Hasrat Tuan Majikan | 4

Selama mengikuti kelas, pikiran Green tak tenang. Bagaimana bisa tenang jika saat ini dia menjadi seorang pengangguran yang akan menghidupi pengangguran juga seperti Biru.

Green menarik berat nafasnya yang terasa sesak di dada. Ditambah lagi Green juga harus membayar utang Biru dengan rentenir. Lengkap sudah penderitaan hidup yang Green hadapi saat ini.

Green berjalan gontai, bahkan halte bus pun ia lewati juga. Tak ada arah dan tujuan, saat ini yang ada di dalam pikiran Green adalah bisa mendapat pekerjaan agar tetap bertahan hidup.

"Punya abang satu gak berguna!" umpat Green.

Perasaan terasa sangat dongkol jika mengingat Biru yang hanya makan tidur di rumah. Harusnya kakak lelakinya itu yang bekerja, harusnya dia yang menjadi tulang punggung keluarga.

"Ihh ... nyebelin."

Kaki Green menendang kaleng kosong ke sembarang arah. Tanpa diduga ternyata kaleng itu melesat tepat di sebuah kaca mobil yang tengah berjalan.

"Astaga … mampus gue!" pekik Green saat menyadari kaleng itu mendarat di mana.

Sang pengendara mobil menginjak rem secara mendadak membuat seorang yang tengah duduk di kursi penumpang hampir terjungkal ke depan.

"Bisa bawa mobil tidak!" geram Anyer pada sopirnya.

"Maaf, Tuan, ada sesuatu yang mengenai mobil kita," ujar sang sopir.

Sopir yang bernama pak Hari segera turun untuk memeriksa benda apa yang sudah mengenai kaca mobilnya. Pak Hari pun mengambil kaleng yang berada di depannya.

"Kerjaan siapa ini?" Pak Hari mengedarkan pandangan mencari sosok pelaku. Tak butuh waktu lama, Green telah berdiri di belakang pak Hari.

"Astagfirullahaladzim …," pekik pak Hari kaget. Green yang tiba tiba berada di belakang pak Hari membuat lelaki tengah baya itu terkejut hebat.

"Maaf Pak, saya tidak sengaja." Green mengiba kepada pak Hari.

"Oh … jadi ini perbuatanmu ya? Hem … lain kali jangan ulangi! Berbahaya bagi pengendara lainnya," nasehat pak Hari kepada Green.

"Iya saya tahu, Pak. Saya lagi galau, pengen nyari kerjaan," keluh Green.

Pak Hari memperhatikan Green dari ujung kaki hingga ujung kepalanya. Gadis itu terlihat menarik apalagi Green yang terlihat masih segar. Lebih tepatnya pak Hari tertarik untuk merekrut Green untuk menjadi salah satu pelayan di tempat majikannya.

"Kamu bisa masak?" tanya pak Hari.

Green menggeleng.

"Bisa mengerjakan pekerjaan rumah?" tanya pak Hari lagi.

"Kalau itu ya jelas bisalah. Udah makanan saya tiap hari itu, Pak."

Kali ini pak Hari yang mengangguk pelan.

Semoga saja dia bisa menggantikan Susi Similikiti yang kabur.

"Kamu mau kerja dengan saya?"

Green melotot tak percaya. Apakah ini adalah salah satu jalan yang Tuhan berikan kepada dirinya melalui kecerobohannya. Namun, sebelum Green menjawab suara teriakan yang memanggil pak Hari melengking di telinga.

"Ini nomer telepon saya. Kalau setuju hubungi saya. Tuan saya sudah memanggil."

Setelah menyerahkan kartu nama, pak Hari segera masuk ke mobil. Mata Anyer sudah memerah. "Lama sekali. Ada yang lecet?"

"Tidak, Tuan."

"Cepat jalan!" titah Anyer.

Anyer sama sekali tak memperhatikan siapa yang sedang berdiri di pinggir jalan karena hanya sedari tadi hanya fokus dengan ponselnya. Beruntung saja Anyer tidak melihat bahwa Green adalah pelaku yang telah membuat perjalanannya terhenti.

***

Green pulang ke rumah dengan perasaan lelah dan kesal. Dia sudah lelah berjalan kaki dari halte bus. Sampai di rumah malah mendapati Biru yang asyik di depan televisi dengan berbagai cemilan yang beraneka ragam. Green kesal setengah mati.

Darah yang mendidih segera naik. Dengan kasar Green merebut paksa remot yang berada di tangan Biru.

"Keterlaluan Lo ya! Masih bisa tenang di depan tivi dengan jajanan banyak kayak gini? Sedangkan otak gue mau pecah mikirin utang Lo," sentak Green.

"Dari mana dapat uang buat beli jajan?" tanya Green dengan mode singa.

Biru hanya membuang kasar napasnya melihat Green yang sudah bertolak pinggang seperti hendak memakan dirinya.

"Lo kenapa sih, dateng-dateng sewot," gerutu Biru.

Darah panas semakin mendidih, Green semakin terpancing untuk meluapkan amarah yang sudah menggebu di dalam hatinya. Memiliki seorang kakak yang tidak berguna sama sekali.

"Dasar Lo ya! Lo itu kakak gue, abang gue. Harusnya Lo yang jamin hidup gue! Bukan gue yang jamin hidup Lo. Kalau Lo terus terusan kayak gini bayar sendiri utang utang Lo. Gak sudi gue bayarin! Biarin aja gue jadi gelandangan paling cantik di jalanan." Napas Green masih naik turun seirama dengan gemuruh di dalam dadanya.

"Berisik elu!" Hanya dua kata yang terucap dari bibir Biru sebelum akhirnya Biru meninggalkan Green yang masih mengomel tak jelas membuat sakit telinganya.

Green merasa terabaikan oleh Biru hingga pada akhirnya dia sendiri merasakan dongkol tingkat dewa.

Hidup tanpa orang tua dan menjadi tulang punggung keluarga membuat Green menjadi wanita yang kuat dan tegar. Bahkan saat seperti ini tak ada gunanya bagi Green untuk menangis meratapi kehidupannya yang terlihat sangat menyedihkan.

Mungkin Tuhan punya cara lain untuk membuat hambanya merasa bahagia sebab pasti akan ada jalan keluar untuk masalah yang sedang dihadapinya.

Seketika Green mengingat kejadian siang tadi. Akibat kecerobohannya ia bertemu dengan orang baik yang tak tahu siapa dia. Mungkin saja itu malaikat yang Tuhan kirimkan untuk menolong dirinya.

Tapi … bisa jadi itu adalah sebagian dari komplotan penculik gadis-gadis cantik untuk dijual ke luar negri. Green bergidik ngeri.

"Tuhan, aku ini anak yatim piatu yang harus menghidupi manusia seperti bang Biru, abang gila yang tidak mau bekerja. Tuhan, kiranya Kau berikan jalan keluar untuk masalah ini, aku janji akan rajin belajar agar bisa lulus dengan baik lalu aku akan melamar di sebuah perusahaan besar tentu gaji yang besar juga. Tuhan, kirimkan aku malaikat penolong, tapi jangan Kau kirimkan malaikat Izroil, aku belum siap."

Setelah berdoa memohon kepada Tuhan, Green mencoba untuk menutup matanya agar terpejam. Ia berharap dapat menyambut hari esok yang ia yakini akan menjadi hari yang lebih baik.

Sementara itu, di salah satu kamar hotel lelaki yang tengah mengungkung seorang wanita di bawahnya dengan gairah yang sudah menggebu tiba-tiba saja menghentikan aksinya saat melihat wanita yang sudah tak sabar untuk dijamah.

"Pergi kau!"

Tanpa ada angin dan hujan Anyer mengusir wanita yang telah ia bayar untuk memuaskan hasratnya.

Sang wanita terkejut dengan sikap Anyer yang tiba-tiba mengusirnya sebelum mencicipi hidangan pembuka.

"Kau sudah tidak tersegel lagi. Untuk apa aku memakaimu? Sekarang juga pergi dari hadapanku!" teriak Anyer.

Sang wanita yang melihat aura gelap dari wajah Anyer memilih memungut lagi pakain yang telah ia tanggalkan. Bukankah Anyer sudah tahu jika semua wanita malam itu sudah tidak tersegel lagi, lalu untuk apa dia mempermasalahkan kesegelan?

"Dasar penguasa gila! Cari saja wanita malam yang masih perawan, jika ada!"

.

.

.

...BERSAMBUNG...

Terpopuler

Comments

Nur Syah

Nur Syah

🤣🤣🤣🤣

2023-01-01

0

ian machmud

ian machmud

kayaknya sumpah serapah green mulai berefek pada anyer 🤭😀

2022-12-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!