Upacara Penyambutan

Seminggu kemudian, sehabis makan malam Bela membaringkan tubuhnya di ranjang kamar. Ia lelah seharian berada di sekolah.

Belum sempat Ia memejamkan matanya. Dari jendela terlihat seperti sosok laki-laki. Bela kemudian mendekati jendela, tetapi sosok itu sudah berlari kearah sungai belakang rumah.

Bela berjalan dengan waspada, tanpa penerangan apapun di bawa nya. Sekitar pukul 8.00WIB, Bella menyebrangi sungai.

"Perasaan sudah malam, tapi kok arah sungai ini masih terang benderang?" Gumam Bela.

Bela sedang menyebrangi sungai di depannya nampak mulut gua. Ia tak sengaja melihat keatas mulut gua tersebut.

Seketika Bela menutup mulutnya. Di atas gua nampak istana dan orang sedang berpesta.

Ketika Bela sampai di mulut gua, Tiba-tiba seorang laki-laki tampan menyapa. Bersamaan dengan itu tangga yang sepertinya terbuat dari nilon emas di turunkan ke arah mereka.

"Selamat siang Putri Arabella, selamat datang di Kerajaan abadi permaisuriku." Kata laki-laki itu.

"Maaf, nama saya Belacia. Kamu siapa kok bisa ada disini?" Tanya Bela.

"Menurut ketentuan, saya akan menikahi mu dan akan memerintah kerajaan bersama Ratu Arabella." Kata laki-laki itu.

Sebenarnya Bela sadar bahwa tidak ada istana di atas gua pada siang hari. Bela juga sadar bahwa tadi Ia sedang tiduran di kamar.

Semakin aneh, Ia merasa tidak mungkin dirinya bisa menyebrangi sungai besar dan deras itu.

Tetapi semua logika itu Ia tolak. Rasa ingin taunya melebihi rasa takutnya saat ini. Bela hanya memastikan apa benar ada istana di atas gua ini.

"Silahkan naik duluan Tuan Putri." Kata laki-laki itu.

Bela mencoba menyusuri tangga yang di turunkan dari atas tadi. Ia merasa ada yang aneh dengan laki-laki ini.

"Maaf nama kamu siapa?" Tanya Bela menyusuri anak tangga di ikuti laki-laki tersebut.

"Gedion." Jawab laki-laki itu.

Tapi di telinganya, Bela mendengar kata "Legion", yang di ucapkan oleh banyak orang sambil tertawa. "Ngeri sekali tempat ini." Kata Bela dalam hati.

Bela dan laki-laki itu sudah sampai di halaman istana. Semua orang yang ada di situ membungkuk kepada Bela.

"Silahkan duduk Tuan Putri." Kata Gedion yang sudah duduk di singgasananya.

Singgasana yang lain masih kosong. Singgasana itu di balut dengan emas murni.

Hanya tempat duduknya saja terlihat seperti benda empuk berwarna ungu. Lengkap dengan tiga orang dayang di sisi kiri dan kanannya.

"Ayo, silahkan duduk. Jangan takut." Kata laki-laki bernama Gedion itu.

Dua orang pelayan mendekati Bela. Mereka mempersilahkan Bela untuk duduk di singgasana. "Apa salahnya saya coba." Bela meyakinkan niatnya setelah Ia berdoa sejenak.

Bela dengan hati-hati dan tetap waspada berjalan mendekati singgasana tersebut. Ia pelan-pelan duduk, diiringi tepuk tangan yang gemuruh dan tawa yang mengerikan. "Penyambutan apakah seperti ini?" Tanya Bela dalam hati.

"Sekarang waktunya penobatan bagi Putri." Kata seorang dari mereka.

Seorang wanita membawakan barang seperti mangkok hitam. Lebih tepatnya seperti batok kelapa. Ia membawa benda itu dan menyerahkannya kepada Bela.

"Sekarang minumlah anggur keabadian itu, Permaisuriku." Kata Gedion dengan senyum diiringi tawa menggelegar.

Bela memperhatikan isi dari benda tersebut. Sebisa mungkin Ia menyadarkan dirinya. Ia tidak ingin terpengaruh dengan apa yang Ia lihat sekilas ini.

Dengan kesadaran penuh, Bela melihat darah segar di dalam mangkok tersebut. Berisikan hati dan jantung, di dalam mangkok juga ada seperti jani manusia. Bela tidak bisa memastikan apa benar itu janin, atau hanya mirip.

"Maaf, Bela tidak biasa memakan ini." Kata Bela.

Suasana menjadi riuh, mereka menampakan wajah yang marah. Seketika itu juga Bela melihat dalam tubuh semua orang yang ada di situ adalah serpihan tulang yang rapuh.

Bela melirik sejenak kepada Gedion di singgasananya. Tetapi Bela tidak melihat perubahan dari tubuh Gedion.

"Semua diam, tetap tenang." Kata Gedion memerintah.

Suasana menjadi seperti semula. Mereka sepertinya takut dan tunduk kepada Gedion.

"Kamu mau ganti makanan sayang?" Tanya Gedion dengan wajah yang di buat selembut-lembutnya.

"Maaf sepertinya saya mau pulang." Kata Bela tegas.

"Tapi Putri inilah rumah kamu. Istana kita." Kata Gedion menahan amarah.

"Saya rindu sama Bapak dan Ibu." Dalih Bela.

Dalam sekejap datang kedua orang tuanya Bela dari depan istana. Tapi Bela tidak ingin percaya, karena Ia tau ini adalah perangkap baginya.

"Maaf, ini bukan orang tua saya. Kalian bukanlah manusia." Kata Bela.

Bela tidak tau harus berjalan ke arah mana. Tidak mungkin juga Ia melewati jurang dan sungai tadi. Hal itu mustahil baginya tanpa kekuatan gaib.

Bela meninggalkan tempat itu tanpa arah. Ia tidak menoleh kebelakang, tetapi mata batinnya melihat bahwa di belakangnya hanya lah hutan yang gelap.

Sedikit Bela merasa takut, tapi Ia tetap ingin memastikan apa benar yang di lihat indra keenamnya itu. Bela memutar badan, "Astaga, ternyata benar tempat ini hanyalah hutan gelap." Gumam Bela.

Bela terus berjalan terseok-seok, tanpa penerangan tanpa tau arah utara atau selatan yang harus di tempuh.

Sesuatu melayang di depannya dalam gelap. Hanya sinar bulan yang nampak setengah lingkaran menjadi penerang. Bela mengira itu adalah elang atau burung besar yang lewat.

"Hahahahaha... Keturunan Darmo, kamu tidak bisa lepas dari kutukan ini." Suara yang di kenal Bela.

Suara itu adalah suara nenek tua yang menampakan diri tempo hari. Bela tidak menghiraukan suara itu. Ia tetap berjalan menyusuri hutan.

"Raja penguasa sudah baik kepadamu, keturunan Darmo, dengan mengangkat dirimu sebagai Ratu kerajaan." Suara nenek tua menggelegar di kelamnya malam.

"Bela bukan keturunan setan, ingat itu baik-baik. Pergilah atau kita harus bertarung?" Ancam Bela sudah tidak merasa takut.

Entah takut atau tidak mau bertarung dengan Bela. Suara dan bayangan hitam itu menghilang. Tidak berapa lama sekitar sepuluh menit, Bela mendengar suara motor dari kejauhan.

Ia mendekati suara motor tersebut. Benar saja Bela mendapati jalan menuju daerah persawahan. Ia sudah hapal dengan jalan tersebut.

Bela mengikuti jalan ke arah rumahnya. Suara motor tersebut mendekat ke arah Bela.

Tittt Titttt

Suara klakson motor tepat dibelakang Bela berdiri. Ia menoleh ke belakang dan melihat saudara sepupu Ayahnya.

"Uwak Gerson?" Kata Bela kaget.

"Bela? Kenapa kamu malam-malam berjalan sendirian di sini?" Tanya Uwak Gerson lebih kaget.

"Iya Uwak, Bela tidurnya ngigau." Kata Bela menutupi.

"Ayok, naik Uwak antar pulang." Kata Uwak Gerson.

Bela berboncengan dengan Uwak Gerson tanpa bicara. Bela merasakan bajunya kotor dan basah.

"Bela apa yang terjadi nak?" Tanya Uwak Gerson.

Bela bingung mau dijawab apa pertanyaan dari Uwak Gerson. Lama Bela berpikir, akhirnya mereka sampai di depan rumah Bela. "Selamat, syukur-syukur." Kata Bela dalam hati.

Setelah berpamitan dan mengucapkan terimakasih, Bela masuk kedalam. Sedangkan Uwak Gerson mampir dan ngobrol dengan Pak Kusman, Ayah Bela.

*Uwak (Kakak/Kakak sepupu laki-laki dari orang tua kita)

Terpopuler

Comments

Sela Sea

Sela Sea

yuk ikuti keseruannya

2022-11-28

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!