Setelah pergi dari Istal, langkah Daedalus cepat dan pasti, seolah dia sudah tahu akan pergi kemana. Toras dibelakang mengikutinya.
“Berhenti, Daedalus, kita pergi kemana?” tanya Toras.
“Menyelamatkan Riel.” Daedalus menjawab tanpa menghentikan langkahnya.
Toras gelisah mendengar jawaban Daedalus, namun dia tetap menyamakan langkahnya. “Berdua? Lupakan jumlah orang, kita bahkan tidak tahu dimana Riel disekap.”
“Kau lihat menara tua di timur?” tanya Daedalus. Dia menunjuk menara tua di timur, yang sebagian dindingnya telah runtuh. Toras mendengarkan. “Prajurit Gallam yang membawa dua ‘hadiah’ lagi kutahu selalu melakukan tugas jaga di menara tua itu. Kita akan datang dan bertanya, setelah kita tahu Riel dimana, baru kita akan pergi menyelamatkannya.”
“Kita butuh orang-orang, Daedalus,” kata Toras. “bahkan Peminjam Terhebat negeri Hervarar tidak berhasil memenangkan perang sendirian.”
Daedalus meminjam kekuatan Iblis Slimonoid dan mengubah tangannya menjadi slime. Dia merasakan perasaan superior saat dia meminjam kekuatan Iblisnya.
“Sebelumnya aku memang tidak berdaya melawan Prajurit Gallam, aku bahkan malu jika aku mengatakan aku melawannya. Lebih tepatnya itu perkelahian satu sisi.” Daedalus berkata sejujurnya. “Tapi dengan kekuatan Permata Delima yang kau tunjukkan ini, Toras, aku dan Iblis Slimonoid merasa akan menang jika berhadapan lagi dengannya.”
“Itu karena seni bela diri, teknik bertarung bahkan kecerdasan Iblis juga bisa kau pinjam, Daedalus,” jelas Toras. “Iblis Slimonoid yang kau pegang itu telah berevolusi menjadi Iblis yang ahli dalam teknik bertarung.”
“Dan kau mengatakan ini adalah Iblis Rendahan,” kata Daedalus tak menyangka kekuatan Iblis Rendahan saja bisa sehebat itu. Dia melanjutkan perjalanannya menuju Menara Tua. “aku tak bisa membayangkan iblis yang ada di tanganmu, Toras.”
Toras menggeleng lesu. “Iblis yang kupegang sangat kuat, tapi tidak dengan aku. Lihat aku dan wajahku, Daedalus.” Daedalus menoleh dan memperhatikan Toras, langkahnya tak terhenti. Wajah Toras begitu putih, tatapannya kosong dan posturnya membungkuk. “Aku kelelahan, wajahku seputih es di Hervarar dan tatapan mataku tak fokus. Yang kutakutkan jika hanya aku bala bantuan yang kau miliki, aku takkan bisa banyak membantu. Kita butuh semua budak dan jika perlu, kita akan memulai revolusi.”
“Aku pasti menang, Toras,” kata Daedalus menyombong. “kau hanya perlu ikut menemani dan melihat.”
Toras menghela napas pasrah. Mereka melewati beberapa kawasan kumuh, gang kecil yang lantai jalannya digenangi air, lalu sedikit menanjak ke pelosok sudut dinding timur. Barulah mereka sampai ke pintu masuk Menara Tua di timur kota Libbam.
Area tersebut begitu hening, rumah-rumah yang ada disana dan penghuninya kebanyakan diisi oleh pengungsi yang tak ada bedanya kehidupannya dengan budak. Namun hari ini tak ada pengungsi yang terlihat, bahkan tak ada satupun makhluk yang mereka dengar. Hanya satu suara yang dapat didengar Daedalus dan Toras, yakni suara tawa Prajurit Gallam dari atas Menara Tua.
“Tak ada manusia waras yang tertawa sendirian, Daedalus.” Toras mengingatkan sambil terbatuk. Artinya Prajurit Gallam tidak sendirian. “Ide mengajak yang lain sepertinya tidak buruk. Kau bisa mengajak adikmu.”
“Adikku sama seperti ayah dan ibu, mereka memilih untuk diam daripada harus menolong Riel.” Terlukis suara kecewa pada Daedalus. “Anggaplah Gallam tak sendiri. Anggaplah memang ada dua orang, aku yakin bisa menangani dua orang.”
Daedalus menapakkan kakinya ke tangga Menara Tua dan kemudian memulai pendakiannya. Penerangan yang menyambutnya hanyalah dari lentera obor yang terpasang di dinding Menara Tua. Dia menjadikan Lentara itu sebagai panduannya melihat untuk semakin memanjat Menara Tua dengan tangga spiral tersebut.
Semakin banyak anak tangga yang dia daki, semakin terdengar tawa Prajurit Gallam. Tawanya serak dan merendahkan. Daedalus mempercepat langkahnya dan menyegerakan duel ulang mereka.
Akhirnya mereka berdua telah sampai ke titik tertinggi menara. Sebuah bukaan menyambutnya. Daedalus melangkah masuk dan mendapati dirinya menghadap langit serta samudera luas. Prajurit Gallam dan rekannya bercanda gurau di sisi Atap Menara.
Yang pertama menyadari kehadirannya adalah rekan Prajurit Gallam—seorang pria berambut pirang. Dia memberi kode pada Prajurit Gallam. Prajurit Gallam menoleh dan menyadari kehadiran Daedalus di hadapannya. Dia bangkit dari duduk meninggalkan pedangnya di lantai.
“Lihat siapa yang datang,” kata Prajurit Gallam. “Sepertinya kau tersesat. Tapi sepertinya kau tidak. Apa yang kau lakukan disini, budak?”
“Katakan dimana adikku dan budak yang kalian bawa tadi?” Daedalus berkata langsung ke intinya.
“Wow,” tawa Gallam. “lihat dia Greg, lihat wajahnya. Dia datang ke Menara paling terpencil di Kota Libbam dengan membawa sikap mengancam, mata menyeramkan dan dia bahkan membawa seorang gembel bersamanya. Lihat wajah gembel itu, dia pucat sekali!”
Daedalus mengambil langkah maju menantang, Gallam menerima tantangannya. “Aku akan memberimu pelajaran berharga untuk tak meremehkan orang lagi.”
Gallam kembali tertawa dibuatnya. “Akulah yang akan memberimu pelajaran berharga, budak, kau akan menyesal telah datang ke tempat ini. Orang-orang akan kasihan mendengar kisahmu yang telah datang ke Menara Tua dan memilih mengakhiri hidupmu setelah adikmu dikotori oleh Lord.”
“Jaga mulutmu!” maki Daedalus.
Daedalus memulai penyerangan. Dia meminjam kekuatan Iblis Slimonoid dan membuat tinjunya diselimuti Slime. Tinjunya sama kuatnya seperti sebelumnya, namun gerakan Daedalus kini tak lagi lebar. Prajurit Gallam menghindar dan mencoba mencari celah, namun dia tak menemukannya dan memutuskan untuk mundur.
“Kau dapat kekuatan itu darimana?” tanya Prajurit Gallam terkejut. Bahkan pada prajurit Libbam, hanya segelintir oranglah yang memiliki Permata Delima. “Dari Kesatria mana kau curi Permata Delima itu?”
“Ini diberikan, bukan dicuri,” kata Daedalus santai. Gallam menoleh pada Toras dan dia segera menyadari sesuatu.
Namun, Daedalus tak memberikan Prajurit Gallam kesempatan untuk berpikir. Dia kembali melemparkan pukulan kedua, kali ini dimulai dari pukulan kecil. Prajurit Gallam menghindar, tapi dia langsung menyadari bahwa dia telah melakukan kesalahan besar saat pukulan besar dilayangkan oleh Daedalus menyambut ke arah dimana Prajurit Gallam menghindar.
“Kau meniruku!” keluh Gallam. “Greg, habisi budak ini.”
Greg mencabut pedangnya dan bergabung ke pertempuran, tapi Daedalus meminjam slime ke kakinya dan membuatnya bergerak lebih cepat dari biasanya. Sebelum Greg berhasil mencabut pedang, Daedalus memukul tangan Greg dan mengambil alih pedang tersebut dari pemilik aslinya. Dia menghunuskan pedangnya pada Greg, menahan pergerakannya.
“Menakjubkan sekali, Daedalus! Kau benar-benar berhasil melawan dua orang,” puji Toras dari kejauhan.
Daedalus juga bangga dengan dirinya. Dirinya tak pernah menyangka perbedaan keahlian bertarung yang dia rasakan semasa duel melindungi Riel akan segera tertutupi saat dia meminjam kekuatan dari Iblis Slimonoid-nya.
Daedalus membuat Greg dan Prajurit Gallam berlutut di hadapannya. Pedang Prajurit Gallam diambil alih oleh Toras dan mereka menodongkan kedua pedang kepada Prajurit Gallam dan Greg. Daedalus telah berhasil menguasai keadaan.
“Sekarang katakan dimana kalian menyekap Riel dan gadis-gadis yang lain?” tanya Daedalus sambil pedang mengarah ke leher Prajurit Gallam. Tapi tidak seperti Greg yang panik, Prajurit Gallam begitu tenang.
“Kau kira adikmu akan baik-baik saja jika Lord mengetahui kau membunuh kami?” kata Prajurit Gallam. “Kepala adikmu akan berguling ke lantai jika kau membunuh kami, budak, lalu akan diikuti kepalamu.”
“Aku tidak akan membunuhmu,” kata Daedalus jujur. “kau adalah manusia yang punya hak untuk hidup. Sama juga seperti aku dan adikku. Kami berhak untuk hidup dan memilih kehidupan kami. Jadi katakan dimana Riel disekap agar aku bisa pergi menyelamatkannya dan pergi dari kota ini.”
Tapi perbincangan mereka tak dapat berlangsung lama. Siapapun yang ada di atas menara dapat mendengar suara dua orang yang sedang berbicara pada lorong tangga. Dan mereka terdengar sedang menaikinya, semakin dekat dan semakin dekat.
Pandangan Daedalus teralihkan. Lama dia memandangi bukaan tangga tempat mereka datang sebelumnya, memikirkan siapa yang kira-kira sedang datang. Sebelum sempat dia bertanya atau berspekulasi, Prajurit Gallam merebut pedang dari tangannya lalu menendangnya menjauh.
Daedalus terdorong mundur. Toras yang melihat itu menebas Prajurit Gallam. Prajurit Gallam telah memegang pedang, mereka berdua beradu pedang. Namun sekali hentakan dari Prajurit Gallam begitu mudahnya menggoyahkan kuda-kuda Toras yang lesu. Kemudian serangkaian serangan balik itu diakhiri dengan Greg merebut pedangnya kembali dan menyandera Toras.
Pada akhirnya dua sosok yang ditakutkan muncul dari bukaan masuk. Mereka berdua adalah prajurit kerajaan sama seperti prajurit Gallam. Melihat situasi yang aneh, kedua prajurit tersebut segera mengeluarkan pedang mereka dan bersiap.
“Kau benar, kau tidak akan membunuhku, Budak,” kata Prajurit Gallam. “aku yang akan membunuhmu.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments