Mataku langsung mengelilingi dalam tenda yang penuh dengan para tamu.
Aku langsung berjalan menuju ke bagian agak pinggir saat Rohaya melambaikan tangannya ke arahku
Melihatku berjalan kearah mereka, teman-temanku yang duduk mengelilingi meja langsung berdiri dan kami langsung cipika cipiki
"Makin cantik aja kamu Din"
Aku tersenyum kearah mereka
"Maklum istri bos, harus cantik lah" sambung yang lain
"Kalian juga makin cantik kok" pujiku
"Gimana, suka kejutannya?"
Aku langsung menoleh kearah Rohaya, sedangkan temanku yang lain cekikikan
"Ah iya, kata kamu ada kejutan untuk aku, apa kejutannya?"
Teman-temanku saling toleh
"Serius kamu nggak ketemu Tomi di depan?"
Aku memutar malas mataku mendengar ucapan Rohaya
"Ya Ampuunnn jadi kejutan yang kalian maksud si Tom cat itu?"
Kembali teman-temanku cekikikan
"Dengar nggak bestie, Dinda bilang Tom cat"
Kembali teman-temanku cekikikan. Aku segera memukul bahu Rohaya yang kebetulan dia duduk tepat di sebelahku
"Kamu apaan sih?"
"Cie cie, lihat tuh wajah Dinda, ngambek dia" sambung temanku yang lain
Aku melotot kan mataku dan dengan kesal aku mengambil air mineral yang terletak di atas meja, meminumnya.
Sementara teman-temanku masih terus cekikikan
"Tomi tadi begitu lihat kita langsung nanyain kamu Din"
Aku diam saja tak menggubris omongan temanku
"Yakin nih kamu nggak mau tahu kabar dia?"
Aku menoleh pada Vita. Aku lupa jika alamat rumah Vita dan Marina itu satu kecamatan dengan Tomi.
"Apaan sih Vit!" geram ku
"Wehhh masih dendam rupanya dia bestie..."
Aku hanya menggelengkan kepalaku saja melihat keenam temanku mengolok ku.
"Awas kalian" geram ku
Mereka terus saja cekikikan. Aku melihat kearah panggung, tepatnya kearah pelaminan. Marina si handbody yang dulunya terkenal tomboi ternyata cantik juga bila di dandani
Kami melambaikan tangan kearahnya yang disambutnya dengan lambaian tangan juga.
Ketika sesi foto, kami berenam diminta naik dan heboh lah pelaminan oleh kami
Kami memeluk erat Marina bahkan kami meneteskan air mata bahagia untuknya.
"Semoga cepat punya momongan" bisikku saat memeluknya
Saat kami sibuk berfoto, kembali mataku menangkap sosok Tomi yang terus menatap kearah kami.
Tapi aku pura-pura tak melihatnya, aku tak ingin kakiku kembali lemas dan yang paling utama itu adalah aku tak ingin menjadi bulan-bulanan olokan teman-temanku jika mereka mengetahui jika dadaku masih berdegup kencang saat melihatnya
Begitupun saat kami antri mengambil makan siang, mataku kembali tak sengaja menangkap Tomi sedang menatap ke arahku.
Teman-temanku sudah mulai saling berbisik dan cekikikan, aku yakin mereka juga melihat jika Tomi sejak tadi melihat ke arahku
Selesai makan kami tak lantas pulang, kami masih betah di dalam tenda, kami terus bercerita dan bernostalgia. Bahkan Marina yang turun dari pelaminan ikut duduk sebentar bergabung dengan kami
"Nggak mikir gue harus duduk di pelaminan, huhhh udah duduk sama kalian di sini deh gue" sesalnya yang membuat kami tertawa
Kebiasaan acara hajatan di beberapa daerah di tempat kami pasti mengundang orgen tunggal sebagai hiburan
Samalah seperti di nikahan Marina, suara orgen tunggal yang keras tak mengalahkan kehebohan kami bertujuh
Hingga akhirnya seorang mc mendapuk Rohaya untuk bernyanyi. Sambil saling dorong satu sama lain akhirnya Rohaya naik dengan diikuti cekikikan dari kami
"Cayo Roh..." teriak kami
Rohaya melotot kan matanya kearah kami. Di luar dugaanku, ternyata Rohaya menyanyikan lagu sunda yang sekarang sedang booming.
Keenam temanku kompak berdiri, bahkan Vita menarikku mengajak naik keatas panggung, joget sama mereka
Aku dengan tegas menolak ajakan teman-temanku itu.
Jadilah mereka berenam heboh di atas panggung. Aku yang duduk di bawah mengabadikan momen ini dengan kamera ponselku
"Boleh duduk di sini dek?"
Aku dengan cepat langsung menoleh kesamping. Dan dengan sama cepatnya pula aku kembali fokus ke kamera ponsel
Keenam temanku melambaikan tangan ke arahku bahkan Mila dan Dini sampai mengacungkan dua ibu jari mereka
Tomi menarik kursi dan duduk di sebelah Dinda
"Kamu apa kabar dek?"
Aku diam seolah tak mendengar pertanyaannya
"Kenapa adek nggak ikut naik juga kaya teman-temannya?"
Aku menarik nafas dalam, menyimpan video yang tadi ku rekam, lalu menoleh pada Tomi
"Kakak mau apa?"
Tomi tersenyum manis. Dan aku benci lihat senyum itu
"Mau duduk dekat adek, ingin tahu kabar adek gimana sekarang"
Geram sekali rasanya dadaku mendengar alasan ngeyelnya itu
"Aku baik-baik saja, dan aku rasa kakak lebih baik jangan duduk di sini, tidak enak dilihat orang"
Tomi mengedarkan pandangannya
"Sama siapa?"
Aku kembali menarik nafas dalam
"Sama semua orang, apa kakak nggak lihat gimana reaksi teman-temanku, kelihatannya saja mereka sedang joget, tapi mereka sedang cekikikan menertawakan ku"
Tomi terkekeh dan menatap kearah keenam sahabat Dinda yang masih terus heboh berjoget
"Hanya perasaan adek saja"
Aku menghembuskan nafas dengan dalam dan tak memperdulikan Tomi yang terus duduk di sebelahku sampai keenam temanku turun dari panggung
...****************...
Suasana rumah sepi, pagar tertutup dan tak ada pekerja di halaman. Kulihat mobil pick up dan truck juga terparkir. Itu artinya para pekerja telah pulang.
Aku turun dari mobil, mendorong pagar besi dan memasukkan mobil ke garasi
Segera aku membuka pintu rumah dan masuk. Aku segera masuk ke kamar, berganti daster dan pergi ke dapur.
Membuka tudung saji dan memanaskan sayur. Selesai itu aku mencuci piring.
Saat aku duduk santai sambil bermain handphone, terdengar suara mobil masuk. Aku yakin itu suami dan anak-anakku.
Benar saja, tak lama terdengar suara salam dan panggilan dari Arik. Aku langsung memeluk tubuhnya begitu dia sampai di dekatku
Naya masuk dengan membawa bungkusan
"Bakso buat bunda"
Mataku langsung berbinar cerah, dengan sigap Naya ke dapur mengambil mangkuk dan sendok
"Sudah lama sampai rumahnya sayang?"
Aku mendongakkan kepalaku saat suamiku mengelus kepalaku
"Sekitar setengah jam yang lalu" jawabku sambil memasukkan bakso kedalam mangkuk
Adi duduk di kursi menatap istrinya yang duduk di lantai sedang menyuapkan bakso ke mulutnya
"Gimana tadi kondangannya?"
Aku menoleh kearah suamiku sambil tersenyum
"Heboh, namanya juga ketemu teman lama"
Adi menganggukkan kepalanya. Lalu menyuruh kedua anaknya mandi.
Setelah semangkuk bakso habis aku menyusul suamiku masuk ke kamar
Kulihat dia sedang berbaring sambil tersenyum menatap hp.
Aku ikutan berbaring dan memeluk pinggangnya. Karena sang istri ikut berbaring dan memeluk pinggangnya, Adi dengan cepat meletakkan hp di lantai dan memiringkan tubuhnya menghadap Dinda
Dibelainya anak rambut yang menjuntai di wajah mulus istrinya
"Ayah sangat mencintaimu buk"
Aku tersenyum dan meletakkan kepalaku di atas lengannya
Aku berusaha menghilangkan bayangan Tomi yang sejak tadi mengganggu pikiranku.
"Adi sangat mencintaiku, tak seharusnya aku teringat terus pada Tomi" batinku
Sementara, di dalam hati Adi juga membatin
"Maafkan aku Dinda, aku telah menduakanmu"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 171 Episodes
Comments