat di hadapan Riyan, dan ia mulai mencubit-cubit wajah laki-laki itu, mencolek-coleknya.
"Hei, itu menyakitkan!" Riyan dengan cepat melangkah mundur.
"Kepala Akademi, tolong tenanglah." Kamila dengan cepat berdiri di antara keduanya.
"Kamila! Apa artinya ini?! Mengapa Riyan bisa di sini? Aku menuntut penjelasan!"
"Aku sudah akan melakukannya sejak tadi jika kamu tak menyela." Kamila menghela nafas seraya ia menggelengkan kepalanya.
"Lagian, aku yakin kamu sudah tahu ini, tapi dia adalah Riyan," ucap Kamila.
"Itu tidak mungkin! Riyan telah meninggal tiga bulan yang lalu!" Kepala Akademi terus menatap Riyan dengan seksama.
"Biarkan aku menjelaskannya sampai selesai, kita semua percaya bahwa Riyan telah meninggal. Tapi dia benar-benar bertahan lalu selamat. Dan untuk beberapa alasan, dia tidak bisa kembali sampai hari ini.
Adapun, aku baru saja menemukannya belum lama ini saat akan memergokinya berkeliaran di gedung akademi."
Kepala Akademi menatap Riyan dengan mulut dan mata yang terbuka lebar.
"R-riyan ... apakah ini benar-benar dirimu? Apa yang terjadi selama tiga bulan terakhir? Dari mana saja kamu?"
"Jangan repot-repot bertanya! Dia tak akan bisa menjawabnya, Riyan kini menderita amnesia, jadi dia tidak ingat apapun tentang apa yang terjadi. Sebenarnya dia kehilangan sebagian besar ingatannya," ucap Kamila melanjutkan penjelasan.
"Tak mungkin ..." Kepala Akademi itu terhuyung ke belakang sampai ia tersender di mejanya sendiri.
"T-tunggu! Lalu, bagaimana dengan kemampuan bertarungnya? Apakah dia setidaknya ingat bagaimana caranya bertarung?!" Kepala Akademi memijit keningnya seraya menatap Kamila untuk penjelasan lagi.
"Sayangnya tidak. Riyan lupa tentang itu semua!?" ucap Kamila menggelengkan kepalanya.
Kepala Akademi mulai memikirkan sesuatu.
"Mungkin jika kita bisa membangkitkan ingatannya dengan menggunakan sihir, dia mungkin——"
"Aku sudah mencobanya," sela Kamila, "aku benci untuk mengatakannya, tapi tak ada yang bisa kita lakukan. Tunggu saja sampai dia memulihkan ingatannya sendiri."
"Sungguh bencana!" Kepala Akademi menghela nafas dengan keras, dan ia melanjutkan, "Meskipun tak dapat menggunakan sihir, dia adalah salah satu siswa terkuat di akademi kita! Sebagai seorang pendekar pedang, dia melampaui semua ekspetasi! Dia bahkan telah bertarung dan membunuh banyak Vampire! Tanpa Riyan, kecakapan akademi kita sangat melemah!" terang Kepala Akademi.
"Namun, tak semua harapan hilang! Bahkan jika Riyan kehilangan semua ingatannya. Bakatnya masih ada di sana! Selama kita melatihnya dengan benar, dia akhirnya akan mendapatkan kembali kekuatannya," ucap Kamila menggeleng seraya melirik Riyan yang berada di sampingnya.
"Dan ketika dia memulihkan ingatannya, dia akan menjadi lebih kuat lagi!" imbuh Kamila menegaskan.
Meski sudah berputus asa beberapa saat yang lalu, Kepala Akademi berhasil kembali muncul dengan antusiasmenya berkat Kamila.
Sementara itu, Riyan menelan ludahnya dengan gugup, dan ia melirik Kamila, yang hanya menggelengkan kepalanya dalam keheningan.
'Ahh, benar-benar kacau ...' Riyan menghela napas dalam hati.
"Kepala Akademi, apakah kamu keberatan jika aku yang mengurus pelatihannya?" Kamila tiba-tiba berkata. Ia mengajukan diri untuk mengajari Riyan.
"Hah? Bagaimana dengan tugasmu sebagai perawat? Kamu adalah perawat paling berpengalaman yang dimiliki Akademi!"
"Itu tak seperti aku akan melatihnya setiap hari. Kami akan melakukannya setelah pulang dari akademi."
"Apakah kamu yakin? Kamu tak harus memaksakan diri sendiri. Ada banyak instruktur——"
"Selama kamu membayar biaya lembur." Kamila tersenyum penuh arti.
Kepala Akademi tersenyum, "Aku tak membicarakannya, tapi tentu saja, kamu akan dibayar untuk lembur itu."
"Kalau begitu baik, aku akan melakukannya."
Kepala Akademi pun mengangguk terhadap pernyataan Kamila.
'Haaah ... aku tak bisa membayangkan bagaimana seluruh siswa akademi ini akan bereaksi begitu mereka mengetahui bahwa Riyan asli telah kembali dari kematian.' Riyan menghela napas.
"Lagian, jika kamu memerlukan bantuan, kamu tahu di mana bisa menemukanku." Kepala Akademi tersenyum pada Riyan.
"T-tentu saja, terima kasih. Maaf, sudah membuat repot. Aku sungguh tidak mengingat apa pun kecuali namaku," balas Riyan sambil mengangguk.
'Apa amnesia juga membuat kepribadiannya berubah? Perasaan dia jarang bisa bicara sepanjang itu. Riyan pun kini sedikit berekspresi!?' pikir Kepala Akademi.
Riyan kemudian meninggalkan ruangan Kepala Akademi dengan Kamila tak lama setelahnya.
"Sekarang apa?" tanya Riyan menoleh pada Kamila.
"Sekarang kamu akan pergi ke kelas dan benar-benar telah kembali dari kematian. Jadi, kamu harus bersiap-siap terhadap respon dari orang-orang," ucap Kamila dengan tenang.
Riyan menelan ludahnya, ia sedikit tegang, "Kelas apa yang akan aku ikuti? Kelas sihir?"
"Kamu tak bisa menggunakan sihir, jadi kamu hanya mengambil kelas biasa," jawab Kamila, sedikit menjatuhkan ekspetasinya Riyan.
"Selama bukan tentang sihir dan Vampire, aku seharusnya tak kesulitan. Jadi, aku tak akan pernah gagal dalam setiap kelas yang kuikuti ..." Riyan menghela napas dan Kamila menatapnya dengan pandangan aneh.
"Kenapa kau melihatku seperti itu? Belajar adalah satu-satunya hal yang aku sukai," ucap Riyan setelah melihat ekspresi aneh dari Kamila.
Beberapa saat kemudian, mereka kembali ke lantai dua dan berhenti di depan kelas pertama di samping tangga. Kamila mengetuk pintu dan menunggu guru di dalam untuk merespon.
Sesaat kemudian, rambut pirang yang indah dan memakai baju berwarna putih muncul di hadapan mereka.
"Kamila? Apa yang——" Guru tersebut berhenti berucap saat melihat sosok pemuda berdiri di belakang Kamila. Dan yah, wajahnya tak asing.
Butuh waktu yang lama, tapi akhirnya ia mengenali wajahnya dan berseru dengan terkejut, "R-r-riyan?!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
BTN
Tetangga ku penjual bensin eceran, namanya Riyan .. kalau udah main tok tok mirip kayak manusia dari dunia lain, aku jadi curiga Riyan yang di bilang mati malah pindah dimari ..
2022-11-22
2