Belum lama suasana hatinya Nara menjadi tenang, kini hatinya kembali kacau seperti tersapu badai yang lebih dahsyat lagi, lebih tepatnya setelah ia menerima pesan dari nomor baru.
[Meski Mas Kevin sepupuku, tapi aku tidak akan pernah menyerah. Karena aku yakin Mas Kevin memang ditakdirkan untukku.]
Hanya itu yang dibaca Nara, sedangkan di belakangnya masih ada pesan makian dan ancaman yang tidak ia buka, sebab Nara tidak mau merasakan sakit lebih dari ini.
Nara hanya bisa menangis tanpa suara, ia terus menangis hingga Bunga pulang dari toko.
"Hei, kamu kenapa?" tanya Bunga lembut seraya mengusap air mata Nara.
Nara menggelengkan kepalanya, lalu kemudian ia mengatakan, "Mandilah dulu, nanti baru aku akan menceritakannya."
Bunga mengangguk, lalu kemudian ia langsung pergi ke kamar mandi.
Setelah mandi dan melakukan kewajibannya sebagai umat muslim. Bunga langsung duduk di samping Nara, sedangkan Nara langsung mengganti posisinya dengan merebahkan kepalanya di atas pangkuan Bunga.
Nara menceritakan semua yang terjadi hari ini, termasuk memperlihatkan semua pesan yang baru saja dikirimkan Diana kepadanya. Setelah membaca semua pesan tersebut, Bunga sontak mengumpati Diana.
"Sudah ya, kamu yang sabar. Jangan nangis lagi, lebih baik kamu lepaskan saja Kevin. Kamu tenang saja, di dunia ini masih banyak kok laki-laki yang lebih baik dari Kevin," bujuk Bunga seraya mengusap lembut rambut Nara.
Nara tidak merespon, hatinya masih gamang, bisakah ia memutuskan Kevin? Sebab, Nara sudah bahagia bersama Kevin, hanya minus Diana nya saja.
"Aku tahu kamu sangat mencintai Kevin, tapi dia juga tidak pantas untuk dipertahankan,"imbuh Bunga berapi-api.
Nara tidak menjawab, namun ia mendongakkan kepalanya sebagai isyarat bertanya 'mengapa kamu mengatakan itu'.
"Kamu ingat, dulu kamu pernah minta tolong buat nitip pembalut sama Kevin pas waktu dia belanja di supermarket, tapi Kevin menolaknya dengan alasan malu bukan? Tapi, kemarin aku sempat lihat dia beli pembalut di kantong belanjaannya. Awalnya aku kira buatmu, tapi ternyata bukan. Jadi kalau bukan buat Diana-diana ini, lalu buat siapa lagi?"
"Hah, masa sih?"
"Ish! Kamu nggak percaya sama aku? Memangnya kapan aku pernah bohongin kamu?" balas Bunga kesal.
Apa yang dikatakan Bunga memanglah benar, kemarin ia memang tidak sengaja berpapasan dengan Kevin saat belanja di supermarket. Kevin dan Bunga tidak pernah saling berkenalan satu sama lain, jadi Kevin tidak menyadari bahwa ia kemarin tengah berpapasan dengan teman dekatnya Nara.
"Coba deh kamu pikir baik-baik, kalau bukan buat Diana, mana mungkin Emaknya yang nyuruh, pasti Emaknya ngerti lah! Jadi, sudah dapat dipastikan, jika pembalut itu memang buat Diana," imbuh Bunga.
Nara tentu lebih mempercayai perkataan temannya ini , sebab Bunga memang tidak pernah membohonginya, sedangkan Kevin ... Ia lupa sudah berapa banyak kebohongan yang pernah diucapkan Kevin, karena saking seringnya Kevin membohonginya.
"Baiklah, kalau begitu aku putusin Kevin sekarang juga. Aku sendiri sudah capek dengan hubungan seperti ini," sahut Nara yang akhirnya mau mengambil keputusan.
"Nah, gitu donk ... Ini baru bener. Lagi pula kita ini masih muda, jadi tidak akan sulit untuk cari pacar lagi, dan kita tidak perlu mempertahankan apa yang memang pantas dibuang untuk dijadikan mantan."
Setelah mendengar perkataan Bunga, Nara jadi semakin yakin untuk mengakhiri hubungannya dengan Kevin, lalu tanpa berpikir panjang, ia langsung mengirimkan pesan kepada Kevin.
Tidak banyak yang ditulis Nara, ia hanya meminta maaf dan mengkonfirmasi bahwa hubungan mereka telah berakhir sampai di sini saja. Nara tidak menyebutkan alasannya apa, namun ia langsung meng- screen shot semua pesan yang dikirimkan Diana untuknya, lalu kemudian mengirimkannya kepada Kevin.
Di seberang sana, Kevin tentu tidak terima dengan pemutusan hubungan sepihak ini. Ia juga sempat memarahi Diana karena telah melakukan hal yang fatal menurutnya. Namun, keputusan Nara pun tidak bisa diganggu gugat.
Setelah perdebatan panjang lewat sambungan telepon, Nara akhirnya mengungkapkan semua kesalahan Kevin, hingga akhirnya Kevin tidak bisa bersuara lagi, dan akhirnya hari ini hubungan mereka benar-benar berakhir.
Setelah berakhirnya hubungannya bersama Kevin, Nara merasa di satu sisi ia merasa lega, namun di sisi lain, seperti ada yang menggelayuti hatinya, tapi entah itu apa?
Nara yang memang baru pertama kali berpacaran dan akhirnya hubungannya kandas di tengah jalan, ia merasa semua ini tentu tidak bisa dilaluinya dengan mudah, apalagi Kevin adalah cinta pertamanya.
Namun, berkat adanya Bunga yang selalu ada di sisinya, Nara terpaksa terlihat baik-baik saja. Nara berlagak seperti orang yang sudah berulang kali putus cinta, dan ia tampak biasa-biasa saja. Namun, entah bagaimana rasa rindu itu mulai muncul untuk menggodanya, ketika malam sudah tiba.
"Hei, ngelamun aja. Kenapa, galau karena baru putus?" ejek Bunga seraya mendudukkan dirinya di samping Nara. Saat ini Nara sedang duduk termenung di teras mess.
"Enggak, aku hanya lagi perhatiin bintang-bintang," sanggah Nara.
Bunga tertawa, ia tentu tidak bisa dibohongi temannya yang satu ini. "Sudahlah, galau di awal-awal itu memang sudah biasa, apalagi ini pengalaman pertama, dan juga cinta pertama. Jadi, aku bisa memakluminya," balas Bunga.
Tertarik dengan perkataan Bunga, Nara sontak bertanya, "Memangnya dulu kamu juga pernah merasakan perasaan seperti ini?"
"Heh, kamu kira aku apaan? Iya enggaklah, sebab dari dulu aku tidak pernah main hati kalau pacaran dengan cowok mana pun itu, sebab bagiku pacaran memang buat senang-senang saja. Jadi, siapapun yang nembak aku, aku pasti menerimanya, asalkan dia ganteng," jawab bunga seraya tertawa. Bunga memang tidak pernah serius dalam menjalani hubungannya selama ini.
"Eh, kok bisa sih kamu seperti itu?" tanya Nara yang penasaran. Memangnya bisa ya, menjalani hubungan tanpa melibatkan hati? Lalu, bagaimana kalau cowoknya selalu bersikap romantis, memangnya nggak baper? Pikir Nara.
"Aku selalu menjaga hariku sendiri, bukan tanpa alasan. Aku pernah melihat temannya kakakku gantung diri sebab putus cinta. Jadi, semenjak saat itu, aku pun bertekad untuk tidak melibatkan hati selama aku hanya pacaran saja. Tapi, akan berbeda kalau aku sudah memutuskan untuk menikah."
Nara hanya menganggukkan kepalanya. "Tapi, sepertinya aku tidak bisa jika harus berpikiran sepertimu," sahut Nara jujur.
"Ya jelas lah kalau kamu nggak bisa, karena dari awal kamu sudah mengatur hatimu untuk mencintai dengan tulus dan berpikir bahwa pacaran bisa membawa jalan hingga ke jenjang pernikahan. Namun, tidak semua pernikahan itu bisa terjadi karena sebelumnya orang itu sudah memiliki hubungan pacaran. Dan, otakmu juga selama ini didoktrin sama drama-drama cinta yang berakhir bahagia. Jadi, sudah sangat susah jika kamu bisa menjalani hubungan pacaran untuk bersenang-senang saja."
Yang kata lainnya, Nara adalah termasuk orang yang begitu serius dalam menjalani hubungannya. Seolah-olah ia yakin bahwa cintanya bisa membawanya kepada kebahagiaan. Namun, Nara sendiri akhirnya menjadi lupa, karena sejatinya kita tidak pernah tahu apa yang ada di hati pasangan kita. Termasuk apakah pasangan kita adalah orang yang setia?
"Sudahlah, pokoknya pesanku jangan berpikir terlalu berat. Ingat nggak ada gunanya kita nangis, sedih, dan galau karena cowok yang ternyata memang bukanlah jodoh kita. Nanti air matamu dan kesedihanmu jadi sia-sia bukan?"
Setelah mengatakan itu, Bunga langsung pergi masuk ke dalam lagi, meninggalkan Nara yang masih mencerna perkataan Bunga dengan baik-baik.
Bismillah ... semoga aku bisa melupakanmu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments