Pertemuannya dengan orang asing itu mengembalikan semangat dan kepercayaan dirinya yang telah hilang. Toras, begitu orang asing itu ingin dipanggil olehnya. Daedalus membawa Toras ke Istal dan tak sabar membawakan kabar menggembirakan pada keluarganya.
“Ayah, Ibu!” Daedalus berseru senang saat memasuki Istal, luka dan pegal yang dia derita dia lupakan sejenak. Ayah dan ibunya, serta Tael yang sedang memberi rumput kering berhenti. “Aku punya cara untuk menyelamatkan Riel. Kita bisa menyelamatkan Riel!”
Daep menatap istrinya kebingungan. Mereka seolah-olah melihat anaknya telah jatuh dalam kegilaan akibat kepalanya dibentur.
Tael menyela. “Bagaimana caranaya?”
Toras akhirnya memasuki Istal, dia tampak tak nyaman dengan bau tempat itu namun bersikap sopan menahan baunya. Daedalus memperkenalkannya kepada keluarganya.
“Namanya, Toras,” kata Daedalus, “walau rambut dan janggutnya telah memutih, percayalah dia seumuran denganmu, Ayah. Dan walau tubuhnya kecil percayalah, dia setangguh Rouf dan Touf.”
“Jangan berlebihan,” ujar Toras pelan.
“Tunjukkan, Toras, bakar tubuhmu dengan api seperti tadi.” Daedalus menanti dengan antusias.
Toras bersedia menunjukkannya. “Ini bukan membakar tubuh dengan api, Daedalus,” koreksi Toras. Dia menunjukkan batu merah miliknya. “Ini adalah Permata Delima, Permata yang membuatmu bisa meminjam kekuatan iblis dari Neraka.” Toras memejamkan mata dan api merah kembali menyelimuti tubuhnya seperti sebelumnya. Panasnya membuat keluarga Daedalus melangkah mundur. Toras memilih untuk memadamkannya.
“Lihat! Dengan itu kita bisa menolong Riel.” teriak Daedalus.
“Orang-orang yang menggunakan kekuatan Permata Delima dipanggil sebagai Peminjam Iblis atau pendeknya Peminjam.” Toras melanjutkan. “Mereka meminjam kekuatan iblis dari Neraka, yang telah terikat kontrak langsung dengan Permata Delima ini. Aku dapat menjamin satu dari Peminjam Iblis baru setara dengan selusin prajurit rendahan kerajaan.”
“Itu kekuatan terkutuk,” ujar Daep merendahkan. “kau pasti membunuh banyak orang demi memilikinya.”
Toras menggeleng tak setuju. “Ada perbedaan diantara Peminjam Iblis dan Pengendali Iblis, tuan. Walau sama-sama menggunakan Permata Delima sebagai perantara, Peminjam hanya meminjam kekuatan dan elemen dari iblis neraka dengan tukaran energi dan fokus dalam diri. Yang berbeda begitu jelas dengan para Pengendali Iblis yang memanggil iblis untuk bertarung disisinya dengan bayaran darah pengguna ataupun tumbal manusia. Itu adalah perbedaan yang signifikan.”
Daep dibuat terdiam, wajahnya menukik tak senang. Tael antusias memperhatikan sedangkan Daedalus langsung menampakkannya.
“Ajarkan aku melakukan hal serupa, Toras,” kata Daedalus. “lalu ajarkan ayahku, ibuku dan adikku. Aku yakin kita akan menyelamatkan Riel dengan sukses.”
Toras merogoh saku jubahnya—tubuhnya diselimuti jubah hitam lebar. Dia mengeluarkan Permata Delima yang tampak baru. “Bahkan pada Iblis terdapat perbedaan kekuatan yang mendasar. Mencoba meminjam kekuatan Iblis Tertinggi akan membuatmu diacuhkan olehnya. Kau harus mulai menggunakan Iblis Rendah dulu, sebuah slime, dan membuat tubuhmu terbiasa terlebih dahulu.”
Daedalus sudah berharap akan mendapatkan kekuatan api yang besar, namun dia tetap menerima Permata Delima dari Toras. Saat tangannya menyentuh Permata tersebut, pikirannya terlempar ke sebuah ruang kosong dan hampa. Di hadapannya telah bersujud sebuah manusia merah yang terbentuk dari slime. Makhluk tersebut tidak mengucapkan sepatah katapun, namun tanpa mengucapkan kata-kata apapun Daedalus yakin makhluk tersebut sedang menyembahnya.
“Daedalus kau disana?”
Suara Toras membawa Daedalus kembali.
“Manusia Slime merah ...,” gumam Daedalus. “Di ruang hitam yang kosong, dia bersujud menyembahku.”
“Itu ... tidak biasa,” ujar Toras bingung. “Tapi kita akan pergi ke intinya. Iblis Slimonoid, itu adalah iblis yang terikat kontrak pada Permata Delima di tanganmu. Tidak semua Iblis Slime berwujud manusia, Iblis itu telah kubuat berevolusi sebelumnya. Sekarang, kau harus memfokuskan diri untuk ‘meminta’ Iblis Slimonoid itu membalur tanganmu dengan slime elastis miliknya. Tidak perlu tergesa-gesa karena pemula biasanya harus mencoba beberapa kali sebelum iblis menurutinya.”
Daedalus melakukan apa yang diminta Toras, dia meminta kepada Iblis Slimonoid menyelimuti tangannya dengan slime dan kemudian, sebelah tangannya diselimuti slime merah.
“Keberuntungan pemula yang bagus,” kata Toras. Tapi tindakan Daedalus berikutnya kembali mengejutkannya.
Daedalus kembali meminta dan meminta Iblis Slimonoid meminjamkan kekuatannya. Pertama kedua tangan Daedalus diselimuti Slime, kemudian kedua kakinya hingga terakhir seluruh tubuhnya diselimuti Slime merah elastis. Dia seperti Toras saat tubuhnya diselimuti api, namun bagi Daedalus miliknya adalah Slime.
“Aku sepertimu, Toras!” seru Daedalus terkejut girang.
“Bagaimana kau melakukannya, itu mustahil.” Toras sama terkejutnya dengan Daedalus.
“Aku melakukan apa yang kau suruh dan Iblis Slimonoid ini memberikan apa yang kuminta padanya.”
“Seperti itu saja?” tanya Toras tak percaya.
“Seperti itu saja!” Daedalus mendekat ke ayahnya. “Lihat Ayah, dengan ini Rouf dan Touf atau Gallam atau bahkan Lord itu sendiri bisa kita kalahkan!”
“Berhentilah bermain-main dan mulailah memberi kuda-kuda makan,” balas Daep dingin.
“Apa?” Slime pada tubuh Daedalus menyusut perlahan dan menghilang dengan sekejap, fokusnya hilang.
“Lupakan Riel, lupakan Iblis dan Permata dan mulailah beri makan kuda, mandikan mereka dan seminggu kemudian Riel akan kembali bersama kita.”
Tentu saja Riel akan kembali bersama mereka seminggu kemudian setelah perayaan ulang tahun Lord Puqress. Tapi mereka yang kembali jiwanya tak pernah kembali utuh. “Dan apa? Dan melihat Riel, adikku, kembali bersama kita dan hanya bisa duduk termenung, murung dan hancur hidupnya? Atau bahkan lebih parah, saat dia kembali dia akan mengakhiri hidupnya dengan membuat kuda di Istal menendang kepalanya. Kau mau Riel seperti itu?”
“Riel juga anakku!” Daep membentak pada Daedalus. Kepala kedua ayah dan anak itu sama panasnya. “Aku tak ingin dia mati, aku juga tak ingin dia menjadi hadiah Lord. Tapi apa yang terjadi pada kita ini sudah takdir dan nasib, Daedalus. Terkadang kita lupa siapa diri kita.”
“Memangnya siapa kita?”
“Kita adalah budak,” jawab Daep cepat.
“Dengarkan ayahmu, Daedalus.” Aurie, ibunya menambahkan. “Mungkin saja Lord menyukai Riel dan dia menjadikannya selir budak. Kita sering bicara tentang Riel hidup bersama dengan bangsawan, bukan? Bayangkan Riel hidup diantara bangsawan-bangsawan Lord dan menjalani kehidupan yang menyenangkan. Dia tak perlu lagi mengurus kuda dan istal yang kotor ini.”
Daeadalus tak percaya dengan kata-kata yang keluar dari mulut ayah dan ibunya ini. Dia menyadari Tael-pun hanya diam saja tak membela atau mendukungnya. Keluarga macam apa ini, dia menanyakan pada dirinya.
“Kau hanya takut, ya kau hanya takut!” Daedalus menunjuk-nunjuk wajah Ayahnya. “Kau takut kalau penyelamatan Riel gagal kau akan dieksekusi dan kehilangan nyawamu. Atau bahkan lebih parah, kau takut Lord Puqress mengusirmu dari Istal dan menyuruhmu membersihkan jalanan karena hanya Istal-lah yang bisa kau banggakan.”
“Jaga mulutmu, Daedalus,” ancam Daep. “terkadang dalam hidup pilihan sulit harus diambil.”
“Aku tidak melihat tidak menyelamatkan Riel adalah sebuah pilihan. Dia bisa saja menangis sekarang entah dimana dia disekap!”
Daedalus menatap wajah ayahnya dalam-dalam, kemudian wajah ibunya dan kembali lagi ke ayahnya. Wajah mereka adalah wajah yang telah membulatkan tekadnya. Dia menyerah.
“Dasar penakut,” ejek Daedalus. Dia berbalik pergi ke gerbang Istal. “ayo kita pergi Toras, kita berdua juga cukup untuk menyelamatkan Riel.”
“Berhenti ditempat, Daedalus!” Suara Daep tua menggelegar bak guntur di langit badai.
Daedalus menghentikan langkah dan menoleh pada ayahnya. “Atau apa? Ayah akan menghentikanku? Dasar Ayah penakut!”
Mendengar itu, Daep kehilangan emosinya dan berlari menerjang Daedalus. Daep mencekik anaknya dan mencoba melemparnya tumbang, tapi perbedaan fisik Daedalus yang prima dengan tubuh kurus ayahnya adalah perbedaan yang begitu jauh.
”Seandainya kau sesemangat ini menghentikan Riel saat dia dibawa oleh Lord, mungkin semua budak akan mengikutimu.” Daedalus mendorong ayahnya jatuh ke tanah. “Tapi kau orang tua yang egois, yang hanya memikirkan keselamatanmu.”
Daep terdiam mendengarnya.
“Kau yang egois, Daedalus!” Aurie berteriak. Dia datang ke sisi Daep dan membantunya berdiri. “Kau akan membuat kita sekeluarga di eksekusi mati dengan tindakanmu!”
“Yang akan terjadi adalah aku akan menyelamatkan Riel dan pergi dari kota busuk ini. Aku akan merubah hidupku dan berhenti menjadi seorang budak!”
Daedalus keluar dari Istal dan Toras mengikuti langkah kakinya. Mereka menuju penyelamatan Riel.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments