Sakit...
Siapa yang tidak akan sakit hati dan cemburu, jika melihat kekasihnya sedang berboncengan dengan wanita lain. Meskipun Kevin pernah mengatakan jika Diana hanyalah sepupunya, namun kedekatan mereka terlihat tidak wajar. Mungkinkah karena mereka tinggal di satu atap yang sama? Hingga hubungan mereka terlihat lebih dari sekedar sepupu, bahkan seperti tampak melampaui batas dari hubungan adik dan kakak.
"Dia sepupunya Kevin," sahut Nara acuh tak acuh. Nara sedang mencoba menutupi perasaan sakitnya dengan wajah datarnya.
"Benarkah? Tapi, kenapa mereka boncengan seperti sepasang kekasih?" gumam Bunga bingung.
Melihat cara Diana yang memeluk pinggang Kevin dengan erat dan juga salah satu tangan Kevin yang bebas dari setir motornya, ia gunakan untuk memegang tangan Diana. Hubungan mereka tampak terlihat seperti bukan sepupu pada umumnya.
"Tidak tahu. Sudahlah, jangan bahas mereka lagi! Bikin selera makanku jadi hilang," gerutu Nara seraya melanjutkan langkahnya.
"Eh, iya. Sorry ya ...." ujar Bunga yang merasa tidak enak.
Lalu kemudian mereka langsung masuk ke warung soto ayam terfavorit di kawasan Pasar Wage.
Wangi khas kuah berwarna kekuningan itu, setidaknya bisa sedikit memperbaiki perasaan sedih Nara. Daripada kesal memikirkan pacarnya, lebih baik Nara menikmati soto itu dengan menambahkan dua sendok sambal ke dalam makanan tersebut.
Ini adalah tindakan yang tepat untuk melampiaskan emosinya, dan setidaknya rasa pedas itu juga bisa menetralisir perasaan sedihnya.
"Kamu kalau ingin sakit perut, kira-kira dong ... Itu yang digunakan sambal sama Masnya cabai rawit, dia lebih mahal dari cabai biasa. Kamu ingin buat warung Masnya bangkrut?" gerutu Bunga. Bunga sedikit menaruh hati kepada Mas penjual soto itu, jadi dia sedikit cari perhatian lewat sambal tersebut.
Nara berdecak, ia mengabaikan perkataan temannya itu. Apalagi di saat Bunga tersenyum manis ke arah penjual soto tersebut, Nara memutar bola matanya malas.
"Bisa-bisanya caper sama Mas-mas penjual soto, lalu pacarmu mau kamu kemanain?" gumam Nara pelan yang nyaris berbisik.
"Ini namanya buat jaga-jaga, jadi kalau kita putus dari pacar, setidaknya kita sudah punya ban serep," sahut Bunga pelan seraya tertawa.
Sedangkan Nara hanya menggelengkan kepalanya saja, ia sudah tidak terkejut lagi dengan cara berpikir temannya yang periang itu.
Malam harinya, Nara yang masih marah, ia sudah tidak peduli lagi dengan Kevin yang masih marah padanya. Nara lebih memilih menonton drama kesukaannya lewat ponselnya, daripada memikirkan pacarnya yang tidak peka itu.
Namun, panggilan masuk di ponselnya telah membuyarkan kegiatan mengasyikkan tersebut. Melihat tulisan 'Sayangku' yang tertera di layar ponselnya, Nara mengembuskan napas sebelum akhirnya mengangkat telepon dari Kevin.
"Halo, kenapa tidak chat aku lagi? Kamu marah dengan perkataanku tadi? Tapi, kamu memang kekanakan, Nara," ujar Kevin kesal.
Biasanya Nara akan terus mengirimkan pesan untuk membujuk Kevin, hingga Kevin mau memaafkannya. Namun, kali ini Nara seperti mengabaikan kemarahannya, tentu saja hal itu membuat Kevin bingung dan merasa ada yang kurang, jadilah ia menghubungi Nara untuk meminta kejelasan, apakah pacarnya ini memang tersinggung dan marah?
"Tidak, aku tidak marah. Hari ini toko ramai dan aku kecapekan, jadi butuh istirahat saja," sahut Nara acuh tak acuh.
"Bohong! Kamu pasti cuma cari alasan saja kan? Nara, aku tahu kamu tidak bisa hidup tanpa aku. Jadi jangan pura-pura menghindari ku."
Mendengar kenarsisan Kevin, sontak Nara memicingkan matanya. Namun, sayangnya perkataan Kevin benar, Nara memang budak cintanya Kevin.
"Mas, aku tidak bohong, aku beneran capek. Aku ingin tidur sekarang," balas Nara sedikit ketus. Nara memang sepenuhnya tidak berbohong, ia memang kelelahan. Tapi, ia ingin mencari hiburan lewat nonton drama untuk mengurangi rasa lelah dan stresnya, jadi dia tidak ingin diganggu oleh siapa pun, termasuk Kevin.
Terdengar Kevin mendesah, lalu kemudian ia mengatakan, "Baiklah, sekarang kamu tidur dulu. Besok ambillah cuti, kita pergi jalan-jalan, bagaimana?" tanya Kevin yang sekarang sudah melembutkan suaranya.
Nara sejenak terdiam. Sepertinya Kevin sudah tahu jika Nara tadi melihat Kevin membonceng Diana, sebab tidak mungkin Kevin akan mengajaknya jalan-jalan kecuali hanya untuk membujuk Nara agar tidak marah padanya.
Berpikir ia memang sedang butuh liburan, Nara menjawab, "Baiklah, setelah ini aku akan meminta izin kepada Mbak Retta. Besok kita akan pergi jalan-jalan." Setelah mengucapkan kalimat perpisahan, Nara memutuskan sambungan telepon tersebut. Lalu kemudian, ia kembali menonton drama yang dilihatnya.
Keesokan harinya.
Tepat pukul tujuh pagi, Kevin sudah berada di depan gerbang mess karyawan wanita Moretta Fashion. Lalu tidak lama kemudian, Nara tampak keluar dari gedung tersebut dengan menggunakan blouse berwarna putih serta celana jeans panjang berwarna biru dongker. Rambut hitamnya ia biarkan terurai dengan jepit kecil yang tersemat sebagai pemanisnya.
Di mata Kevin, Nara memang gadis yang paling manis yang pernah ditemuinya. Namun, sayangnya dia sedikit kekanakan.
"Sudah siap?" tanya Kevin lembut.
Nara mengangguk seraya tersenyum tipis. Lalu dahinya mengernyit bingung ketika Kevin menyodorkan ponsel ke arahnya.
"Tolong, titip HP ku. Agar kencan kita tidak terganggu," ujar Kevin tersenyum seraya mengedipkan sebelah matanya.
Sedangkan Nara hanya tersenyum menerimanya, dan kemudian Nara langsung memasukkan ponsel Kevin ke dalam sling bag nya.
Inilah yang membuat Nara mudah luluh dengan sikap manis Kevin. Kevin memang selalu mempunyai cara tersendiri untuk memperbaiki hubungan mereka. Dia dalam sekejap bisa berubah menjadi lelaki gentle, yang terlihat seperti sangat mencintai dan memprioritaskan Nara. Namun, ia juga bisa berubah menjadi orang yang paling menyebalkan di dunia ini.
"Nanti kalau saudaramu kirim chat gimana?" tanya Nara yang sengaja bermaksud menyinggung soal Diana.
"Biarkan saja, jika memang ada yang penting mereka akan nelvon," sahut Kevin acuh tak acuh. Ia memang tidak ingin membahas soal Diana sekarang, sebab ia tidak mau merusak suasana kencan mereka hari ini.
Setelah menempuh perjalanan selama setengah jam, mereka berdua akhirnya sampai di salah satu pantai yang masih jarang dijamah orang. Sebab lokasinya yang harus melewati pinggiran tebing yang curam membuat para pengunjung ngeri jika datang ke pantai ini.
Hanya para muda mudi saja yang suka memacu adrenalin yang bersedia datang ke tempat ini. Namun, mereka akan mendapatkan pemandangan yang sangat menakjubkan sebagai bayaran yang pantas atas usaha mereka, apalagi tidak ada tiket masuk, jadi tidak ada ruginya jika mereka datang ke pantai ini.
"Bagaimana, indah bukan?" tanya Kevin yang menoleh ke arah Nara. Kini mereka berdua sedang berjalan di pesisir pantai.
Nara mengembangkan senyumnya seraya mengangguk. "Iya, aku suka tempatnya. Oh iya, apakah ini pantai yang Mas bilang waktu itu?"
"Iya, ini tempatnya." Lalu kemudian Kevin menghentikan langkahnya seraya mencekal tangan Nara.
Nara yang berjalan sedikit di depan Kevin, sontak ikut menghentikan langkahnya juga. Jantung Nara berdetak kencang saat matanya bertemu dengan sorot mata Kevin yang menyiratkan kerinduan.
"Nara, aku kangen kamu," ujar Kevin pelan seraya menatap wajah Nara dengan intens.
Nara segera menundukkan kepalanya, ia selalu malu jika ditatap seperti itu oleh Kevin. Lalu tanpa Nara duga, Kevin malah semakin mendekatkan wajahnya. Nara membelalakkan matanya saat bibir Kevin menempel dengan indah di bibir mungilnya. Ini adalah ciuman pertama mereka, yang begitu memabukkan bagi Nara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments