Chapter 5
Daedalus dikepung tiga prajurit, mereka melingkari dirinya dan perlahan mengecilkan lingkaran pengepungan. Di sisi lain Toras terancam nyawanya dengan Greg mengarahkan pedang padanya, memastikan Toras tak dapat membantu Daedalus. Namun walau Toras tak disandera seperti itu, Daedalus tak yakin Toras akan dapat membantu banyak, terbukti sekali beradu pedang saja dengan Prajurit Gallam, Toras langsung kehilangan keseimbangannya.
Prajurit Gallam melangkah lebih maju daripada prajurit lain, dia memain-mainkan pedangnya. “Kau tahu sesuatu yang lebih lucu dari kau yang terperangkap seperti tikus ini, budak?” kata Prajurit Gallam. Daedalus tak menjawab. “Kau yang seorang budak menyelamatkan budak lain. Itu adalah lelucon paling konyol yang pernah kulihat.”
Prajurit lain tertawa mendengarnya.
“Kau banyak bicara,” kata Daedalus kesal. Dia menengok situasi kapan dia akan bergerak melawan. Tapi melihat tiga lawannya membawa pedang sedangkan dia hanya bersenjatakan slime, dia menunggu waktu yang tepat.
“Tapi itu kenyataannya, Budak,” tambah Prajurit Gallam. “Hidupmu saja sudah lelucon! Dan hidupmu itu akan berakhir disini. Serang dia kawan-kawan!”
Dua prajurit yang baru datang segera mengapit Daedalus dari dua arah. Pedang mengangkasa dan Daedalus meminjam seluruh kekuatan Iblis Slimonoid untuk menyelimuti tubuhnya dengan slime. Sedetik kemudian dia diselimuti slime.
Daedalus tidak tahu ketahanan slime merah yang menyelimuti tubuhnya tersebut, namun dia dapat merasakan tubuhnya ringan. Dia menanti timing yang tepat sewaktu kedua pedang prajurit tersebut hendak membelahnya menjadi dua, Daedalus mengelak dan memukul wajah mereka berdua.
Mereka tumbang ke arah dimana Prajurit Gallam berada. Daedalus kini membelakangi bukaan masuk, dia bisa saja berbalik kabur dan selamat dari situasi tak menguntungkan ini. Tapi Toras yang disandera serta identitas Daedalus yang sudah ketahuan mencoba memberontak hanya akan membawa malapetaka bagi keluarganya atau bahkan bagi Riel sendiri.
Terdengar derap langkah dari lorong tangga yang berarti ada prajurit lagi yang datang. Opsi kabur sudah keluar dari pilihan yang ada. Yang bisa dilakukan Daedalus sekarang adalah melawan dan menang, serta bersiap menyambut prajurit yang sebentar lagi tiba. Jadi dia mengukuhkan kedua kakinya dan melawan.
“Dengarkan langkah kaki itu, budak, itu langkah kematianmu yang semakin mendekat,” kata Gallam. Dia maju bersama dua prajurit yang lain. “atau kau lebih memilih aku sebagai pencabut nyawamu? Tidak mau? Kami datang!”
Mereka bertiga maju serentak. Pedang mereka layangkan pada Daedalus. Daedalus menghindar ke kiri pada serangan pertama, lalu prajurit kedua menyambutnya dan Daedalus kembali menghindar ke kanan. Namun, Prajurit Gallam telah siap menyambutnya disana. Belum sempat Daedalus berpijak sempurna, pedang Prajurit Gallam menusuk dada Daedalus.
Daedalus menangkis tusukannya dengan tangan yang diselimuti slime. Itu berhasil! Tusukan Prajurit Gallam melambat sehingga memberikan Daedalus waktu untuk bereaksi lagi. Daedalus begitu senang melihat wajah terkejut yang ditampilkan Gallam.
Daedalus menangkap pedang Prajurit Gallam dan mencemoohnya, “Tiga prajurit kalah melawan seorang budak, itu adalah lelucon yang sungguh lucu.”
Prajurit Gallam berdecak kesal. Mereka berdua berebut pedang dan saling bertukar pukulan. Tapi tiap pukulan Prajurit Gallam tak dapat menembus slime Daedalus yang lentur.
Daedalus nyaris berhasil mengambil alih pedang Prajurit Gallam jika saja dia tak merasakan dua bilah pedang menebasnya dari dua arah. Daedalus merasakan perlambatan tebasan dua prajurit di belakangnya, tapi melambat bukan berarti tidak sampai. Daedalus mencoba lepas dari situasi tersebut dan melepaskan Prajurit Gallam, namun Prajurit Gallam mencengkramnya supaya tidak dapat kabur.
“Sekarang potong budak ini menjadi dua!” teriak prajurit Gallam.
Daedalus menggeliat, namun itu hanya menambah bilah tajam pedang semakin menembus lapisan slimenya. Waktu bergerak lambat, dia merasakan seperti seorang pahlawan yang diujung kematiannya.
Dia dapat melihat Toras masih disandera oleh Greg. Dia dapat melihat Prajurit Gallam berteriak kencang agar dia ditebas menjadi dua. Dia dapat melihat kedua prajurit yang menebasnya menekan pedang mereka seperti koki dapur menekan pisau ke bawang putih.
“Sekarang!” Sebuah suara wanita familiar menangkap perhatiannya. Suara itu berasal dari derap langkah kaki yang mereka dengar tadi.
Seorang pria bertubuh gemuk menabrak prajurit di kirinya. Seorang pria bertubuh kurus menikam leher prajurit di kanannya. Daedalus tak menyia-nyiakan kesempatan emas itu, dia segera mencekik Prajurit Gallam dan membantingnya ke tanah.
Prajurit Gallam terhempas, dia mencoba melawan tapi Daedalus segera meninju wajahnya dan menghentikan pergerakannya. Pria gemuk yang tadi menabrak prajurit di kirinya menahan pergerakan prajurit tersebut. Dia mengenali pria itu, dia Yogot, teman sesama budaknya.
Lalu dia menengok ke arah orang-orang yang baru datang. Dia mengenali mereka semua. Yang berteriak tadi adalah Yvonne, dia memegang celurit di tangannya. Di sisinya ada Tael dengan senjata sama. Kemudian pria kurus yang menikam prajurit tadi adalah Lupan, dia membawa belati kecil.
“Apa yang kalian lakukan disini?” tanya Daedalus kebingungan.
“Kau benar, bang, seharusnya ayah dan ibu ikut bersamamu menyelamatkan Riel, tapi mereka tidak,” kata Tael. “maafkan aku sebelumnya tidak di pihakmu. Tapi setelah abang pergi, aku segera meminta bantuan pada Yvonne dan lainnya.”
“Dan kau tahu kami akan ada disini?”
Tael mengangkat bahu. “Aku menebak kau akan pergi mendatangi Gallam di Menara Tua, dan yah, aku benar.”
Yvonne bergerak ke arahnya dan meletakkan celurit ke leher Gallam.
“Jangan!” larang Daedalus saat mengetahui niat Yvonne.
Yvonne mengangguk mengikuti tak melanjutkan. Lupan disisi lain mendekati Yogot yang menahan seorang prajurit. Dia mengambil pedang si prajurit lalu membawanya mendekati Daedalus dan yang lain.
“Kita punya masalah, Daedalus,” kata Yvonne. Dia menunjuk ke arah Toras yang masih disandera Greg.
Greg kikuk melihat mereka. Tangannya yang memegang pedang gemetaran begitu pula dengan suaranya. “J-jangan mendekat atau orang tua ini akan kubunuh!”
Yvonne melihat ke arah Daedalus. “Berbicara lemah lembut bukan keahlianku,” kata Yvonne. “Begitu juga dengan Lupan yang pendiam maupun Yogot yang banyak bicara. Tael juga keluar dari perhitungan, sisanya adalah dirimu. Orang beruban disana temanmu, kau satu-satunya yang bisa membujuk prajurit itu melepaskan dia.”
Daedalus menghela napas. Yogot si gempal menyemangatinya, “Kau bisa, Daedalus!” Ya, dia bisa melakukannya.
Daedalus mulai membujuk. “Greg, namamu, Greg, ‘kan?”
Prajurit itu mengangguk.
“Greg, kami disini tidak ingin menyakiti siapapun, kami hanya ingin informasi dimana Riel dan gadis-gadis yang kalian bawa disekap. Itu saja.”
“Katakan itu pada prajurit yang kalian bunuh!” Gallam berseru walau celurit Yvonne menempel di lehernya. “Kau melepaskan dia Greg dan budak-budak ini akan menyembelih kita seperti babi!”
Greg terparanjat. Dia semakin mendekatkan pedangnya ke leher Toras. “Oke Gallam, jika dia membunuhmu, aku akan membunuh orang ini duluan.”
“Berhenti dan jangan!” seru Daedalus. Dia tak ingin ada yang mati. “Jika aku ingin membunuhmu, Greg, aku sudah membunuhmu dari sejak aku merebut pedangmu. Tapi aku tidak melakukan itu karena aku tidak ingin siapapun terbunuh.”
Greg mulai mengendurkan pedangnya. Dia menengok ke arah Gallam yang menyarankannya untuk tak menyerah lalu dia menengok ke arah Daedalus dengan wajah meyakinkan.
“Dia berhati mulia, tuan prajurit,” tambah Toras. “jika kau melepaskanku, maka kau akan selamat. Tapi jika kau membunuhku, tuhan tahu kau juga akan ikut ke neraka bersamaku.”
Akhirnya Greg melepaskan Toras dari sanderanya. “O-oke kalau begitu, sekarang lepaskan juga Gallam dan prajurit yang satunya.”
Daedalus menyuruh Yvonne melepaskan Gallam, dan Yvonne membuat Gallam berdiri dan itu saja. “Sekarang katakan dimana gadis-gadis itu disekap?” katanya pada Gallam.
Gallam menjawab dengan memberikan tatapan dingin kepada Yvonne. “Bunuh saja aku budak!”
“Baik jika itu yang kau mau,” balas Yvonne.
Daedalus segera merebut Gallam dari Yvonne. “Hentikan, aku katakan tak ada yang harus mati lagi disini.”
“Dia tak memberikan kita informasi,” jelas Yvonne. “kita harus memberikan contoh dengan membunuhnya agar prajurit lain mau memberitahu.”
“A-aku akan memberitahu,” kata Greg. “setelah duel kalian di lapangan, kami diperintahkan membawa budak-budak itu—.” Yvonne memberikan Greg tatapan tajam. “Maksudku, gadis-gadis itu kami bawa ke ruang bawah tanah Kediaman Lord.”
“Cih!” Yvonne berdecih. Dia menoleh pada Lupan dan memberi isyarat.
Lupan menusuk prajurit yang dipegangi Yogot. Dia menggeliat sekejap sebelum menghembuskan napas terakhirnya. Greg panik melihatnya. “Ini bukan seperti yang kalian katakan.”
“Hervarar sudah tamat jika semua prajuritnya diisi kalian.” Toras mencengkram kepala belakang Greg, sebelah tangannya memegang Permata Delima dan segera api besar membakarnya. Greg mencoba memadamkan api dikepalanya, dia berlari kesana kemari. Saat dia mendekati sisi Atap Menara, Toras menendangnya jatuh. Setelah itu dia terbatuk dan wajahnya berubah semakin pucat.
Yvonne menebas celurit ke arah Gallam, tapi Daedalus segera menangkisnya.
“Apa-apaan kalian semua!” bentak Daedalus. Dia tak sempat bereaksi melihat pembunuhan ini.
“Menghabisi mereka, menurutmu apa?” tanya Yvonne. Tapi wajah Daedalus telah menjawab pertanyaannya. “Kau benar-benar berniat melepaskan mereka, Daedalus?”
“Itu bukan keputusan yang bijak,” tambah Toras.
“Jika kau tak mau melakukannya, biar aku saja.” Lupan datang dengan celuritnya, tapi Daedalus melindungi Gallam seperti dia melindungi benda berharga. Gallam dibuat terkikik kecil.
“Lihat dia malah tertawa! Akan kucabut lidahnya.” Lupan mendorong Daedalus minggir, tapi dengan tubuh kurusnya melawan tubuh Daedalus yang atletis, dia kalah kekuatan. “Kepalamu terbentur?”
Yvonne, Lupan, Toras serta Tael dan Yogot menatap Daedalus dalam diam. Tapi Daedalus menggelengkan kepala. “Kita budak adalah manusia, begitu juga dengan prajurit ini. Kau, aku dan dia sama-sama memiliki hak untuk hidup.”
Tael mendekatkan diri. “Aku setuju denganmu, bang, tapi melepasnya akan membuat niat kita ketahuan oleh Lord dan akan membuat Lord murka.”
“Tidak adalah tidak, Tael,” kata Daedalus yakin. Lupan menggaruk kepalanya tak percaya. “kita akan mengikatnya di Istal, lalu kita akan menyelamatkan Riel dan lari dari kota. Beberapa hari kemudian prajurit kota akan menemukan dia di Istal dan semua selamat.”
“Kau akan menyesali perbuatanmu ini, Daedalus,” kata Toras pasrah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments