Chapter 2: Dari dunia lain

"Ceritakan padaku semua tentang dirimu, bicaralah seolah-olah ini adalah pertemuan pertama kita," ucap Kamila yang tidak membiarkan matanya berpaling dari sosok pemuda berambut hitam yang dikenalnya.

Riyan menghela napas. Ia tidak mengerti mengapa Kamila bertingkah seperti ini, tapi ia menganggukkan kepalanya tanpa peduli. Yah, turuti saja keinginannya.

"Namaku Riyan, saat ini aku berusia 18 tahun, nilaiku di atas rata-rata karena aku orang yang cerdas. Ulang tahunku adalah pada hari pertama di bulan pertama, yah 1 Januari. Hobiku membaca. Kebanyakan buku fiksi dan misteri.

Aku suka makanan manis dan pedas tapi tidak menyukai makanan asam atau asin. Aku diterima di SMA ini setelah meraih nilai sempurna pada ujian. Aku ... aku tak punya teman di sekolah bahkan setelah setahun di sini, dan aku sering di-bully karena hal itu dan karena aku berasal dari keluarga biasa. Berbeda dengan siswa-siswa lain."

"Apakah ada lagi hal lain yang kak Kamila ingin aku katakan?" ucap Riyan seperti menantang Kamila. Ia benar-benar percaya diri pada jawabannya.

"Apakah kamu ingat pertemuan pertama kita?" tanya Kamila menatap Riyan penuh selidik. Ia masih butuh informasi yang lebih spesifik.

"Tentu saja. Kita bertemu saat aku cedera yang disebabkan Ryu dan kelompoknya. Kak Kamila lah yang merawatku."

"..."

Kamila lantas diam-diam menatap Riyan dengan ekspresi tertegun di wajahnya. Ia jelas bingung. Namun, beberapa saat kemudian, Kamila berbicara,

"Pertama-tama, tempat ini bukan sebuah SMA seperti yang kamu katakan. Tempat ini disebut sebagai Akademi sihir. Kedua, kamu memiliki banyak teman, dan tidak ada yang berani mengganggumu."

"Uhh? Kenapa begitu?" Riyan memijit keningnya, ia mencoba memahami situasi.

"Ini menegaskan bahwa kamu bukan Riyan ... setidaknya bukan Riyan yang aku tahu. Namun, kamu masih Riyan ... mungkin. Hanya ada satu penjelasan yang masuk akal untuk fenomena ini ... kamu, Riyan dari dunia lain, entah bagaimana melintasi dunia ini——dunia di mana Riyan yang asli sudah tidak ada."

Rahang Riyan turun setelah mendengar penjelasan Kamila. Ia masih belum sepenuhnya mengerti dan percaya.

'Kak Kamila ... dia sudah gila!' Riyan menjerit di dalam hati.

"Aku tahu kamu berpikir bahwa aku gila, tapi biarkan aku untuk menunjukkan kebenaran, bukti ...." Kamila tiba-tiba mengangkat lengannya dan memposisikan telapak tangannya langsung tepat di depan wajah Riyan.

"Tangannya ... itu bercahaya?" gumam Riyan dengan cemas.

Saat berikutnya, Kamila bergumam dengan suara rendah, "Heal."

Riyan bisa segera merasakan sensasi hangat menyebar ke seluruh wajahnya, dan rasa sakit di mata kirinya mulai menghilang.

Beberapa saat kemudian, Kamila menurunkan tangannya dan berkata kepada Riyan, "Silahkan bercermin."

Riyan tak banyak bertanya dan langsung pergi ke depan cermin di westafel, dan kejutan paling besar ... mata kiri yang seharusnya bengkak, dengan sedikit keajaiban kini benar-benar telah sembuh.

Riyan meraba-raba wajahnya seakan tak percaya. Yah, sedikit luar nalar.

"A-apa yang baru saja terjadi? Bagaimana kau melakukannya, kak Kamila?" Ia beralih untuk melihat Kamila, meminta penjelasan lebih lanjut. Semua itu masih hal baru bagi Riyan.

Dengan suara yang tenang, Kamila menanggapi, "Dilihat dari responmu, aku dapat menganggap bahwa 'sihir' tidak ada di duniamu, yang membuat segalanya menjadi lebih mudah."

"Sihir?" ucap Riyan menatap Kamila seraya melebarkan matanya.

"Ya, sihir," tegas Kamila, dan ia menciptakan cahaya kecil yang melayang di atas telapak tangannya.

"B-bisa aku sentuh itu?" Riyan bertanya dengan gugup sekaligus antusias.

"Tentu."

Riyan mulai menyodok bola cahaya dengan telunjuk untuk awalan, maka kemudian ia mencoba meraihnya, tapi itu akan menembus tangannya seperti sebuah hologram. Namun, ia bisa merasakan sensasi hangat dari bola cahaya itu.

Setelah mengambil waktu panjang untuk menerima situasinya, Riyan akhirnya bertanya, "Bagaimana aku bisa berakhir di dunia ini? Dapatkah kau mengirimku ke dunia asalku?"

"Kamu cepat beradaptasi, itu bagus." Kamila mengangguk-angguk dengan puas.

"Lagian, aku tak tahu bagaimana kamu datang ke dunia ini, tapi karena duniamu tak memiliki sihir, aman untuk berasumsi bahwa seseorang di dunia ini telah memanggilmu ke sini untuk alasan tertentu. Sayangnya, aku tak tahu bagaimana mengirimmu kembali ke dunia asalmu."

"Lalu kau tahu siapa yang bisa mengirimku kembali?" ucap Riyan dengan wajah yang penasaran.

"Tidak. Meski ada orang yang mampu menggunakan sihir teleportasi, aku tidak tahu bahwa siapa pun cukup kuat untuk teleport antar dimensi."

Riyan mengusap matanya dengan frustasi, dan ia menghela napas, "Apa yang harus kulakukan sekarang?"

"Kamu bisa tinggal di sini sampai kamu bisa pulang ke rumah, yang entah kapan itu," ucap Kamila dengan santai mengangkat bahunya.

"Tapi aku seharusnya mati di dunia ini, 'kan? Tidakkah itu menyebabkan semacam masalah tertentu? Aku tak tahu apa-apa tentang sihir, tapi aku telah melihat cukup banyak film untuk mengetahui apa saja yang mungkin terjadi."

Kamila berpikir sebentar sebelum lanjut berbicara, "Mayat Riyan asli tak pernah ditemukan, jadi kita bisa mengatakan bahwa kamu berhasil selamat. Dan ini bukan film. Serahkan semuanya padaku. Aku akan mengurusnya."

Tidak punya pilihan selain mengandalkannya, Riyan mengangguk, "terima kasih, kak Kamila."

Riyan mendadak terpikirkan sesuatu.

"Ngomong-ngomong, jika kau tidak keberatan, aku ingin bertanya, bagaimana hubunganmu dengan Riyan asli? Aku praktis berteman baik dengan kak Kamila dari duniaku——meskipun dia mungkin tak akan mengakuinya."

Kamila tidak langsung menanggapi, ia diam sebentar seolah-olah sedang memikirkan jawaban yang pas untuk pertanyaan dari Riyan.

"Yang kuketahui tentang Riyan asli itu sedikit. Dia cuma datang jika mengalami luka, tapi karena dia selalu terluka. Aku pun selalu berurusan dengannya. Y-yah, kami menjadi cukup dekat, tapi kami bukan teman. Aku lebih tepat dipanggil mentor olehnya."

"Seorang mentor, ya? Kurasa kau sama seperti kak Kamila yang aku tahu, kalau begitu aku sangat senang jika tak banyak perbedaan," ucap Riyan menunjukkan senyumnya yang hangat.

Kamila melihat senyuman Riyan dengan ekspresi yang bingung.

Beberapa saat kemudian, Kamila berkata, "Lagian, jika kamu ingin bertahan di dunia ini, maka kamu harus belajar tentang sihir terlebih dulu."

Riyan mengangguk dengan ekspresi yang serius di wajahnya, sama sekali tidak menyadari dunia yang kejam baru ia singgahi.

Terpopuler

Comments

aries

aries

lanjut

2022-11-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!