Aku berusaha untuk tidur, tapi pikiran buruk kembali melintas. Aku membolak balikkan tubuhku agar bisa tidur, sementara suamiku benar-benar sudah tak ingat apa-apa lagi
Aku menarik nafas dalam, berusaha tenang dan entah kapan terakhir aku melek, karena saat ku tahu, aku terbangun saat Naya mengetuk pintu kamar akan berangkat sekolah
Aku bangun dan segera membuka pintu kamar, Naya yang sudah rapih berpakaian sekolah mengulurkan tangan ke arahku
"Uang jajan sama nabungnya buk"
Aku mengangguk lalu masuk diikuti Naya.
"Loh, ayah sudah pulang?" ucapnya sambil memeluk ayahnya yang masih terpejam
Adi sedikit menggeliat ketika dirasakannya ada sesuatu yang menimpa tubuhnya, matanya terbuka dan dia langsung mengelus kepala anak tertuanya itu
"Ayah kok lama?"
Adi duduk menatap mata Naya, lalu dia tersenyum
"Antarannya jauh, makanya ayah lama pulangnya"
Naya mengangguk, setelah mendapat uang dari ibunya dia lalu menyalami kedua orang tuanya lalu berangkat sekolah
Karena melihat suamiku sudah duduk, aku ikutan duduk dan menatapnya dalam
Adi memasang senyum manis pada istrinya sambil mengulurkan tangan. Aku mendekat dan memeluknya. Dapat kurasakan jika suamiku menciumi kepalaku
"Maafin ayah ya karena buat ibu khawatir"
Aku mengangguk. Tak lama aku memeluknya karena aku harus masak, ini sudah sangat kesiangan. Bisa-bisa aku terlambat kekantor
"Bantuin yuk yah, aku telat loh"
Adi bangkit dan mengikuti istrinya yang berjalan kearah dapur
Aku segera membuka kulkas memilih bahan makanan, lalu suamiku ikut memilihkan bumbu.
Dengan tergesa aku masak, bahkan ayam yang ku masak santan aku tinggalkan mandi
Jadilah suamiku yang menungguinya. Aku berteriak-teriak memberi arahan saat suamiku bertanya karena saat itu aku berganti baju dan memakai bedak
Selesai itu aku segera keluar kamar, mencicipi sebentar masakan, lalu mencium punggung tangan suamiku, berangkat kerja
Adi menggeleng-gelengkan kepala melihat kelakuan istrinya.
Saat aku mengeluarkan motor, karyawan gudang kami datang
"Bapak ada bu?"
"Di dalam"
Hanya itu jawabanku karena aku langsung menghidupkan motor
Satu persatu karyawan suamiku datang, terutama karyawan pembibitan
"Antaran lagi hari ini?" tanyaku menghentikan motor di depan mereka
"Iya yuk"
"Kemana? keluar propinsi lagi?"
Mereka menggeleng
"Oh, baguslah. Itu artinya Bapak nggak ikut"
"Tapi katanya beliau ikut yuk"
Aku menoleh kearah dalam sambil mengernyitkan dahiku
Aku langsung memasang standar motor, masuk kembali kedalam
"iya aku usahakan, tapi nggak bisa sering-sering"
Aku berhenti di belakang suamiku yang saat itu duduk di kursi sedang menelpon
"Iya, tapi nggak sekarang"
Aku melihat jam di tanganku, hampir jam delapan pagi.
"Yah?"
Adi terlonjak kaget dan langsung memutus panggilan. Menatap istrinya dengan gugup
"Loh sejak kapan disini sayang?"
"Barusan, gini Yah, kata rombongan ayah mau ikut mereka lagi nganter sawit?"
Adi diam bingung mau menjawab apa.
"Pokoknya nggak boleh, kaya nggak ada karyawan aja. Toko tu diurusin, kemarin aku check ada barang masuk di gudang, terus tadi ada pekerja gudangkan?, mau apa dia?"
Adi dengan cepat membuat alasan agar istrinya tak curiga
"Ya itu dia laporan kalau ada barang masuk, kamu benar deh sayang, kayanya aku memang harus cek toko sama gudang"
Aku mengangguk setuju
"Ya udahlah aku berangkat, kasihan Arik di motor"
Adi menarik nafas lega saat istrinya kembali berlalu dari hadapannya.
"Aku harus hati-hati sekarang, Dinda mulai curiga" gumam Adi
...****************...
Aku sampai di kantor lima menit sebelum apel. Untung tak terlambat, jika sampai telat bisa kena SP aku.
Selesai apel, aku segera masuk keruangan ku, mulai beraktifitas seperti biasa
Saking fokusnya sama pekerjaan aku sampai mengabaikan beberapa pesan masuk.
Barulah setelah jam istirahat aku membuka pesan yang masuk
Kembali ada pesan dari teman sekolahku dulu. Aku tersenyum membacanya dan dengan segera membalasnya
Ada juga pesan dari suamiku.
"*Sayang, ayah sudah cek semua toko, gudang dan kolam kita. Alhamdulilah hasilnya oke"
"Alhamdulillah, maaf telat balas. tadi sibuk*"
Terkirim dan langsung centang dua dan langsung berwarna biru
Kembali ada pesan masuk. Bukan dari mas Adi, tapi dari teman lamaku
"Eh say, sudah dapat undangan belum?"
Undangan? aku mengernyitkan dahiku
Tak lama ada pesan masuk lagi, pesan gambar. Aku klik pesan gambar tersebut. Ternyata undangan pernikahan
Aku baca
Marina Rosada
Hei, bukankah dia teman sekelas kami waktu SMA?
Dengan cepat aku mengetik pesan
Me: Itu si handbody yang nikah?
Rohaya: Iya
Me: Loh, baru dapat jodoh toh dia
Rohaya: He eh, nggak nyangka kan?
Me: Namanya jodoh ya, nggak ada yang tahu
Rohaya: Datang ya, sekalian kita reuni
Me: 👍👍
Lalu aku meletakkan handphone, keluar ruangan berjalan menuju kantin
...****************...
Jam 16.15 aku sudah di rumah. Di rumah cuma ada kedua anakku dan pengasuh Arik
"Makasih ya mbak, karena aku sudah di rumah, mbak boleh pulang"
Pengasuh anakku mengangguk lalu berpamitan pulang
"Naya, ayah belum pulang nak?"
Naya yang mendengar panggilan ibunya keluar kamar dan duduk di sebelah ibunya
"Tadi sih waktu Naya pulang nggak ada ayah, buk. Cuma ada bibi sama adik" jawabnya yang masih terus fokus menatap handphone yang sejak tadi dipegangnya
Aku mendecak lalu merogoh handphone dalam tasku, mendial nomor suamiku
Tidak aktif, di luar jangkauan.
Aku meletakkan handphone lalu masuk kedalam kamar. Lamat-lamat aku dengar ada suara mobil masuk, aku yakin itu mas Adi
Benar saja, saat aku keluar kamar, suamiku masuk dan sedang mengusap kepala Naya
"Aku telpon nggak aktif yah, kemana?"
Adi mengeluarkan handphone dari saku celananya, dan nyengir
"Hpnya ngedrop"
Aku memonyongkan bibirku sambil masuk kedalam mengambilkannya air
"Ini buk" ucapnya menyerahkan bungkusan kantong kresek hitam padaku
Aku segera menerimanya dan membukanya
"Uang dari toko atau apa ini?"
"Toko dan sawit. Malam tadi ayah lupa ngasih uang sawit sama ibuk"
Aku menaikkan alisku
"Yang sawit yang mana, yang toko yang mana?" tanyaku sambil mengeluarkan isinya
Adi langsung menyebutkan nominal sehingga memudahkan istrinya mengetahui yang mana uang sawit dan yang mana uang toko
"Yah, hari minggu aku ada undangan. Teman SMA kami ada yang mau nikah"
"Datang dong, orang temannya nikah"
Aku yang sedang memilah-milah uang menatap suamiku yang sejak tadi memperhatikanku
"Sama ayah, ya?"
Adi diam sebentar.
"Nggak usahlah, biasanya kalau acara teman lama nikah pasti ada reunian, iya kan?"
Aku tersenyum sambil mengangguk
"Nanti malah ayah ganggu kebersamaan ibuk dengan teman-teman, ibuk datang sendiri aja ya, bawa mobil"
Aku diam sejenak, meraih handphone mengirimi Rohaya pesan
Me:Eh say, suami kamu ikut nggak?"
Centang dua
Aku kembali memilah uang dan tak lama ada notifikasi pesan masuk
Rohaya: Suami aku nggak mau, rempong katanya kalau ikut aku, apalagi aku bilang kita mau reunian
Wah kok bisa sama ya, batinku sambil tersenyum
"Kata temanku suami dia juga nggak ikut yah, sama kaya ayah, nggak asyik katanya"
Aku dan suamiku terkekeh
...****************...
Hari minggu siang, sekitar jam sebelas pagi. Handphoneku tak berhenti berbunyi kluntang klunting sejak tadi
Grup sekolah kami sejak beberapa hari ini ramai. Semua penghuninya seakan kumpul semua.
Aku bahkan terkadang tertawa terbahak-bahak membaca isinya. Adi yang melihat istrinya tertawa seperti orang gila hanya menggelengkan kepala saja.
Kembali handphone ku berdering.
Roh Jadi-Jadian
"Napa woy?"
"Woy cepat, kami sudah otw"
"Seriusan?, sudah di mana?"
"Bentar lagi sampe, lah kamu dimana jeng?"
"Masih di rumah"
"Jangan bilang kalau kamu belum mandi"
Aku tertawa
"Beneran belum mandi?"
"Ihh sudah lah, ini lagi siap-siap"
"Iya cepat, buruan kesini ya"
"Hemmm"
Lalu aku kembali memoleskan lipstik ke bibirku dan kembali touch up
"Sudah cantik..." ucap suamiku yang tiba-tiba muncul sambil memelukku dari belakang dan mencium pelipis ku
Aku tersenyum padanya lewat pantulan cermin
"Harus cantik dong Yah, sekarang lagi musim pelakor. Jangan sampai istri sah kalah sama mereka"
Jantung Adi langsung berdegup kencang mendengar istrinya berkata begitu
"Cantik kan yah?" tanyaku sambil berdiri dan memutar-mutar tubuhku
"Perfect"
Aku tersenyum kearah suamiku dan mencubit hidungnya
"Aku berangkat dulu ya yah, assalamu'alaikum"
Adi menjawab salam istrinya sambil mengulurkan tangannya. Aku segera mencium punggung tangan suamiku lalu menenteng heels keluar kamar
Sampai di luar aku segera memakai heels dan segera masuk kedalam mobil.
Kedua anakku melambaikan tangan mereka ke arahku. Sebenarnya mereka ku ajak tapi mereka menolak, karena ayah mereka mengajak mereka jalan katanya
Di jalan kembali handphoneku berdering
Aku segera memasang headset bluetooth di telingaku
"Sudah dimana?"
"Ini sudah di jalan"
"Cepat, kita ada kejutan untuk kamu"
"Kejutan? apa?"
"Yee, bukan kejutan lagi namanya jika kamu tahu"
"Ya sudah, aku tutup ya, bentar lagi aku sampai kok"
"Ya sudah, hati-hati"
"Iya bestieeee..."
Memang tak lama kemudian aku sampai. Aku melajukan mobilku cukup lambat, mengikuti share lock dari Rohaya yang tadi kirimkannya agar aku tidak nyasar
Benar saja, aku sudah masuk ke kawasan hajatan. Tenda besar dengan keramaian dan motor serta mobil yang berbaris cukuplah sebagai bukti kuat jika memang disinilah lokasi hajatannya si Marina Rosada yang dulu sering kami panggil handbody
Panitia parkir mengarahkan mobilku untuk masuk. Dengan pelan aku mengikuti arahan mereka. Setelah mobilku terparkir sempurna, aku keluar
Ya Tuhan, orang pasangan semua bahkan ada yang membawa anak mereka, aku malah sendirian???
Segera aku mengeluarkan handphone, menghubungi Rohaya
Diangkat, tapi suaranya kalah dengan kerasnya suara dari orgen tunggal
Dengan sedikit mendecak aku berjalan keluar dari area parkir, berjalan anggun masuk kedalam tenda
Langkahku seketika terhenti ketika dibarisan penyambut tamu kulihat seseorang yang sangat aku kenal menatap ke arahku
Aku menoleh kebelakang berharap ada teman bareng untuk masuk, tapi sialnya tak ada.
Dengan menghembus nafas dalam aku kembali melangkah.
Degup jantungku kian berdegup kencang ketika sampai di depan penyambut tamu
"Apa kabar dek?"
Aku segera mendongakkan kepalaku kearah lelaki yang menyapaku
"Hah?" ucapku seakan tak percaya
"Apa kabar?" ulangnya lembut
Seketika kakiku terasa lemas, tubuhku sedikit goyah, dengan sigap seorang ibu yang berdiri di belakangku memegang tanganku, entah kapan ibu itu sampai. Hingga kehadirannya di belakangku tak kusadari.
"Kamu tidak apa-apa nak?" tanyanya
Aku menggeleng. Ibu itu lalu mendahuluiku masuk, sedangkan aku masih berdiri di depan lelaki yang tadi menyapaku
"Ya Tuhan benarkah aku kembali melihatnya?" batinku masih tak percaya
"Apa kamu belum makan dek, kok hampir jatuh tadi"
Aku tersenyum kaku
"Sudah, sudah kok, Ini karena ada batu terinjak heels aku, makanya aku limbung tadi"
Lelaki itu tersenyum, sebelum semuanya menjadi kacau, aku segera berlalu dari hadapannya. Masuk dengan terburu tanpa berani lagi menoleh kebelakang
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 171 Episodes
Comments