Jia Mei pergi ke kampus seperti biasanya sebagai Celly. Dia sangat tertarik dengan jurusan kimia. Sayangnya, keputusannya untuk hamil membuatnya merasa was-was.
Tubuhnya merasakan gejala-gejala yang aneh seperti pusing ketika bangun tidur, sering berkeringat tiba-tiba saat sedang beraktifitas, dan juga beberapa hal yang dia lakukan di luar kebiasaannya.
Jia Mei memesan alat tes kehamilan tercanggih pada seorang ahli. Dia ingin mengetahui apakah gejala yang dirasakannya merupakan pertanda dia hamil atau tidak.
'Sudah sebulan lebih sejak peristiwa malam itu aku belum datang bulan. Harusnya sudah kelihatan jika aku hamil.' Jia Mei duduk melamun di halaman kampus.
Saat ini adalah jam istirahat.
Alat komunikasi yang terpasang di telinganya bergetar menandakan ada sebuah pesan dari ponsel khusus miliknya. Dia memiliki aplikasi pengirim dan penerima pesan yang diciptakannya sendiri.
Di dalam dunia mafia, dia memiliki keahlian dalam IT sehingga dia menciptakan perangkat lunak demi keamanan mereka.
Hanya anggotanya dan ayahnya saja yang memiliki aplikasi ini sehingga informasi tentang kegiatan mereka tidak akan bocor ke luar.
Jia Mei menerima pesan dari ayahnya untuk menjalankan misi malam ini. Sejenak dia memikirkan tentang kehamilannya. Jika dirinya benar-benar hamil, maka pada masa trimester pertama dia tidak bisa melakukan aktifitas fisik yang berat.
'Aku harus segera memikirkan cara untuk mengatasi masalah ini. Tidak mungkin aku terus-terusan menolak perintah ayah. Dia akan mencurigaiku nanti.' Jia Mei menutup aplikasinya tanpa memberikan balasan.
Jam kuliahnya akan segera di mulai dan dia harus segera pergi ke kelasnya.
***
Dalam perjalanan pulang,
"Markus!" panggil Jia Mei pada anak buah yang menjemputnya.
"Iya, Nona."
"Apakah sudah ada yang menerima paket dari Dokter Lary?" tanya Jia Mei lagi.
"Sudah, Nona."
Jia Mei tersenyum. Setelah ini dia akan segera mengetahui status kehamilannya. Dia merasa tidak sabar untuk sampai di markas dan meminta Markus untuk mempercepat laju mobilnya.
Sesampainya di markas, Jia Mei segera membawa paket pesanannya ke dalam kamarnya dan membukanya. Dokter Lary mengirimkan dua set alat tes kehamilan yang dipesannya.
Dengan cepat Jia Mei pergi ke kamar mandi untuk mengambil air seninya dan menampungnya pada sebuah pot kaca. Dia kemudian mencelupkan alat tes kehamilan ke dalamnya sesuai petunjuk yang diberikan oleh Dokter Lary.
Untuk mengetahui hasilnya, dia harus menunggu beberapa waktu. Jia Mei berjalan mondar-mandir di dalam kamar mandinya. Wajahnya terlihat begitu tegang setiap kali melihat alat itu belum menunjukkan perubahan.
"Ahh, lama sekali. Sebaiknya aku mandi dulu. Badanku rasanya gerah. Huft!" Jia Mei tidak ingin membuang waktu untuk menunggu saja.
Tubuhnya sering kali merasa gerah dan mandi beberapa kali dalam sehari. Kebiasaan ini mulai dilakukannya pada minggu-minggu ini.
Jia Mei keluar dari bathupnya, tangannya meraih bathrobe lalu mengenakannya dengan cepat. Dia kembali mengambil sebuah handuk kecil sebelum melihat alat tes kehamilan itu lagi.
Tangannya melilitkan handuk di kepalanya dengan terampil lalu bergegas untuk menghampiri pot urine di atas wastafel.
Matanya melebar ketika melihat dua garis terpampang jelas pada alat itu. Jia Mei merasa bahagia akhirnya dia mengandung anak Jeamy. Namun, kebahagiaannya itu tidak berlangsung lama, dia harus memikirkan bagaimana caranya untuk melahirkannya tanpa ketahuan sang ayah.
"Aku harus memikirkan alasan yang tepat agar ayah tidak curiga jika aku sedang hamil. Pergi ke luar negeri adalah solusi yang tepat untuk mengatasinya." Jia Mei terlihat sedang berpikir.
Kepala Jia Mei merasa pusing karena tidak kunjung menemukan alasan yang tepat untuk pergi. Dia meraih remote TV lalu menyalakannya. Matanya menatap ke arah TV tetapi dia tidak tahu apa yang ditonton.
Beberapa kali dia memencet tombol untuk merubah saluran yang ditayangkan hingga sebuah drama menarik perhatiannya. Di sana ditampilkan seorang gadis yang mengalami gangguan psikis karena trauma yang dialaminya setelah melihat pembunuhan di hadapannya.
"Ahha! Sepertinya cara ini cukup bagus. Aku akan berpura-pura trauma dengan pembunuhan yang kulakukan. Walaupun itu tidak benar tetapi kurasa ayah akan mengerti jika aku ingin berhenti sebentar dari dunia gelap ini dan menjalani hidup normal di luar negeri." Jia Mei tersenyum puas dengan rencananya.
Untuk memuluskan rencananya, Jia Mei meminta anak buahnya untuk mendukung peran yang dilakoninya. Mereka diminta untuk memperlihatkan wajah sedihnya kepada ayahnya dan membenarkan jika dirinya sedang mengalami trauma.
Tatanan rambutnya dibuat acak-acakan dan terlihat seperti seseorang yang dilanda depresi. Ayahnya begitu sedih dan merasa prihatin melihat kondisinya.
"Ayah, bolehkah aku berhenti sesaat dari bisnis ini. Setidaknya beri aku beberapa tahun untuk menenangkan diri negara S," mohon Jia Mei sambil memeluk ayahnya, Jiang Yu.
Jia Mei dibesarkan tanpa seorang ibu. Ibunya meninggal ketika melahirkannya. Jiang Yu mendidik Jia Mei seperti seorang anak laki-laki dan mengajarinya bela diri sejak kecil.
Sekalipun Jia Mei tidak pernah menyentuh peralatan memasak dan pekerjaan rumah lainnya. Alhasil itu membuatnya tidak bisa melakukan pekerjaan yang biasa dilakukan oleh wanita pada umumnya.
"Baiklah! Tetapi kamu harus membawa Sunny untuk membantu mengurus keperluanmu selama di sana." Jiang Yu tidak ingin terjadi hal yang buruk pada putrinya.
Jia Mei merasa senang dan menghujani ayahnya dengan ciuman.
"Terimakasih, ayah. Malam ini aku akan berangkat ke negara S bersama Sunny."
Jiang Yu mengangguk.
***
Jiang Yu dan beberapa anak buahnya mengantarkan Jia Mei dan Sunny ke bandara. Mereka menaiki pesawat terakhir yang berangkat di hari itu.
Di dalam pesawat Jia Mei dan Sunny duduk berdekatan. Jiang Yu sengaja memesan kursi yang bersebelahan untuk mereka.
"Sunny," panggil Jia Mei.
"Iya, Nona." Gadis yang berusia setahun lebih tua dari Jia Mei itu terlihat mengantuk.
"Ada hal penting yang ingin kukatakan padamu," lanjut Jia Mei sambil menatap serius ke arah Sunny.
Sunny mengangguk.
"Selama tinggal bersamaku jangan pernah membocorkan apapun tentang keadaanku, termasuk kepada ayah," jelas Jia Mei.
"Aku mengerti, Nona." Sunny menjawab dengan yakin.
***
Jia Mei dan Sunny tinggal di sebuah villa terpencil yang berada di pinggiran kota. Seperti yang dikatakan oleh Jia Mei, Sunny tidak pernah membicarakan perihal kehidupan pribadi sang majikan termasuk tentang kehamilannya.
Setelah tinggal beberapa bulan di sana Jia Mei melahirkan seorang bayi laki-laki yang diberi nama Jack.
Jack dirawat sendiri olehnya bersama Sunny tanpa bantuan seorang baby sitter. Selama tinggal di sana Jia Mei juga melakukan beberapa penelitian ilmiah untuk menyalurkan hobinya. Sebagai seorang Celly dia mengambil jurusan kimia yang belum terselesaikan.
Tidak mungkin baginya untuk melanjutkan penyamarannya setelah menghilang tiba-tiba dari negara J.
Sunny datang dengan wajah serius saat menghampiri Jia Mei sambil menggendong Jack yang sudah berusia dua tahun enam bulan.
"Mama!" panggil Jack sambil merentangkan tangannya meminta ibunya menggendongnya.
"Uh, sayangnya mama sudah bangun." Bocah itu sudah berpindah ke dalam gendongan Jia Mei.
Tangan kanannya mengucek matanya sebentar lalu menggosokkan wajahnya di bahu Jia Mei. Jia Mei mengusap rambut lebat Jack dengan penuh kasih sayang.
"Maaf, Nona Jia. Aku ingin mengatakan sesuatu yang penting. Apakah kita bisa bicara sebentar?" Sunny menyela celoteh Jack yang merengek pada ibunya.
"Ayo kita duduk ke sofa. Tapi sebelumnya tolong kamu buatkan susu untuk Jack."
"Baik, Nona." Sunny pergi meninggalkan Jia Mei dan Jack.
Tidak lama berselang Sunny datang membawa sebotol susu untuk Jack. Melihat Jack sudah tenang Sunny pun mengungkapkan apa yang ingin dia sampaikan sebelumnya.
Ada seorang pria yang melamarnya, dia meminta pendapat Jia Mei untuk itu.
"Kamu boleh menikah. Aku akan mengurus pernikahanmu, jangan khawatir." Jia Mei merasa bahagia sekaligus sedih mendengar kabar ini.
Bagi Jia Mei, Sunny bukan sekedar asisten biasa. Sejak kecil mereka tumbuh bersama. Semenjak kedua orang tuanya meninggal, Jiang Yu menganggapnya seperti keluarga sendiri di rumahnya.
Setelah kepergian Sunny, villa yang ditinggali oleh Jia Mei terlihat sangat berantakan. Sesekali dia memanggil petugas kebersihan untuk membereskannya.
Jack yang masih sangat kecil sering dibawa ke ruang penelitiannya. Untuk urusan makan Jia Mei sering memesan makanan secara online.
Di usia yang belum genap tiga tahun Jack mulai memperlihatkan kejeniusannya. Jia Mei merasa takjub ketika putranya itu mulai mahir membaca dengan bantuan game belajar pada gadgetnya. Dia sangat yakin jika Jack memiliki gen jenius dari sang papa, Jeamy Xu.
****
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Arjuna'Bayu
dir ☝️☝️🤤🤨😋
2023-01-19
0
Bagus Effendik
au ah penting aku like aja lah terlalu bagus cerita-cerita Author nih😁
2022-11-18
1