Terkadang memilih sesuatu yang tidak dipertimbangkan dengan secara matang, hanya akan menghasilkan sebuah penyesalan.
Namun, bagaimana jika kita masih memiliki kesempatan kedua? Mungkinkah kamu akan memperjuangkannya kembali? Atau mencoba hal yang baru, karena kita tidak pernah tahu akhir seperti apa yang kita bisa dapatkan. Sebab, tidak akan ada salahnya, jika kita harus mencobanya terlebih dahulu...
***
Seperti ada yang hilang, itulah yang dirasakan Nara akhir-akhir ini. Meski ia bisa menahan dirinya untuk tidak membalas pesan Kevin, ataupun mengangkat teleponnya. Tapi, bayangan Kevin masih belum bisa hilang dari ingatannya.
Apalagi ketika Nara tiba-tiba saja teringat dengan ciuman mereka, ketika di pantai waktu itu. Nara sungguh ingin sekali membenturkan kepalanya sendiri ke dinding, agar bisa melupakan semua kenangan indahnya bersama Kevin.
"Hei, jangan melamun terus. Lihat, yang lain sudah dapat pembeli, hanya tinggal kamu saja yang belum mendatangi kasir," ejek Bunga seraya memamerkan isi nota yang ia bawa. Pagi ini Bunga sudah menjual lima potong pakaian, dan ia terlihat kegirangan.
Nara hanya mencebikkan bibirnya, ia tidak terpengaruh sama sekali dengan perkataan Bunga, yang Nara lakukan hanya tetap duduk di teras toko dengan pandangan lurus ke depan. Nara sedang menanti pembeli yang lain.
Lalu tidak lama kemudian, ada beberapa rombongan ibu-ibu yang melewati toko mereka, Bunga yang hari ini begitu semangatnya bekerja, ia langsung menawarkan dagangan kepada ibu-ibu tersebut.
"Mau cari apa, Bu? Monggo, dilihat dulu atasannya, roknya juga ada. Apalagi kemarin jilbabnya yang model baru juga baru datang," ujar Bunga dengan senyuman ramah.
Ibu-ibu tersebut saling bisik-bisik, lalu salah satu dari ibu-ibu tersebut mengatakan, "Lihat-lihat dulu ya, Mbak? Nanti kalau ada yang cocok, kita akan beli."
"Baik, Bu. Monggo, silakan ...."
Sebelum melayani Ibu-ibu tersebut, Bunga menyempatkan diri untuk berbisik di telinga Nara. "Yes, bonus akhir bulanku, pasti akan ditambahi sama Mbak Retta."
"Iya, kalau begitu yang semangat ya, keluarkan semua rayuan maut mu, buat semua Ibu-ibu itu memborong baju, dan pasti kamu juga akan dinobatkan menjadi karyawan teladan bulan ini."
"Kalau begitu kugeser posisimu ya?"
Nara hanya mengangguk malas, ia sudah tidak memikirkan posisi karyawan teladan, yang ada dipikirannya hanya Kevin, Kevin, dan Kevin.
Nara mendengus ketika mengingat nama itu. "Ya Allah ... Aku ingin cepat move on," batin Nara yang hampir menangis.
Nara sudah browsing di internet, bagaimana caranya agar bisa melupakan mantan dengan cepat, dan ia sudah melakukan semua tips-tips itu. Namun, semua itu tidak berhasil sama sekali, buktinya selama satu bulan ini Nara masih mengingat Kevin.
Apakah aku harus kecelakaan dulu, lalu agar otak, dan akhirnya bisa melupakan Mas Kevin?
Di saat sedang memikirkan hal itu, Nara dikejutkan oleh suara seorang laki-laki.
"Hei, Mbak!" Suara laki-laki tersebut setengah berteriak, dan hal itu tentu saja membuat Nara sontak terkejut.
"Eh, ada apa, Mas?" tanya Nara yang tergagap, apalagi di hadapannya ini ada dua sosok laki-laki yang berwajah tampan. Ralat, sangat tampan.
"Dari tadi dipanggil temanku, Mbaknya kok nggak denger!" ketus dari salah satu laki-laki tersebut.
Sedangkan yang satunya lagi, ia sontak menyenggol temannya yang sedang memarahi Nara.
"Hei, jaga nada bicaramu. Kan kasihan Mbaknya," ujarnya pelan.
"Maafin teman saya ya, Mbak. Dia tukang marah." Lanjutnya.
"Oh, nggak apa-apa, Mas. Saya yang seharusnya meminta maaf, maaf karena saya sudah melamun tadi," sahut Nara malu.
Lalu tidak jauh dari mereka bertiga, terdengar suara temannya Nara tertawa. "Mas-mas nya harap maklum ya, Mbak Nara habis putus sama pacarnya, jadi makin sering ngelamun."
"Megan!" teriak Nara seraya memelototi temannya yang sudah membuka aibnya itu. Nara jadi semakin bertambah malu dengan kedua orang ini.
Megan hanya tertawa saja, lalu kemudian ia mengacungkan dua jarinya sebagai lambang perdamaian. "Ampun," ujarnya tanpa suara, lalu kemudian ia langsung kabur.
Sedangkan lelaki yang ramah tadi, ia juga ikut tertawa. Namun, sangat berbeda dengan yang satunya, lelaki pemarah itu tetap mempertahankan wajah kesalnya.
"Jangan dengerin omongan teman saya, Mas. Oh ya, Mas nya mau cari apa?"
"Mau cari celana jeans panjang, Mbak. Buat saya," sahut lelaki ramah tersebut.
"Oh, yang warna apa? Dan, ukurannya berapa?" Nara langsung mengarahkan kedua lelaki tersebut ke tempat berbagai model celana yang dipajang dan tergantung rapi di rak gantung.
Di Moretta fashion, semua karyawan wajib melayani dan mengikuti ke mana pun langkah sang pembeli. Jadi, kalau mereka sampai mendapatkan pembeli yang cerewet dan hanya cuma niat ingin lihat-lihat dagangan mereka saja, maka karyawan tersebut sedang apes.
Sebab, mereka sudah lelah karena terus mengikuti langkah para pembeli, lalu kemudian mereka juga sudah lelah menawarkan produk-produk mereka. Namun, sang pembeli ternyata hanya niat jalan-jalan berkeliling untuk melihat isi toko mereka saja. Hal ini tentu sangat menyebalkan bagi para karyawan.
"Yah ... Sudah capek ngikutin dan nyerocos, ternyata cuma liat-liat doank. Kalau begitu tadi kenapa nggak bilang liat-liat dulu ya , Mbak? Tapi, malah gaya-gayaan seperti mau borong semua, pakek minta suruh nglepasin semua baju yang ada di patung display, dasar PHP!!!" gerutu salah satu teman Nara.
Nara yang sedang berada di sampingnya, hanya bisa menepuk pundak temannya itu untuk menghibur. "Yang sabar ya ... tetap harus semangat, pembeli adalah raja," ujar Nara dengan mimik melas. Ia pun juga kerap di posisi seperti temannya itu.
Ike hanya mendengus, lalu pandangannya beralih mengikuti langkah kedua orang laki-laki yang berjalan menuju ke arah Nara.
"Mbak, semuanya saya ambil ya," ujar lelaki ramah tadi seraya menyerahkan tiga potong celana yang baru saja ia coba untuk di nota.
"Oh, baiklah," sahut Nara seraya tersenyum. Lalu kemudian tangannya dengan cekatan melipat semua celana-celana tersebut, dan kemudian membuatkan notanya untuk sebelum menyerahkannya ke bagian kasir.
Ike yang melihat itu langsung berdecak. " Memang lebih enak melayani pembeli cowok, mereka nggak ribet. Kalau nggak ada yang cocok, langsung pergi. Beda sekali dengan Ibu-ibu dan cewek-cewek rempong, nggak niat beli, tapi tetep aja nyusahin," gerutunya, lalu kemudian Ike langsung pergi setelah mengacungkan jempol untuk Nara sebagai ucapan selamat, karena Nara langsung dapet tiga potong sekaligus.
Nara hanya tersenyum, seraya merobek lembaran nota yang baru ia tulis, menyerahkan yang berwarna pink ke pembeli, sedangkan yang berwarna putih ia sisipkan di salah satu celana tersebut.
"Bayarnya di kasir ya, Mas," ujar Nara seraya menunjuk dengan sopan letak kasir toko tersebut.
Nara langsung berjalan menuju kasir, meninggalkan kedua lelaki itu yang masih berbisik-bisik, yang entah apa yang mereka berdua sedang bicarakan.
Di saat Nara baru saja meletakkan celana-celana itu di atas meja kasir, dari arah belakang suara Bunga terdengar.
"Nara, Mbak Retta baru saja pulang. Jadi, sekalian kamu yang disuruh jadi kasirnya," ujar Bunga seraya meletakkan satu potong baju yang ia pegang ke atas meja kasir.
Nara hanya mengangguk, ia memang sudah terbiasa menggantikan bosnya itu untuk menjaga kasir, ketika bos mereka itu sedang pergi.
Setelah melayani seorang Ibu-ibu yang baru saja membayar, sekarang giliran dua laki-laki yang Nara layani tadi.
Setelah jemarinya Nara berkutat di atas keyboard komputer, Nara menyobek struk belanja yang baru saja keluar dari alat printer struk tersebut, dan kemudian menstaples struk tersebut menyatu dengan paper bag yang menjadi pembungkus celana-celana tadi.
"Totalnya empat ratus lima puluh ribu, Mas," ujar Nara seraya menyodorkan paper bag tersebut ke hadapan lelaki tadi.
Lelaki itu mengangguk, lalu menyerahkan lembaran uang yang sesuai dengan apa yang diucapkan Nara. Namun, saat Nara hendak mengambil uang tersebut, lelaki itu malah menahan uangnya.
"Maaf, Mbak. Tapi, bolehkah saya meminta nomor HP, Mbak?" tanya lelaki tersebut dengan suara yang cukup keras, hingga membuat teman-teman Nara bisa mendengar ucapannya.
Nara sontak tercengang, ia tentu terkejut ketika mendengar lelaki tampan ini meminta nomor ponselnya.
Sedangkan di belakang, teman-teman Nara kompak menyorakinya. "Ciee ... Yang baru putus, sudah mulai dapat penggantinya .... gaskeun aja lah. Suit ... suit ...." Bahkan ada yang sampai bersiul untuk menggoda Nara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Fitri An
ceritanya bagus.. ttp semangat thor.. vote untuk mu.. 💪💪
2023-01-15
0
Wacem Farhan
hadiah buat kamu thor
2023-01-14
0