Ketika Cemburuku Kau Anggap Salah
"Kaaaakkkk.... bunuh dia kak, dia sudah jahat sama aku, dia sudah menghancurkan hati aku kak, bunuh dia kak, bunuh!!!" raungku sambil terus menarik rambut suamiku dan selingkuhannya
"Biadab kalian berdua, kalian harus mati!!" kembali aku berteriak histeris
"Ayah, bunuh dia yah, dia sudah menyakiti hatiku yah" teriakku menoleh pada ayahku yang hanya tertunduk sedih
"Kakaaakkkk" teriakku
Sama, kakak dan ayahku hanya diam tertunduk
"Tidakkah kalian ingin membalaskan sakit hatiku, hah?" raungku
Sementara kedua tanganku masih terus menjambak rambut suamiku dan selingkuhannya.
"Ini urusan keluargamu nak, kami tidak bisa ikut campur!" jawab ayahku
"Iya dek, kakak juga tidak bisa bantu, karena ini urusan keluargamu, selesaikanlah denganmu sendiri"
Sambil berurai air mata aku menatap tak percaya pada ayah dan kakak lelakiku.
Lalu aku menoleh kearah bapak mertuaku
"Bapak?, bagaimana menurut bapak, apa yang harus aku lakukan pada anakmu ini?"
Bapak mertuaku tersenyum lebar ke arahku
"Ya namanya hidup, bosan dengan yang lama, ya cari lagi!"
Mulutku ternganga mendengar jawaban bapak mertuaku
Lalu tanpa ampun, ku seret dua orang yang sangat aku benci saat ini kekantor polisi
"Matilah kalian berdua di sini!"
Lalu aku pergi, pulang ke rumah, menangis meraung-raung
"Aku harus ngadu ke siapa lagi, siapa yang mau mendengarkan kesedihanku? ratap ku
Mbak Sari, iya, mbak Sari mungkin bisa mendengarkan keluhanku.
Segera aku bangkit mengambil handphone lalu menghubungi mbak Sari
"Hallo"
"Anjiiiiinggggg.... mengapa kamu yang ngangkat, hah?" teriakku begitu terdengar suara suamiku yang mengangkat panggilanku
"Mana mbak Sari aku mau ngomong sama dia, bukan sama kamu, babiiii!!!" teriakku
"Ya Din?" terdengar suara mbak Sari serak
Aku langsung menangis meraung-raung
"Kenapa?, kenapa Adi selingkuh mbak?, apa salah aku?, sampai mereka ada anak mbak?, astaghfirullah!!"
Aku dengar suara mbak Sari sesenggukan
"Adi kurang ajar mbak, dia harus matiiii!!!!" teriakku
Suara handphone di dalam lemari membuatku terjaga dari mimpi buruk ku.
Aku langsung membuka mataku dan beristighfar berkali-kali
Aku lihat suamiku yang tidur di sebelahku masih tampak nyenyak. Berkali-kali aku menghembus nafas dalam untuk menenangkan hatiku
Kembali handphone berdering, dan itu suara handphone suamiku
"Yah, hpnya bunyi" ucapku sambil menggoyangkan tangannya
Tidak ada sahutan, dan suara handphone kembali hening, karena panggilannya terabaikan
Tak urung suara handphone di tengah malam membuatku penasaran. Tapi karena saat itu aku sedang demam, jadi aku tidak turun dari ranjang untuk memeriksa siapa yang menelpon suamiku tengah malam seperti ini.
Lalu aku kembali memejamkan mataku, berusaha untuk tidur kembali. Tapi bayangan mimpi barusan melintas di kepalaku hingga membuatku sulit untuk tidur
Diperparah lagi dengan suhu tubuhku yang tinggi dan kepalaku yang sangat berat. Rasanya dunia ini berputar saking pusingnya kepalaku.
"Suamiku selingkuh?, ah nggak mungkin" batinku sambil meletakkan tangan kiriku di atas perut suamiku
"Tapi mimpi tadi begitu nyata" lirihku lagi
...****************...
"Bun, ikut menghadiri ijab nggak?" Adi membangunkan istrinya yang masih terlelap
Aku membuka mataku, melihat jika suamiku telah rapih
"Aku masih demam, rasanya nggak kuat untuk menghadiri ijab" jawabku
"Astaghfirullah bun, mata kamu merah sekali, dan tubuh kamu juga sangat panas" jawab Adi sambil meletakkan jarinya di atas keningku
"Masih pusing?" tanyanya
Aku mengangguk. Adi lalu duduk di pinggir ranjang dan memijit kening Dinda, istrinya
Aku segera memiringkan tubuhku dan tangan kananku memeluk pinggangnya.
"Yah, kok semalam aku mimpi ayah selingkuh dan punya anak ya?"
Adi terlihat kaget dan segera menoleh kearah istrinya
"Ah, tiap mimpi kok mimpi selingkuh. Mimpi tu yang kerenan dikit dong" jawabnya sambil terus memijit kening Dinda
"Ya mana aku tahu" jawabku
"Ah sudahlah, itu hanya bunga tidur. Mungkin karena bunda demam, makanya mimpinya aneh"
Aku diam, mungkin ada benarnya ucapan suamiku
"Ya sudah, istirahatlah. Ayah mau menghadiri ijab kabulnya Shella, nanti apa kata bibi jika kita nggak datang"
"Titip salam saja ya sama bibi dan Shella, bilang aku nggak bisa datang karena lagi demam"
Adi mengangguk dan sambil mengelus kepala istrinya dia lalu keluar dari dalam rumah
...****************...
"Yah, mau dengerin lanjutan cerita mimpiku semalam tidak?" tanyaku malam ini ketika aku duduk sambil melipat pakaian
"Masih saja dibahas, sudahlah. Nggak mau" jawab suamiku
"Tapi ceritanya seru yah"
"Sudahlah, tidurlah saja, masih demam kan?"
Aku mengangguk
"Tapi tidak ada yang akan melipat baju, makanya yuk bantuin"
Adi menoleh sekilas pada istrinya yang sedang melipat baju, lalu kembali fokus menatap handphone
"Aku mimpi ayah selingkuh dengan adik kelasku ketika aku SMP dulu, dan kalian rupanya sudah punya anak" ucapku tanpa melihat kearah suamiku
"Kok aku sering mimpiin ayah selingkuh kenapa ya yah?"
Adi masih diam, dia terus saja menatap layar hpnya
"Bahkan di dalam mimpi aku berteriak meminta ayah dan kakakku untuk membunuh ayah karena telah menyakitiku"
"Apa?, meminta mereka untuk membunuhku?" suamiku menjawab dengan kaget
"Iya, saking marah dan emosinya aku" jawabku sambil tertawa
"Bahkan ya yah, rambut ayah dan selingkuhan ayah itu aku jambak dan aku tarik sampai kekantor polisi"
Adi menurunkan handphonenya dan menatap tajam kearah istrinya
"Terus kenapa kamu minta ayah kamu sama kakak kamu untuk bunuh aku?" suaranya mulai meninggi
"Ya karena aku emosi"
"Apa harus dengan di bunuh, tidak ada cara lain?"
Aku menghentikan tanganku yang sedang melipat baju, menatap kearah suamiku yang mulai marah
"Heii itu cuma mimpi" jawabku heran
"Kamu itu selalu emosi yang dibesarkan, salah dikit bunuh, kamu pikir membunuh itu tidak dosa apa? kamu tahu tidak sih apa hukumnya membunuh?, makanya ngaji kalau tidak tahu hukum agama!"
Mulutku ternganga mendengar jawaban marahnya
"Ya Alloh ini tu dalam mimpi yah, bukan di dunia nyata" jawabku
"Dalam mimpi saja kamu begitu jahatnya sama aku. Apalagi di dunia nyata. Kamu itu memang istri yang kurang ajar. Sering berkata kasar sama aku, tidak menghargai ku, aku seakan kamu anggap anak kecil"
"Astaghfirullah kok malah merembet ke jauh-jauh sih?, aku kan bilang mimpi yah, mimpi. Lagian coba deh ayah pikir, kenapa sih aku sering sekali mimpiin ayah selingkuh, bukan sekali ini loh. Sudah sering"
"Bahkan aku sanksi, jangan-jangan memang di belakangku ayah selingkuh, bisa jadi kan mimpi ini sebagai petunjuk dari Alloh?" jawabku tersulut emosi
Adi tertawa mencemooh
"Hah, petunjuk? petunjuk tai kucing!!"
Aku diam, aku kembali melipat pakaian
"Makanya kamu itu ngaji. Saya tahu kamu bisa ngaji, tapi bacaannya saja. Untuk mengkaji hati kamu masih nol. Makanya saya sarankan carilah guru ngaji yang bisa bimbing kamu, yang bisa nyadarkan kamu agar menghargai suami, tidak curiga terus sama suami"
"Hei, aku tidak pernah ya curiga sama kamu. Tapi kalau seperti ini jawaban kamu, sepertinya aku mempertimbangkan ulang"
"Ayo, kita temuin itu siapa selingkuhan ku, yang kata kamu adik kelas kamu itu. Kita cari dimana rumahnya, kamu tanyain sama dia apa hubunganku sama dia, bila perlu, ayo kita datangi semua mantan-mantanku, kamu tanyain sama mereka apa aku masih pacaran sama mereka!"
Aku menarik nafas dalam
"Inilah yang membuatku selalu memendam masalahku, tidak pernah berbagi padamu, karena tiap kita bicara, ujung-ujungnya kita selalu ribut" ucapku pelan
"Jelas ribut karena kamu kasar!"
"Ya Alloh yah, itu dalam mimpi. Dalam mimpi aku berteriak pada ayahku untuk membunuhmu itu"
"Bayangkan saja, dalam mimpi pun betapa cemburunya aku, bisa dibayangkan lah bagaimana di dunia nyata, itu artinya aku itu betul-betul mencintaimu yah"
Adi tersenyum sinis mendengar jawaban istrinya
"Apa memang harus dibunuh orang yang selingkuh itu?" kembali dia bersuara dengan nada sinis
Aku menghembus nafas dalam
"Sering kan lihat di berita tivi, istri sah membunuh pelakor?, mungkin itu bisa terjadi sama aku"
Adi kembali tersenyum sinis
"Aku berkata begini bukan karena tanpa alasan, apakah kau ingat ketika malam takbiran saat aku masak agar-agar Arik bilang bahwa kamu bawa pacar???!"
Adi langsung menatap tajam istrinya
"Omongan anak kecil jangan didengarkan. Mereka belum tahu apa-apa!"
"Tapi anak kecil itu jujur!"
Wajah Adi makin terlihat kesal, dan aku tidak memperdulikannya. Kemudian dia menyulut rokok dan menghisapnya dengan tak tenang karena emosi
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 171 Episodes
Comments
Juli Juliana Ambar
baru nyimak
2022-12-25
1