Tiga malam sudah Kakek Darmo di makamkan. Hari ini sanak keluarga pulang ke rumah masing-masing setelah acara tiga harian tadi malam.
Hanya Om Veri yang masih lajang tinggal di rumah bersama Nenek Usni. Bela dan orang tuanya pulang ke rumah mereka siang hari.
Bela pulang berboncengan dengan Ayahnya. Di tengah perjalanan tiba-tiba ada suara seperti pesawat mau mendarat diatasnya.
"Yah, dengar enggak ada suara kayak gasingan, seperti pesawat mau mendarat yah?" Tanya Bela.
"Ayah nggak dengar Bel, mungkin karena kamu nggak tidur tadi malam jadi kepalamu pusing." Kata Pak Kusman menenangkan anaknya.
Tiba-tiba dari arah samping kiri Bela. Segerombolan hewan aneh datang menghampirinya dari atas.
"Mulai sekarang kami ikut dengan mu Bela whahahaha." Kata seorang nenek tua sambil tertawa menggelegar.
Bela sangat ketakutan, tetapi sebisa mungkin ia mempertahankan keseimbangannya. Ia harus sadar bahwa tidak ada yang bisa membantunya saat ini.
Bela ingin menceritakan kepada Ayahnya apa yang ia lihat. Tapi niatnya Bela urungkan karena sang Ayah lagi mengendarai motor.
Bela melihat dalam rombongan itu, seekor kura-kura raksasa, seekor cacing raksasa yang menggeliat-geliat besarnya sekitar sebesar pohon kelapa, seekor harimau besar, seekor burung elang, seekor kera besar, dan seorang Nenek tua berpakaian serba hitam yang mengerikan.
Selebihnya Bela tidak memperhatikan. Bela tetap pada pendiriannya bahwa semesta, termasuk dirinya adalah milik Tuhan Sang Pencipta.
"Pergilah saya tidak ingin kalian ikuti." Gumam Bela.
"Tidak bisa Bela, Kakek mu sudah mengikat perjanjian dengan kami. Sekarang kami lapar." Kata nenek tua dengan mata yang menyala-nyala.
Nenek itu mengibarkan tongkat yang menyala kepada Bela. Ia memejamkan mata pasrah sambil memegang erat jaket yang dipakai Ayahnya.
"Pergilah, jangan ganggu Bela." Kata Bela berteriak.
"Ada apa Bela?" Tanya Ayah Kusman.
"Nggak Yah. Memangnya Ayah tidak melihat tadi?" Tanya Bela kembali.
"Lihat apa Bel? Ayah tidak lihat siapa-siapa." Kata Ayah Kusman.
"Oh, tidak apa-apa Yah. Mungkin Bela salah lihat." Jawab Bela menenangkan diri.
Akhirnya mereka tiba di rumah. Mama Iren dengan motor yang berbeda pun beriringan sampai dengan motor yang di kendarai Ayah Kusman.
Mereka duduk di ruang tamu. Melepas lelah setelah mengurus Kakek Darmo yang sakit sampai dengan pemakamannya.
Bela duduk memegang ponselnya. Ia mencoba menerka maksud dari makhluk yang mendatanginya tadi.
"Ma." Kata Bela melirik Mama Iren.
"Kenapa Bel?" Tanya Mama Iren.
"Ma, apa Mama pernah lihat nenek tua pakai baju hitam temannya Kakek Darmo?" Tanya Bela penasaran.
"Teman Kakek yang mana Bel?" Tanya Mama Iren.
"Yang mengikuti Kakek waktu ke sungai itu Ma? Habis Kakek cium kening Bela." Jelas Bela.
Mama Iren emosi karena Bela bicara yang tidak-tidak, di tambah badan dan pikiran Mama Iren masih lemah setelah kematian Kakek Darmo.
Ayah Kusman melihat emosi istrinya yang tidak stabil. Dan juga anak perempuannya sangat penasaran tentang mertua yang sudah meninggal. Ayah Kusman mengajak istrinya kebelakang meninggalkan anak mereka.
"Ma, yuk." Kata Ayah Kusman.
"Iya Yah." Jawab Mama Iren.
Setelah sampai di pekarangan belakang. Ayah Kusman mempersilahkan istrinya duduk di bangku kayu yang ada di pekarangan.
"Ma, Saya tau Mama sedang bersedih hati dengan meninggalnya Ayah." Kata Pak Kusman.
"Iya, Yah... Mama maaf." Jawab Mama Iren menghela napasnya.
"Percaya atau tidak, Ayah merasa memang ada sesuatu yang menggangu Bela setelah kematian Ayah Darmo." Jelas Pak Kusman.
"Maksud Ayah?" Selidik Mama Iren.
"Mama, ingat kan malam waktu Ayah Darmo belum dimakamkan. Bela terus saja kepanasan, yang Mama kipas-kipas itu." Jelas Pak Kusman.
"Memang ada apa yah?" Tanya Mama Iren sungguh-sungguh.
"Ayah hanya pastikan, itu tidak wajar. Masa semua orang memakai jaket tebal karena kedinginan. Diluar juga hujan lebat dari sore hari." Kata Ayah Kusman.
"Iya juga Yah." Kata Mama Iren mengangguk.
"Dan tadi waktu dijalan, Bela mengusir seseorang. Ayah merasa Bela ketakutan, Ia memegang erat jaket Ayah. Setelah agak tenang ia memeluk Ayah. Tetapi Ayah benar-benar tidak melihat siapa pun sedang berpapasan dengan kami." Jelas Ayah Kusman.
"Terus bagaimana Yah dengan putri kita?" Tanya Mama Iren.
"Mama yang sabar saja, kalau anak kita bertanya boleh Mama jawab setau Mama. Serta beri kekuatan kepada dia." Kata Ayah Kusman.
Suami istri itu kembali menemui anak mereka yang memainkan ponsel di depan tv. Bela sengaja tidak menghiraukan sekelilingnya yang terasa semakin aneh.
"Bela, mau makan nak?" Tanya Mama Iren kepada anaknya.
"Ma boleh Bela mengatakan sesuatu?" Tanya Bela menunduk.
"Ada apa sayang?" Tanya Mama Iren balik.
"Iya, ceritakan lah sayang." Kata Pak Kusman menimpali.
"Ayah, Mama. Mengapa semua makhluk itu mengikuti Bela? Dan Nenek tua itu berkata bahwa Bela adalah milik mereka." Kata Bela menangis.
"Nggak sayang, Bela adalah anak Ayah sama Mama." Kata Pak Kusman.
"Tapi mereka maksa untuk ikut dengan Bela Yah, Kakek Darmo mengikat perjanjian dengan mereka." Kata Bela menunduk.
"Bagaimana ini Yah? Mengapa bisa anak kita?" Kata Mama Iren merasa bersalah.
"Karena Bela adalah anakmu dan keturunan Ayah Darmo. Bagaimana bisa ia tega melakukan perjanjian dengan iblis." Ayah Kusman lemas.
"Maafin Mama Nak." Kata Mama Iren.
"Iya Ma, Bela tidak apa-apa." Kata Bela.
"Bel, mulai sekarang kamu tidur ditemani sama Mama. Dan ingat bahwa kita ini adalah manusia ciptaan Tuhan, Iblis tidak berhak atas kita. Ingat juga Tuhan tidak pernah menyakiti ciptaannya. Kamu harus kuat Nak." Kata Ayah Kusman.
"Iya Yah, Bela akan ingat pesan Ayah." Jawab Bela.
Tidak lama kemudian terdengar suara elang dari arah belakang. Mama Iren memeriksa ke halaman belakang.
Ia melihat Elang hitam sedang memakan sisa nasi di dekat sumur. Memang di atas sumur tidak di kasih atap.
Mama Iren melihat tidak ada luka di badan elang. Dan di kakinya terdapat gelang seperti emas berkilauan.
Bela dan Pak Kusman menyusul kebelakang. Kemudian Elang itu ingin hinggap di bahu Bela. Segera Pak Kusman mengusirnya. Kemudian Elang itu terbang ke tower yang ada di belakang rumah.
"Yah, Elang siapa itu? Jarang ada Elang jinak seperti itu?" Kata Mama Iren.
"Terluka juga enggak, biasanya juga Elang di dalam hutan." Mama Iren merasa sedikit aneh.
"Entahlah Ma, Ayah juga tidak tau." Jawab Pak Kusman.
"Yah, itu Elang yang tadi Bela lihat di jalan bersama nenek tua." Bisik Bela kepada Ayahnya.
Setelah berbisik kepada Ayahnya, Bela berlalu masuk ke dalam kamar. Ia ingin menenangkan pikirannya sejenak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Via Ge
semoga saja, bisa membuat pembaca merinding. kalau nggak gagal deh penulisnya😅, semangat buat kk😍
2022-12-20
1
Anisa Nurapiah
wah kok jadi serem ya!
2022-12-20
0
Anisa Nurapiah
wah apakah itu
2022-12-20
0