setahun belakangan ini sikap Irwan memang berubah, dia selalu menghabiskan waktu dengan teman teman nya, jarang berkumpul dengan keluarga seperti dulu.
Rasti mencoba untuk sabar dan memahami hal itu meski sesungguhnya ia sedih karena Irwan tak seperti dulu lagi, bahkan Irwan selalu memperselisihkan tentang uang.
"kamu habiskan untuk apa sih, habis terus?!"
tanya Irwan saat Rasti memberikan laporan bahwa uang yang di berikan Irwan sudah habis.
"kita banyak kebutuhan yah, mama pakai untuk keperluan kita sama anak anak kok!"
jawab Rasti lagi lagi harus menelan kekecewaan atas sikap Irwan yang tidak seperti dulu.
justru dulu Irwan begitu rajin bertanya apakah istri nya masih memegang uang atau tidak, tapi semua berubah saat keadaan justru semakin membaik.
"kamu habiskan untuk beli skin care?"
pertanyaan macam apa? untuk membeli lipstik saja Rasti harus berpikir ulang karena lebih memikirkan kebutuhan kedua anak nya, namun semua itu tak pernah di hargai.
"sebenarnya hal itu wajar yah, tapi aku lebih memilih memikirkan kebutuhan anak anak..."
jawab Rasti melengos pergi, lebih baik menghindar dari pada ujung ujungnya Hanya bertengkar karena Rasti tahu seperti apa jawaban suami nya.
"kamu tuh harus bisa mengatur keuangan dong, uang kok habis terus sih!"
seperti itu jawaban nya, jika seperti itu Rasti Lebih memilih untuk menggunakan uang nya sendiri ketimbang mendengar kan sesuatu yang semakin menyakitkan untuk di dengar.
ia memang tidak memiliki penghasilan yang besar dari hasil menulis nya, namun ia selalu bersyukur atas apa yang Tuhan berikan untuk nya, seperti dirinya yang selalu mensyukuri keberadaan suaminya di samping nya, namun Rasti tidak tahu apakah Irwan berlaku sama atau biasa saja.
hingga sampai pada suatu keadaan, dimana Irwan lebih asik dengan ponselnya, dan awal awal dari permasalahan itu adalah Irwan yang tidak mengizinkan Rasti memainkan ponselnya, irwan Juga memberikan kode hingga Rasti tak bisa membuka ponselnya.
"kok tumben sih di kunci?"
tanya Rasti memindai Irwan yang sudah rapih dan wangi.
"kamu mau kemana yah?"
tanya Rasti lagi, Irwan tak menjawab ia malah pergi begitu saja setelah mengambil ponselnya.
Rasti hanya bisa menghela nafas panjang menatap Irwan yang pergi menggunakan mobil.
dulu mereka hanya tinggal di rumah yang kecil seperti kontrakan, motor butut yang selalu Setia menemani mereka pergi jalan jalan.
waktu berlalu, karier Irwan semakin bagus saat ia di angkat menjadi karyawan tetap di kantor nya, motor butut pun berganti menjadi motor besar yang gagah, seiring berjalannya waktu mereka juga mampu membeli rumah setelah kehadiran si cantik kaila yang menggemaskan, dua tahun berikutnya tuhan memberikan Rizki memampukan Irwan membeli rumah yang besar yang kini mereka tempati, namun saat kehidupan membaik justru Irwan yang berpindah haluan.
"aku mau menikah lagi ras? uang ku banyak...aku rasa aku mampu memiliki istri lagi!"
seperti petir yang menyambar di tengah terik matahari membuat air mata langsung membasahi pipi.
"apa kurangnya aku?"
tanya Rasti menatap wajah suami nya.
Selama ini Rasti sudah berusaha menjadi istri yang baik dan penurut, tak pernah banyak menuntut. tak pernah banyak berkomentar karena Rasti tahu kalau Irwan selalu merasa dirinya yang paling benar, selama ini ia selalu mengalah dan lebih memilih diam.
merawat keluarga dengan sepenuh hati, keperluan keluarga adalah yang utama bagi Rasti, tak pernah sedikitpun ia memikirkan dirinya. hanya anak dan suami yang selalu ia dahulukan.
tak pernah perhitungan saat uang nya habis terpakai meski hal itu tak pernah Irwan hargai, bukan tas mahal, baju mahal atau mas berlian yang Rasti harapkan, ia hanya ingin di hargai.
tapi Irwan tak pernah menghargai jerih payahnya selama ini.
"regina itu pandai merawat diri...!"
tentu saja, regina tak memiliki tanggung jawab mengurus anak dan suami juga rumah tangga.
Rasti juga dulu merawat diri, tapi saat ini pekerjaan rumah saja tak terpegang semua apa lagi harus mengurusi diri, selama ini ia mengabdikan hidupnya untuk keluarga namun apa yang ia dapatkan hanya lah pengkhianatan.
Rasti tidak pernah sedikitpun berpikir kalau Irwan bisa melakukan ini karena selama beberapa tahun ini Irwan selalu setia pada nya, namun kini semua itu sudah berlalu saat ini hanya ada luka dan air mata.
"aku bukan tidak merawat diri, ayah kan tahu bagaimana sibuk nya aku mengurus rumah kita agar selalu rapih dan bersih, bagaimana repot nya aku mengurus anak anak, dan kalau ada waktu luang pun aku gunakan untuk menulis....!"
ujar Rasti menitikkan air matanya, hatinya benar-benar sakit karena Irwan menganggap enteng dirinya yang hanya sebagai ibu rumah tangga.
"ya seharusnya kamu itu pintar pintar bagi waktu kan, aku juga butuh pemandangan yang sejuk...!"
jawab Irwan begitu menohok membuat sesak.
"ya udah sekarang kamu tanda tangan aja, kalau kamu bersedia di poligami!"
Rasti menggeleng kan kepalanya, tak sanggup membubuhkan tanda tangan nya di atas materai tersebut.
"aku enggak sanggup di madu, kita bercerai saja yah!"
Rasti menunduk menyeka air matanya, ya tuhan kenapa ia Setega itu pada ku!?
"Rasti apa kamu tahu pahala nya istri yang mau di poligami? surga?"
"aku tahu, tapi aku tidak sekuat mereka. aku tidak bisa membagi suami ku dengan orang lain, kamu tahu kan kenapa dulu aku lebih memilih mu ketimbang dia, itu karena aku berpikir kamu setia... tapi ternyata aku salah menilai.!"
Rasti menatap wajah pria yang dulu begitu ia Syukuri keberadaan nya namun tidak lagi
"aku lebih memilih berpisah dengan mu...aku bukan istri yang seperti kamu harapkan, yang ikhlas berbagi...aku perempuan yang minim ilmu agama, aku perempuan yang hanya menginginkan kamu untuk ku saja!"
entah seperti apa keadaan hati nya, Irwan begitu tega menyakiti nya.
"ya sudah kalau seperti itu, kita bercerai...aku menceraikan kamu"
jatuh talak, kini keduanya berpisah.
tak ingin mengingatkan tentang bagaimana dulu kita karena percuma menasehati seseorang yang tengah jatuh cinta.
selain itu Irwan juga membawa regina ke rumah, padahal saat itu mereka baru saja berpisah dan berpapasan dengan si sulung yang pulang dari pondok.
"siapa mah perempuan itu?"
tanya Wildan memperhatikan sang ayah membawa nya pergi menggunakan mobil.
"maafkan mama ya Wil karena mama gagal menjaga kebahagiaan kita, kelak kamu akan mengerti mengapa ini semua bisa terjadi!"
jawab Rasti.
setelah talak itu terucap, Rasti berpikir untuk pergi jauh dari kehidupan Irwan, Rasti ingin tahu bagaimana perilaku regina pada anak nya, meski terkesan tega namun ia tidak memiliki pilihan karena ia juga harus bertahan di tengah kemelut hidup yang membuat nya lara.
bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Lia Kiftia Usman
mampir... setelah baca karyamu 'chef i love u'
2025-01-24
1
siluet
terimakasih sudah mampir 😍😍😀
2022-11-17
0
Sri Sulis
ngadem dulu ....biar otak bisa berfikir dg jernih ya Rasti ... aku dukung keputusanmu ....
2022-11-17
1