Bab 3. Akhir Sebuah Pelarian

Jeamy telah mendapatkan gelar profesor yang dia impikan di usia yang masih sangat muda, yaitu dua puluh sembilan tahun. Prestasi yang luar biasa ini membuatnya dilirik oleh beberapa perusahaan di negara Q untuk mengajaknya bekerja sama. Namun, kenyataan berkata lain di mana keluarganya memintanya untuk pulang ke negara J.

Setelah tujuh tahun berlalu, banyak hal yang dilalui oleh Jeamy Xu dan keluarganya. Resesi ekonomi membuat usaha mereka mengalami kesulitan, untuk itu keluarganya meminta dirinya untuk pulang.

Jeamy tidak mengerti tentang bisnis yang digeluti oleh keluarganya. Dia memilih untuk bekerja pada sebuah perusahaan farmasi yang memproduksi obat-obatan sesuai dengan bidangnya.

Pekerjaan itu tidak banyak membantu keluarga Jeamy untuk menutup biaya operasional perusahaan. Mereka sudah menunda gaji karyawan untuk beberapa bulan. Meskipun perlahan perusahaan mulai berjalan dengan bantuan Jeamy tetapi belum bisa dikatakan baik-baik saja.

Dunia bisnis kini dikuasai oleh BS Group milik Jiang Yu. Sejak kepergian Jia Mei, dia mulai menata hidupnya dengan merintis berbagai bisnis. Melihat wajah trauma putrinya dia berputar haluan dan perlahan meninggalkan dunia hitam.

Sebagai seorang ayah, apapun rela dia lakukan agar putrinya bisa kembali tanpa dibayang-bayangi oleh rasa takut. Setiap hari, Jiang Yu selalu memandangi potret Jia Mei karena merasa sangat rindu.

"Sudah begitu lama Mei pergi. Kurasa tidak masalah jika aku meneleponnya. Aku akan memberikan kejutan ini dan memintanya untuk segera pulang," ucap Jiang Yu sambil tersenyum.

Jiang Yu meraih ponselnya lalu menekan nomor Jia Mei. Wajahnya terlihat kecewa ketika nomor itu sudah tidak aktif.

Sesaat kemudian dia teringat untuk menghubungi Sunny. Wajahnya terlihat senang ketika nomor itu masih aktif. Namun, panggilannya tidak di jawab oleh Sunny.

"Mungkin Sunny sedang sibuk, aku akan mengirimkan pesan saja dan meminta nomor ponsel Mei yang baru."

Setelah beberapa saat menunggu, Sunny akhirnya membalas pesan Jiang Yu. Dia terkejut mendengar jawaban putri angkatnya itu yang mengatakan jika dirinya telah menikah dan tinggal di tempat yang berbeda dengan Jia Mei.

Dengan wajah panik, Jiang Yu segera menghubungi nomor telepon Jia Mei yang didapatnya dari Sunny. Selama hidupnya putrinya tidak pernah bekerja keras dan selalu dilayani. Tidak bisa dibayangkan bagaimana keadaannya saat ini ketika dia harus hidup mandiri.

Jiang Yu melakukan panggilan video.

"Hallo!" jawab suara seorang anak kecil.

Jiang Yu berpikir jika Sunny memberikan nomor yang salah.

"Hallo, Nak. Apakah ini nomor ponsel kamu atau punya ibumu?" tanya Jiang Yu.

Jack mengamati wajah pria tua dihadapannya dan berpikir, 'Tidak mungkin ini papaku. Meskipun sangat malas tetapi mama sangat cantik, tidak mungkin dia menyukai pria tua ini.'

"Mama tidak ada. Nanti aku akan memintanya untuk meneleponmu," ucap Jack lalu meletakkan ponselnya begitu saja.

Dia sengaja melakukannya agar penelepon bisa melihat kecerobohan ibunya. Ponsel itu dia letakkan mengarah ke meja makan.

"Jack!" panggil Jia Mei.

"Iya, Ma. Aku datang!"

Jia Mei terlihat sedang menggunakan apron dan sibuk menyiapkan makan siang. Namun, lagi-lagi Jack harus kecewa karena mamanya tidak tahu bagaimana mengolah bahan makanan yang dibelinya secara online itu.

"Astaga, Mama. Sebenarnya mama itu wanita atau bukan. Mama tidak bisa melakukan tugas seperti Tante Sunny." Jack meraih pisau dari tangan Jia Mei lalu menaiki kursi kecil untuk membuatnya lebih tinggi dan mulai memotong-motong sayuran dengan benar. Selama ini Jack yang sering melakukan banyak pekerjaan rumah dan juga menyelesaikan penelitian mamanya yang tidak pernah berhasil tanpa dirinya.

"Kamu sungguh anak yang baik. Mama bangga memilikimu." Jia Mei mengecup kepala Jack.

"Sebenarnya siapa papaku, Ma? Dia pasti sangat rajin dan pandai, tidak seperti mama yang tidak bisa melakukan apapun dengan benar. Atau jangan-jangan aku bukan anak kandung mama?" Bocah enam tahun itu mulai bertingkah.

"Jangan membahas itu lagi Jack! Mama tidak suka." Jia Mei melepaskan apronnya lalu meletakkannya dengan kasar.

Setiap kali Jack bertanya tentang ayahnya, suasana hati Jia Mei menjadi buruk. Sebenarnya putranya itu tahu jika dia adalah anak kandungnya, dia berkata begitu agar mamanya mau mengatakan siapa papanya.

Jack sering kali mengobrak-abrik barang pribadi milik Jia Mei untuk mencari informasi tentang papanya tetapi tidak menemukan petunjuk apapun. Dia pun akhirnya menyerah dan hidup dengan rasa penasarannya.

Jia Mei berjalan mencari-cari di mana ponselnya. Dia begitu senang saat melihatnya dan langsung mengambilnya. Matanya terbelalak ketika mendapati ponselnya sedang melakukan panggilan video. Lebih mengejutkan lagi, orang yang sedang meneleponnya itu adalah ayahnya.

"A-ayah," ucap Jia Mei terbata-bata.

"Apa yang kamu sembunyikan dari ayah?" tanya Jiang Yu dengan suara tegasnya.

Jia Mei meringis getir. Ayahnya akan semakin marah jika dia membantahnya.

"Kamu tidak mendengar pertanyaan ayah?" ulang Jiang Yu.

Jia Mei menundukkan kepalanya. Kejamnya dunia tidak membuatnya takut. Hamil tanpa suami pun dia jalani dengan penuh keberanian terapi dia tidak akan pernah melawan ayahnya meskipun dia bisa melakukan hal itu.

Jack tiba-tiba sudah berdiri di belakangnya dan mengamati perubahan sikap mamanya.

"Dia siapa, Ma?" tanya Jack.

'Ma? Siapa bocah tampan ini? Apakah Mei diam-diam menikah tanpa seijinku?' Berbagai pertanyaan berseliweran di kepala Jiang Yu tetapi dia tidak ingin terburu-buru bertanya.

"Dia Opa kamu Jack. Papanya mama. Ayo beri salam." Terlanjur tahu, Jia Mei pun akhirnya tidak menutupi statusnya yang telah memiliki anak.

Jiang Yu syok ketika mendengar ucapan Jia Mei. Beruntung dia tidak memiliki penyakit jantung sehingga bisa menanggapi situasi apapun dengan tenang.

"Oh, jadi aku punya Opa. Lalu di mana Oma?" Jack melihat ke sekeliling Jiang Yu.

"Oma sudah di surga. Opa akan menjemput kamu dan mamamu hari ini juga. Bersiaplah menunggu Opa datang, ya? Da-da Jack!" Jiang Yu berpamitan sebelum menutup teleponnya.

"Da-da Opa!" Jack terlihat sangat gembira. Setelah meletakkan ponsel mamanya dia melompat-lompat girang di atas sofa sambil mengucapkan yel-yel "Opa datang! Aku punya Opa!" secara berulang-ulang.

Jia Mei pasrah. Hari ini adalah akhir dari pelariannya. Dia segera berkemas karena dia tahu jika ayahnya pasti akan segera tiba dengan jet pribadinya.

Tidak semua barang dia bawa dan hanya beberapa pakaian dan hasil penelitiannya saja. Jack mengemasi barangnya sendiri, dia membawa pakaian dan apapun yang dia sukai.

"Jack bawa baju secukupnya saja. Kalau kamu mau, nanti biar anak buah Opa datang ke sini untuk mengambilnya lagi."

"Kita harus berhemat, Mama. Uang dari hasil penjualan penemuanku sudah menipis. Kasihan Opa jika harus menanggung banyak biaya untuk hal yang tidak penting. Eh, ngomong-ngomong Opa tinggal di mana dan berapa lama lagi dia akan datang?" tanya Jack di sela mengemasi barangnya.

"Opa tinggal di negara J. Tidak lama lagi dia akan segera datang," jawab Jia Mei.

Bugh!

Jack jatuh terduduk mendengar ucapan mamanya. Negara J dan negara S cukup jauh. Jika naik pesawat komersial, mereka baru akan tiba nanti malam.

'Mama pasti bercanda. Mana mungkin Opa tiba sebentar lagi. Ah, tapi sudahlah, mungkin mama ingin aku berkemas lebih awal biar tidak ada yang tertinggal.' Jack bermonolog dalam hati. Dia tidak tahu jika mamanya sebenarnya adalah putri seorang milyarder.

****

Bersambung ....

Terpopuler

Comments

🐞yoraice🐞

🐞yoraice🐞

entah lah pengen ketawa ak pas anaknya mei khawatir kakaenya datang nya terlambat gak tau aja kalau kakeknya itu kaya mana pake acara berhemat lagi kasihan katanya sama kakenya😂😂😂... aduhh anaknya si mei mah polos mintak apa pun sama kakek mu pasti di kabulin😁

2022-11-20

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!