Hari ini kesabaranku benar-benar diuji. Setelah aku mengungkapkan kehamilanku pada bang Angga kemarin, tentu saja Ibu mertuaku itu tidak akan tinggal diam.
Aku sudah sangat mengenal bagaimana sikap dan wataknya, hingga apa yang aku pikirkan selalu terjadi.
Tepatnya saat aku berjalan pulang setelah membeli beras dari warung bu Marni.
"Ra, Dira, sini sebentar!" Panggil bu RT dan aku pun menghampirinya.
"Ada apa bu?"
Bu RT sedikit menarik tanganku dan berbicara dengan berbisik,"Apa iya kamu hamil lagi, Ra?" Tanyanya.
"Apa mertua Dira yang bilang bu?" Rupanya benar saja, Ibu mertuaku itu telah menyebarkan gosip kebeberapa tetangga tentang kehamilanku.
"Iya bu, Alhamdulillah, Allah kasih kepercayaan sama Dira dan bang Angga untuk punya anak lagi," jawabku dengan tersenyum.
"Yang sabar ya Ra, hamil itu rezeki. InsyaAllah setiap anak membawa rezekinya sendiri-sendiri. Abaikan saja omongan mertuamu itu, lama-lama ibu juga geram dengernya."
"Iya bu. Ya sudah Dira lanjut lagi bu, harus buru-buru masak, kasihan Rama."
Aku berpamitan dengan bu RT dan melanjutkan kembali langkah kakiku. Tapi lagi dan lagi...
"Dira, sini!"
Aku sudah bisa menebak dengan apa yang akan bude Ratna tanyakan.
"Apa bude mau nanya seperti yang bu RT tanyakan?"
"Emang bu RT tanya apa?"
"Bude mau tanya apa?" Tanyaku sudah sangat malas menjawab setiap pertanyaan dari orang-orang yang baru saja gibah dengan mertuaku.
"Apa bener kamu hamil lagi, Ra? Ibu mertuamu ngomong sama bude, kalo dia itu malu kalau punya cucu lagi, apa lagi Rama itu masih kecil."
"Dengan keadaan yang kayak gini, apa bude pikir Dira bisa menolak? Andai aja Dira boleh memilih, Dira lebih memilih untuk mandiri lebih dulu bude, baru nambah anak," jawabku.
"Iya Ra, kamu bener. Eh, tapi kamu hamil sama suamiku kamu kan?"
"Maksud bude apa ngomong gitu? Ya iyalah Dira hamil sama bang Angga, apa pernah bude liat Dira keluyuran sana-sini sama laki-laki lain? Jangankan mau keluyuran, buat istirahat tidur siang aja susah," suaraku mulai meninggi. Enak saja bertanya tanpa berpikir dulu, aku punya suami, jelas saja aku hamil dengan suamiku.
"Bukan maksud bude gitu, tapi kata mertuamu..."
"Bude tau gimana mertua Dira, orang kurang waras kok ditanggepin, jelas omongannya ngacok. Tapi tunggu dulu, gak mungkin bude nanya gitu kalo bukan dari mertua Dira," ucapku menatap bude Ratna penuh selidik.
Bude Ratna mengangguk,"Iya. Mertuamu itu katanya malu kalo sampe punya cucu lagi. Dia juga mengira kalo kamu itu hamil sama laki-laki lain. Nyumpahin kamu juga, katanya semoga meninggal waktu ngelahirin nanti," jelas bude Ratna.
"Apa? Mertua Dira ngomong gitu bude?" Aku memastikan kembali pendengaranku ini. Dadaku sesak dan mulai memanas mendengar gosip yang disebarkan mertuaku.
Ingin rasanya aku mencakar wajah dan merobek mulutnya yang kotor itu. Orangtua macam apa dia? Bukannya mendukung anak menantunya, ini malah membuat hidup anaknya semakin kacau.
Aku berjalan sedikit lebih cepat. Sudah tidak sabar lagi ingin mengeluarkan isi hatiku yang mulai memanas.
Brak...
Aku membuka pintu dan membantingnya. Sabarku benar-benar dipermainkan, aku semakin tidak dihargai sebagai menantu bahkan sudah sangat terlalu hina dimatanya.
"Pintu jangan dijadiin sasaran. Kenapa pulang-pulang kesal gitu?" Tanya bang Angga mendekatiku.
"Abang tanyakan saja semuanya sama Ibu. Kurang apa sih aku sebagai menantu bang? Kenapa dengan tega ibu memfitnahku kesana-sini menyebarkan gosip," teriakku. Aku semakin tidak tahan dengan sikap Ibu mertuaku yang memandangku begitu hina.
"Emangnya ibu kenapa?"
"Salahkah kalo aku hamil? Kalo boleh memilih bang, aku juga gak mau hamil sekarang, disaat suami dan ibu mertuaku tidak pernah menghargaiku sedikitpun," lanjutku lagi dengan menatap tajam bang Angga.
"Jangan berbelit-belit. Emangnya kenapa, ada apa?"
"Ibumu menyebarkan gosip keorang-orang, katanya dia malu punya cucu lagi, sementara cucu lain masih kecil. Bahkan ibumu juga mengira aku ini hamil dengan pria lain, dan menyumpahiku meninggal saat lahiran nanti," ucapku lantang dengan iringan isak tangis. Biarlah Ibu mertuaku mendengar dari balik kamarnya. Memang itu tujuanku, supaya anaknya tahu dan sadar bahwa Ibunya itu amat licik.
"Gitu doang kok diributin. Biarlah apa kata orang gak usah didengerin. Lagian tetangga juga pasti bakal tau kalo kamu hamil lagi, lama-lama perutmu akan membesar. Wajarlah kalo Ibu kasih tau keorang-orang tentang kehamilanmu, pasti dia bakal seneng punya cucu lagi. Dan gak seperti yang kamu bilang itu," jawab bang Angga dengan entengnya membuatku makin geram ingin menamparnya.
"Coba saja Abang tanyakan sendiri," aku tersenyum kecut dengan ketidakpercayaan suamiku tentang Ibunya.
"Tunggu sebentar, Abang akan pastikan."
Bang Angga benar-benar ingin memastikan bahwa apa yang aku katakan semuanya adalah salah. Dia menemui Ibunya di dalam kamar.
"Ibu, apa bener ibu bergosip buruk tentang Dira di luaran sana?"
"Kamu nuduh Ibu menyebar gosip buruk? Istri kamu aja yang pengen nyari gara-gara, selalu bikin masalah. Kamu itu anak Ibu Angga, harusnya lebih percaya sama Ibu dari pada istrimu! Kualat baru tau rasa," ucap mertuaku dan terlihat pergi dari kamarnya dengan membanting pintu.
'Dasar siluman ular besisik ikan, mertua julid gak punya hati' makiku dalam hati begitu geram setelah mendengar pengakuannya.
Setelah Ibu mertuaku pergi entah kemana, bang Angga menghampiriku.
"Kamu denger sendiri kan apa kata Ibu. Gak usah kepancing omongan tetangga, biarlah mereka mau ngomong apa, jangan diambil hati."
"Enak ya bang kalo cuma ngomong doang. Belain aja terus Ibu kamu yang keras itu. Sampai kapanpun kamu sama Ibumu itu gak akan pernah berubah, sama-sama gak punya perasaan!"
"Bilang apa kamu hah? Udah bosen kamu hidup sama aku?" Bentak bang Angga.
"Iya bang, aku bosen. Aku bosen hidup sama kamu yang terus-terusan dicampuri oleh Ibumu. Aku capek bang menjalani rumah tangga yang kayak gini," teriakku balik membentak bang Angga.
"Harap maklum aja kenapa sih? Ibuku sudah tua, kamu tau kan orang yang semakin tua itu sikapnya malah balik lagi kayak anak kecil. Gak usah diperpanjang!"
"Cih, suruh aja terus aku ngalah. Sampe kapan bang? Sampe kapan aku terus-terusan ngalah sama Ibumu, sampe kapan aku terus diam saja dicaci-maki Ibumu, sampe kapan hah? Aku juga manusia bang, punya hati punya perasaan. Tubuhku bukan robot yang bisa ditarik sana-sini tanpa henti. Aku lelah bang, aku capek!" Aku mengeluarkan semua keluh kesahku dengan bang Angga tentang Ibunya.
Tapi sekali lagi semua itu hal yang percuma, karena dimata suamiku Ibunya itu yang paling sempurna. Salahnya saja dia puji apalagi benarnya, dan bohongnya saja dia percaya apa lagi jujurnya.
TBC.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Riana
angel wes angel angel kalau laki laki modelan kyk angga
2022-12-19
0
NasyafaAurelia🐧
aduhh Dira 𝙎𝙏𝙊𝙋 lahh jgn bertahan dgn suami kek gitu ditambah mertua yg aduhh aduhhh
2022-12-19
0
🍁𝐀𝐑𝐀❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
udah lah Dira suami seperti itu seharusnya kau tinggalkan saja, untuk apa kamu ngikutin suamimu kalau suamimu aja gak peka ma kamu, yang ada kamu malah setres sendiri
2022-12-19
1