Hasrat Tuan Majikan

Hasrat Tuan Majikan

Hasrat Tuan Majikan | 1

Rintik-rintik sisa hujan yang mengguyur ibu kota membuat sebagian jalanan menyisakan genangan air di pinggiran jalan. Kendaraan hilir mudik untuk mengejar waktu dan tujuan, begitu juga dengan seorang wanita yang baru saja pulang kuliah dengan mengendarai sepeda motornya.

Panggil saja dia Green. Pemilik nama lengkap Greentie Azkadiana, mahasiswa semester akhir yang sedang dirundung pilu karena skripsi yang tak kunjung lolos. Proposalnya selalu ditolak oleh sang dosen pembimbing.

Mungkin sore ini adalah hari tersial bagi seorang Green. Setelah diterjang hujan di tengah perjalanan kini dirinya harus menerima sesuatu yang tidak diinginkan. Tubuhnya harus rela terkena cipratan air dari sebuah mobil yang melaju kencang di sampingnya.

"Woi! Kurang ajar lo ya!" teriak Green.

Tak ingin tinggal diam, Green segera menancap gas motor untuk bis ia menyalip mobil yang baru saja menyipratkan air ke tubuhnya. Jangan ditanya lagi bagaimana seorang Green saat mengendarai motor di jalanan. Melaju kencang itu sudah biasa karena Green adalah salah satu anggota anak motor yang hobi ikut balapan liar.

Green berhasil menyetop mobil tersebut dengan cara menghadang mobil tepat di depannya membuat sang pemilik mobil menginjak rem secara mendadak.

"Bisa nyetir bagus gak sih?" gerutu laki laki yang duduk di kursi penumpang.

Wajahnya tegas, auranya sedikit redup tertutup rasa angkuh nan sombong.

Dia adalah Adipati Anyer Subardjo, seorang pengusaha yang menguasai hampir seluruh pasaran bisnis nasional.

Dia terkenal angkuh dan sangat disegani oleh pengusaha lain.

"Maaf, Tuan. Di depan ada yang menghadang. Sepertinya itu begal," ujar Rafa, asisten Anyer.

Anyer melepaskan kacamata hitam lalu mempertajam pandangannya ke depan sana. Siapa yang sedang cari mati mengganggu singa tidur?

Green segera melepaskan helm lalu menghampiri mobil Rafa. Dia menggedor kaca mobil sambil berteriak, "Woi buka! Tanggung jawab gak lo!"

Rafa sudah mempersiapkan sebuah pistol yang akan segera melatuk kepala Green jika berani berbuat macam-macam. Dia pun menurunkan kaca mobil dan mendengar segala makian dari mulut Green yang ternyata sedang kesal karena tubuhnya tanpa sengaja terkena percikan air dari ban mobilnya.

"Anda ingin ganti rugi berapa, Nona?" ketus Rafa.

"Sombong sekali elu! Gue gak butuh duit elu! Gue cuma butuh permintaan maaf dari elu karena udah bikin gue basah kuyup kayak gini!" teriak Green.

"Minggir jika tidak ingin ganti rugi! Atau Anda akan menyesal, Nona!" ancam Rafa.

"Gue gak takut!" tantang Green.

Rafa menarik nafas kasar. Tangannya perlahan merogoh sebuah pistol yang telah ia siapkan. Namun, Anyer melarang Rafa. "Jangan gegabah, Rafa! Dia hanya anak bau kencur. Turuti saja apa yang dia mau. Lagian apa susahnya meminta maaf," gerutu Anyer.

Rafa mengernyit heran. Padahal yang mengajarkan agar tidak tunduk kepada orang lain adalah Anyer sendiri. Entah dapat angin dari mana sehingga Anyer bermurah hati untuk meloloskan mangsanya.

"Anda beruntung, Nona!" batin Rafa.

"Oke! Saya minta maaf dan segera singkirkan motor Anda atau saya akan menghancurkannya!" ancam Rafa.

"Orang kaya emang ya, sombongnya selangit. Awas aja elu, urusan kita belum selesai!"

Green segera ngacir saat melihat dua orang polisi mendekat ke arahnya. Tak ingin tertangkap lagi, Green segera menancap gas meninggalkan mobil Rafa.

Di salah satu kamar hotel, dua orang saling berpacu untuk menuntaskan sebuah hasrat yang tak terbendung lagi. Keringat mengucur deras seiring dengan gerakan yang kian progresif membuat seorang wanita yang berada di bawah kungkungan lelaki itu mendesah hebat.

Begitu juga lelaki yang memompa tubuh wanita tersebut melenguh kuat saat sebuah kenikmatan mencapai pada puncaknya.

Anyer segera merapikan lagi pakaian yang telah tercecer tadi. Sementara wanita tersebut masih menikmati sisa kenikmatan duniawi yang baru saja didapatkan dari pelanggannya.

"Tuan, apakah Anda ingin segera pergi? Tidak ingin untuk menambah lagi? Saya kasih bonus untuk Anda," rayu wanita yang baru saja memberikan kenikmatan pada Anyer.

"Tidak. Aku harus segera pergi."

Anyer melemparkan uang dengan jumlah yang banyak membuat wanita tersebut sangat kegirangan. Itulah yang ia sukai saat melayani sosok Anyer. Selain kenikmatan duniawi, ia juga akan mendapatkan banyak bonus dari Anyer saat Anyer merasa sangat puas oleh pelayanannya.

Anyer meninggalkan kamar tersebut. Namun, ternyata langkahnya tertahan saat melihat seseorang yang ia kenali sebelumnya.

"Cewek itu," gumam Anyer.

Ya, dia adalah Green seorang room service di hotel tersebut. Ternyata wanita yang mempunyai nyali besar itu hanya seorang room service? Anyer tersenyum sinis saat berpapasan dengan Green.

Green sekilas melirik Anyer. Sudah sering ia melihat Anyer keluar masuk dengan wanita yang berbeda. Green yakin Anyer adalah lelaki hidung belang yang sedang jajan di luar dengan para wanita panggilan. Ah, kasihan sekali istrinya, batin Green.

Green melalui harinya dengan penuh semangat meski itu sangat melelahkan. Dia tinggal bersama seorang kakak laki-laki yang sangat pemalas. Harusnya sang kakak-lah yang menanggung hidupnya, tetapi malah sebaliknya. Malah Green yang harus menghidupi sang kakak setelah kepergian orang tuanya dua tahun yang lalu.

Kuliah sambil bekerja bukanlah sebuah pilihan Green. Namun, untuk tetap bisa membiayai kuliah dan hidupnya, Green rela bekerja paruh waktu. Untung saja pihak hotel tidak keberatan dengan pekerjaan Green.

"Melelahkan sekali." Green menatap jarum jam yang menggantung.

Ternyata hari telah menunjukkan pukul tiga pagi dan pengunjung silih berganti datang dan pergi. Meski matanya sudah sangat mengantuk berat, tapi Green masih tetap bersemangat.

"Green, lu gak kuliah besok?" tanya Jingga.

Sambil menguap, Green berkata, "Kuliah dong. Skripsi gak diterima terus masa iya mau bolos aja," jawab Green.

"Ya sudah, pulang aja sana! Biar nanti aku yang bilang sama pak Willi kalau kamu pulang duluan," saran Jingga, teman yang sangat peduli dengan keadaan Green.

"Ah, gue gak enak. Masa gue dapet kortingan mulu? Ntar yang lain nuntut gimana?" protes Green.

"Mana ada yang berani nuntut, secara pak Willi itu naksir berat sama lu, napa gak lu pepetin aja sih, Green? Kan lumayan bisa bantu uang jajan lu?"

Mata Green membulat. Meskipun hidupnya dalam keadaan susah dan sering ikut balapan liar, tapi Green tetap harus menjaga martabat dan harga diri sebagai seorang perempuan.

Menjaga kesucian di zaman sekarang itu tidak mudah. Banyak godaan yang berujung rusaknya moral seseorang. Tidur satu ranjang tanpa ikatan yang sah sudah tidak asing lagi bagi era modern saat ini.

Namun tidak dengan Green yang masih bisa menjaga kesuciannya.

"Lu pikir gue cewek apaan? Gini-gini gue punya harga diri yang tinggi ya!" protes Green.

Jingga lupa jika teman yang satu ini tidak tergiur dengan cara yang salah. Zaman sekarang sangat langka mendapatkan sosok seperti Green, apalagi bekerja di hotel yang pasti akan meneapatkan pandangan buruk dari sebagian masyarakat.

.

.

.

...BERSAMBUNG...

Halo-halo, ini adalah kisah Anyer yang bangsut ya. Kalau kalian pernah baca novel aku yang judulnya Bukan Pernikahan Impian, kalian pasti tahu siapa Anyer. 😊

Selamat Membaca, semoga terhibur. Terima kasih sudah singgah ke novel teh ijo 🥰

Terpopuler

Comments

Roroazzahra

Roroazzahra

Marathi nih😃😃

2022-12-24

0

ian machmud

ian machmud

mampir thor lagi marathon

2022-12-06

0

Mommy Uni

Mommy Uni

hadir teh 🥰

2022-11-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!