5. Pembeli Berwajah Tampan

Terkadang memilih sesuatu yang tidak dipertimbangkan dengan secara matang, hanya akan menghasilkan sebuah penyesalan.

Namun, bagaimana jika kita masih memiliki kesempatan kedua? Mungkinkah kamu akan memperjuangkannya kembali? Atau mencoba hal yang baru, karena kita tidak pernah tahu akhir seperti apa yang kita bisa dapatkan. Sebab, tidak akan ada salahnya, jika kita harus mencobanya terlebih dahulu...

***

Seperti ada yang hilang, itulah yang dirasakan Nara akhir-akhir ini. Meski ia bisa menahan dirinya untuk tidak membalas pesan Kevin, ataupun mengangkat teleponnya. Tapi, bayangan Kevin masih belum bisa hilang dari ingatannya.

Apalagi ketika Nara tiba-tiba saja teringat dengan ciuman mereka, ketika di pantai waktu itu. Nara sungguh ingin sekali membenturkan kepalanya sendiri ke dinding, agar bisa melupakan semua kenangan indahnya bersama Kevin.

"Hei, jangan melamun terus. Lihat, yang lain sudah dapat pembeli, hanya tinggal kamu saja yang belum mendatangi kasir," ejek Bunga seraya memamerkan isi nota yang ia bawa. Pagi ini Bunga sudah menjual lima potong pakaian, dan ia terlihat kegirangan.

Nara hanya mencebikkan bibirnya, ia tidak terpengaruh sama sekali dengan perkataan Bunga, yang Nara lakukan hanya tetap duduk di teras toko dengan pandangan lurus ke depan. Nara sedang menanti pembeli yang lain.

Lalu tidak lama kemudian, ada beberapa rombongan ibu-ibu yang melewati toko mereka, Bunga yang hari ini begitu semangatnya bekerja, ia langsung menawarkan dagangan kepada ibu-ibu tersebut.

"Mau cari apa, Bu? Monggo, dilihat dulu atasannya, roknya juga ada. Apalagi kemarin jilbabnya yang model baru juga baru datang," ujar Bunga dengan senyuman ramah.

Ibu-ibu tersebut saling bisik-bisik, lalu salah satu dari ibu-ibu tersebut mengatakan, "Lihat-lihat dulu ya, Mbak? Nanti kalau ada yang cocok, kita akan beli."

"Baik, Bu. Monggo, silakan ...."

Sebelum melayani Ibu-ibu tersebut, Bunga menyempatkan diri untuk berbisik di telinga Nara. "Yes, bonus akhir bulanku, pasti akan ditambahi sama Mbak Retta."

"Iya, kalau begitu yang semangat ya, keluarkan semua rayuan maut mu, buat semua Ibu-ibu itu memborong baju, dan pasti kamu juga akan dinobatkan menjadi karyawan teladan bulan ini."

"Kalau begitu kugeser posisimu ya?"

Nara hanya mengangguk malas, ia sudah tidak memikirkan posisi karyawan teladan, yang ada dipikirannya hanya Kevin, Kevin, dan Kevin.

Nara mendengus ketika mengingat nama itu. "Ya Allah ... Aku ingin cepat move on," batin Nara yang hampir menangis.

Nara sudah browsing di internet, bagaimana caranya agar bisa melupakan mantan dengan cepat, dan ia sudah melakukan semua tips-tips itu. Namun, semua itu tidak berhasil sama sekali, buktinya selama satu bulan ini Nara masih mengingat Kevin.

Apakah aku harus kecelakaan dulu, lalu agar otak, dan akhirnya bisa melupakan Mas Kevin?

Di saat sedang memikirkan hal itu, Nara dikejutkan oleh suara seorang laki-laki.

"Hei, Mbak!" Suara laki-laki tersebut setengah berteriak, dan hal itu tentu saja membuat Nara sontak terkejut.

"Eh, ada apa, Mas?" tanya Nara yang tergagap, apalagi di hadapannya ini ada dua sosok laki-laki yang berwajah tampan. Ralat, sangat tampan.

"Dari tadi dipanggil temanku, Mbaknya kok nggak denger!" ketus dari salah satu laki-laki tersebut.

Sedangkan yang satunya lagi, ia sontak menyenggol temannya yang sedang memarahi Nara.

"Hei, jaga nada bicaramu. Kan kasihan Mbaknya," ujarnya pelan.

"Maafin teman saya ya, Mbak. Dia tukang marah." Lanjutnya.

"Oh, nggak apa-apa, Mas. Saya yang seharusnya meminta maaf, maaf karena saya sudah melamun tadi," sahut Nara malu.

Lalu tidak jauh dari mereka bertiga, terdengar suara temannya Nara tertawa. "Mas-mas nya harap maklum ya, Mbak Nara habis putus sama pacarnya, jadi makin sering ngelamun."

"Megan!" teriak Nara seraya memelototi temannya yang sudah membuka aibnya itu. Nara jadi semakin bertambah malu dengan kedua orang ini.

Megan hanya tertawa saja, lalu kemudian ia mengacungkan dua jarinya sebagai lambang perdamaian. "Ampun," ujarnya tanpa suara, lalu kemudian ia langsung kabur.

Sedangkan lelaki yang ramah tadi, ia juga ikut tertawa. Namun, sangat berbeda dengan yang satunya, lelaki pemarah itu tetap mempertahankan wajah kesalnya.

"Jangan dengerin omongan teman saya, Mas. Oh ya, Mas nya mau cari apa?"

"Mau cari celana jeans panjang, Mbak. Buat saya," sahut lelaki ramah tersebut.

"Oh, yang warna apa? Dan, ukurannya berapa?" Nara langsung mengarahkan kedua lelaki tersebut ke tempat berbagai model celana yang dipajang dan tergantung rapi di rak gantung.

Di Moretta fashion, semua karyawan wajib melayani dan mengikuti ke mana pun langkah sang pembeli. Jadi, kalau mereka sampai mendapatkan pembeli yang cerewet dan hanya cuma niat ingin lihat-lihat dagangan mereka saja, maka karyawan tersebut sedang apes.

Sebab, mereka sudah lelah karena terus mengikuti langkah para pembeli, lalu kemudian mereka juga sudah lelah menawarkan produk-produk mereka. Namun, sang pembeli ternyata hanya niat jalan-jalan berkeliling untuk melihat isi toko mereka saja. Hal ini tentu sangat menyebalkan bagi para karyawan.

"Yah ... Sudah capek ngikutin dan nyerocos, ternyata cuma liat-liat doank. Kalau begitu tadi kenapa nggak bilang liat-liat dulu ya , Mbak? Tapi, malah gaya-gayaan seperti mau borong semua, pakek minta suruh nglepasin semua baju yang ada di patung display, dasar PHP!!!" gerutu salah satu teman Nara.

Nara yang sedang berada di sampingnya, hanya bisa menepuk pundak temannya itu untuk menghibur. "Yang sabar ya ... tetap harus semangat, pembeli adalah raja," ujar Nara dengan mimik melas. Ia pun juga kerap di posisi seperti temannya itu.

Ike hanya mendengus, lalu pandangannya beralih mengikuti langkah kedua orang laki-laki yang berjalan menuju ke arah Nara.

"Mbak, semuanya saya ambil ya," ujar lelaki ramah tadi seraya menyerahkan tiga potong celana yang baru saja ia coba untuk di nota.

"Oh, baiklah," sahut Nara seraya tersenyum. Lalu kemudian tangannya dengan cekatan melipat semua celana-celana tersebut, dan kemudian membuatkan notanya untuk sebelum menyerahkannya ke bagian kasir.

Ike yang melihat itu langsung berdecak. " Memang lebih enak melayani pembeli cowok, mereka nggak ribet. Kalau nggak ada yang cocok, langsung pergi. Beda sekali dengan Ibu-ibu dan cewek-cewek rempong, nggak niat beli, tapi tetep aja nyusahin," gerutunya, lalu kemudian Ike langsung pergi setelah mengacungkan jempol untuk Nara sebagai ucapan selamat, karena Nara langsung dapet tiga potong sekaligus.

Nara hanya tersenyum, seraya merobek lembaran nota yang baru ia tulis, menyerahkan yang berwarna pink ke pembeli, sedangkan yang berwarna putih ia sisipkan di salah satu celana tersebut.

"Bayarnya di kasir ya, Mas," ujar Nara seraya menunjuk dengan sopan letak kasir toko tersebut.

Nara langsung berjalan menuju kasir, meninggalkan kedua lelaki itu yang masih berbisik-bisik, yang entah apa yang mereka berdua sedang bicarakan.

Di saat Nara baru saja meletakkan celana-celana itu di atas meja kasir, dari arah belakang suara Bunga terdengar.

"Nara, Mbak Retta baru saja pulang. Jadi, sekalian kamu yang disuruh jadi kasirnya," ujar Bunga seraya meletakkan satu potong baju yang ia pegang ke atas meja kasir.

Nara hanya mengangguk, ia memang sudah terbiasa menggantikan bosnya itu untuk menjaga kasir, ketika bos mereka itu sedang pergi.

Setelah melayani seorang Ibu-ibu yang baru saja membayar, sekarang giliran dua laki-laki yang Nara layani tadi.

Setelah jemarinya Nara berkutat di atas keyboard komputer, Nara menyobek struk belanja yang baru saja keluar dari alat printer struk tersebut, dan kemudian menstaples struk tersebut menyatu dengan paper bag yang menjadi pembungkus celana-celana tadi.

"Totalnya empat ratus lima puluh ribu, Mas," ujar Nara seraya menyodorkan paper bag tersebut ke hadapan lelaki tadi.

Lelaki itu mengangguk, lalu menyerahkan lembaran uang yang sesuai dengan apa yang diucapkan Nara. Namun, saat Nara hendak mengambil uang tersebut, lelaki itu malah menahan uangnya.

"Maaf, Mbak. Tapi, bolehkah saya meminta nomor HP, Mbak?" tanya lelaki tersebut dengan suara yang cukup keras, hingga membuat teman-teman Nara bisa mendengar ucapannya.

Nara sontak tercengang, ia tentu terkejut ketika mendengar lelaki tampan ini meminta nomor ponselnya.

Sedangkan di belakang, teman-teman Nara kompak menyorakinya. "Ciee ... Yang baru putus, sudah mulai dapat penggantinya .... gaskeun aja lah. Suit ... suit ...." Bahkan ada yang sampai bersiul untuk menggoda Nara.

Terpopuler

Comments

Fitri An

Fitri An

ceritanya bagus.. ttp semangat thor.. vote untuk mu.. 💪💪

2023-01-15

0

Wacem Farhan

Wacem Farhan

hadiah buat kamu thor

2023-01-14

0

lihat semua
Episodes
1 1. Kesedihan Nara
2 2. Berbaikan
3 3. Hubungan di Antara Kevin dan Diana
4 4. Putus
5 5. Pembeli Berwajah Tampan
6 6. Mencoba
7 7. Rencana Kevin dan Alvin
8 8. Kamu Bukan Takdirku
9 9. Bukan Perpisahan Termanis
10 10. Lembaran Baru
11 11. Bertemu Dengan Gavin
12 12. Godaan
13 13. Demi Bisa Memilikimu
14 14. Meminta Restu
15 15. Drama Kehidupan Rumah Tangga
16 16. Bertemu Dengan Bunga dan Imel
17 17. Jangan-jangan kamu....
18 18. Nara Hamil
19 19. Tetangga Baru
20 20. Pura-pura Bahagia
21 21. Melahirkan
22 22. Selalu Salah
23 23. Bergosip Dengan Arvin
24 24. Gavin Telah Berubah...
25 25. Bertemu Dengan Kevin
26 26 Takdir Dari Tuhan
27 27. Naura Sakit
28 28. Meninggalnya Naura
29 29. Tetangga Oh ... Tetangga
30 30. Tetangga Pengertian
31 31. Wanita Yang Paling Bodoh
32 32. Masihkah ada harapan?
33 33. Digerebek Warga
34 34. Talak
35 35. Video Viral
36 36. Jadi Bahan Gosip
37 37. Diusir!
38 38. Kehidupan Baru
39 39. Hal Yang Mengejutkan Part 1
40 40. Hal Yang Mengejutkan Part 2
41 41. Memang Tidak Berjodoh
42 42. Pelanggan Nyebelin!
43 43. Berita Terbaru Dari Rendi
44 44. Aku Sudah Move On!!!
45 45. Sabar ... Sabar ... Sabar....
46 46. Menjadi Penulis Novel Online
47 47. Purple Hater
48 48. Sebuah Proses
49 49. Kemeja Bolong
50 50. Membuat Editor Mengamuk
51 51. Ternyata Dia ...
52 52. Obrolan Di Grup WA
53 53. Berjalan Bersama
54 54. Pemikiran Yang Salah
55 55. Ratu Penulis Novel Online
56 56. Pesona Janda
57 57. Terima Kasih, Mantan!
58 58. Editor Sultan
59 59. Risau
60 60. Kejutan!
61 61. Kesal
62 62. Malam Pengantin
63 63. Bukan Menantu, Tapi Anak Kesayangan
64 TK,M! (end)
Episodes

Updated 64 Episodes

1
1. Kesedihan Nara
2
2. Berbaikan
3
3. Hubungan di Antara Kevin dan Diana
4
4. Putus
5
5. Pembeli Berwajah Tampan
6
6. Mencoba
7
7. Rencana Kevin dan Alvin
8
8. Kamu Bukan Takdirku
9
9. Bukan Perpisahan Termanis
10
10. Lembaran Baru
11
11. Bertemu Dengan Gavin
12
12. Godaan
13
13. Demi Bisa Memilikimu
14
14. Meminta Restu
15
15. Drama Kehidupan Rumah Tangga
16
16. Bertemu Dengan Bunga dan Imel
17
17. Jangan-jangan kamu....
18
18. Nara Hamil
19
19. Tetangga Baru
20
20. Pura-pura Bahagia
21
21. Melahirkan
22
22. Selalu Salah
23
23. Bergosip Dengan Arvin
24
24. Gavin Telah Berubah...
25
25. Bertemu Dengan Kevin
26
26 Takdir Dari Tuhan
27
27. Naura Sakit
28
28. Meninggalnya Naura
29
29. Tetangga Oh ... Tetangga
30
30. Tetangga Pengertian
31
31. Wanita Yang Paling Bodoh
32
32. Masihkah ada harapan?
33
33. Digerebek Warga
34
34. Talak
35
35. Video Viral
36
36. Jadi Bahan Gosip
37
37. Diusir!
38
38. Kehidupan Baru
39
39. Hal Yang Mengejutkan Part 1
40
40. Hal Yang Mengejutkan Part 2
41
41. Memang Tidak Berjodoh
42
42. Pelanggan Nyebelin!
43
43. Berita Terbaru Dari Rendi
44
44. Aku Sudah Move On!!!
45
45. Sabar ... Sabar ... Sabar....
46
46. Menjadi Penulis Novel Online
47
47. Purple Hater
48
48. Sebuah Proses
49
49. Kemeja Bolong
50
50. Membuat Editor Mengamuk
51
51. Ternyata Dia ...
52
52. Obrolan Di Grup WA
53
53. Berjalan Bersama
54
54. Pemikiran Yang Salah
55
55. Ratu Penulis Novel Online
56
56. Pesona Janda
57
57. Terima Kasih, Mantan!
58
58. Editor Sultan
59
59. Risau
60
60. Kejutan!
61
61. Kesal
62
62. Malam Pengantin
63
63. Bukan Menantu, Tapi Anak Kesayangan
64
TK,M! (end)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!