Suara gemercik air pantai terdengar begitu jelas namun tak membangunkan Laura yang masih terlelap dalam tidurnya, hari sudah hampir sore bahkan sang mentari sebentar lagi akan terbenam dan akan tergantikan dengan malam penuh bintang, hawa angin dingin mulai menusuk hingga ke tulang
Suara air terus terhempas seakan tak pernah berhenti, namun hal itu disadari oleh Laura yang mulai tersadar dari tidur lelapnya, jari jemarinya mulai bergerak perlahan merasakan pasir kasar menyentuh kulitnya, dengan sangat perlahan Laura membuka sedikit matanya saat terpaan silau mentari sore membangunkan tubuhnya yang masih lelah
"Kenapa aku sudah ada disini." Perlahan ia berdiri dengan tertatih sambil memegangi kepalanya masih pusing, ia bersusah payah untuk bangun saat merasakan sesuatu yang basah menyentuh pipinya
Perlahan memori tentang kejadian mengerikan itu kembali tergiang di kepalanya, dimana dia dan teman temannya diterpa oleh badai besar menerjang laut
"Hah! Astaga Cindy, Anna! Kalian dimana." Begitu sadar apa yang terjadi Laura langsung menjerit histeris saat mengingat momen mengerikan yang terjadi saat itu
Laura berusaha memegangi kepalanya dan menenggak air liurnya sendiri, entah mengapa mulutnya terasa sangat lengket dan berlendir "Cairan apa ini? Kenapa tidak enak." Laura meludah membersihkan cairan kental itu dari mulutnya
Laura menarik nafasnya "Aku harus mencari Cindy dan Anna, mungkin mereka juga selamat seperti aku, iya aku harus cari mereka." Laura memeluk tubuhnya sendiri kemudian perlahan kembali berjalan ke arah air
"Laura."
Laura mendongak mengangkat wajahnya ke depan dan mendapati ibu dan adiknya bersama sekumpulan orang menghampirinya, ia terkejut melihat rombongan warga bersama ibu dan adiknya ada disini
"Ibu." Laura berlari dengan mata berkaca kaca menghampiri sang ibu yang terlihat cemas
Maya memeluk tubuh putri sulungnya dengan khawatir "Astaga sayang kau menghilang selama tiga hari, kata para warga kau dan teman temanmu mengalami kecelakaan saat pergi wisata, dasar anak nakal kenapa tidak izin sama ibu dulu kalau kau ingin pergi Laura. Ibu khawatir sekali padamu."
"Iya kak kami khawatir." Jawab Meyla
Laura semakin membenamkan tubuhnya pada pelukan Maya "Hiks maaf ibu aku menyesal, sangat menyesal tidak bisa mencegah kecelakaan itu hikss." Laura menangis histeris
"Sebaiknya nak Laura beristirahat di rumah, sangat berbahaya jika dia berkeliaran di sekitar pantai pada malam hari apalagi saat bulan purnama begini syukurlah nak Laura tidak dijadikan santapan para monster itu, kami akan berusaha untuk mencari keberadaan dua gadis itu esok hari. Malam ini terlalu berbahaya karena gelombang laut masih tinggi untuk berlayar." Saran salah satu warga
"Memangnya kenapa dengan bulan purnama pak." Tanya Laura penasaran melihat raut wajah bapak itu terlihat cemas dan takut, apa ada yang di sembunyikan?
"Sudahlah sayang ayo kita pulang ke rumah, kau pasti lelah."
"Tapi Bu."
"Ayo kak nanti kakak sakit."
_____
Sesampainya dirumah Maya menceritakan apa yang sebenarnya terjadi dan kenapa semua orang tidak diperbolehkan keluar rumah pada saat bulan purnama, tepatnya beberapa bulan yang lalu setelah kepindahan mereka bertiga ke kota xx Maya yang mulai akrab dengan para warga pun diberi tau kalau disetiap bulan purnama para warga tidak diperbolehkan untuk melaut dari pagi sampai sore setiap hari Jumat disebabkan beberapa orang sering menghilang dan tak kembali setelah mereka pergi ke laut, dugaannya ada se-sosok monster yang sering memangsa para warga yang terlihat disekitaran pantai, entah apa mahkluk itu yang jelas mahkluk itu tak pernah tertangkap oleh mata para warga meskipun masih banyak yang tak mempercayai rumor tak berdasar itu
Laura menutup mulutnya syok setelah mendengar penjelasan ibunya jadi itulah kenapa dia tidak diperbolehkan untuk pergi ke laut untuk berlibur
"Jadi itu yang terjadi." Laura tertunduk lesu, Maya hanya mengangguk lemah
"Iya kak aku aja baru tau tentang berita itu, aku harusnya mencegah kakak untuk berangkat saat itu." Ucap Meyla penuh penyesalan
Meyla menghela nafas melihat raut ketakutan dari wajah sang kakak, ia tersenyum berjalan ke arah nakas samping sofa mengambil piring berisi roti bakar dan susu "Kakak ayo dimakan dulu, kakak pasti lapar kan." Meyla menyerahkan makanan nya pada Laura
"Makasih Meyla." Dengan terpaksa Laura mengambil roti bakar itu dan memakannya dengan lahap setelah menyelesaikan makanannya Laura memutuskan untuk ke kamarnya
Di dalam kamar Laura hanya termenung sembari memikirkan kejadian yang dialaminya kemarin, ia menekuk kedua lututnya "Apa benar Cindy dan Anna sudah mati dan kenapa aku bisa selamat, siapa yang menyelamatkanku waktu itu."
Ya! Dia mengingat dengan jelas wajah pria asing itu meskipun hanya sekilas sebelum kesadarannya menghilang, ia dapat memastikan pria asing itu bergumam sesuatu yang membuatnya terpaksa untuk menyetujuinya, tetapi apakah sebelum kesadarannya hilang Laura sempat meminta pertolongan hingga pria itu menolongnya, jika iya mengapa pria asing itu tak menjumpainya?
Laura segera ke kamar mandi untuk membersihkan diri, lebih baik dia merasakan dinginnya air daripada harus termenung memikirkan kejadian yang tak dapat dia ingat itu
Satu persatu Laura melepas pakaiannya, begitu melihat cermin Laura merasakan ada yang aneh
Tato? Apakah itu sebuah tato? Sejak kapan di leher kanannya ada gambar tak diketahuinya, gambar itu membentuk sebuah sirip ikan berwarna biru gelap, Laura merasa kebingungan serta merasakan hal yang tidak membuatnya nyaman setelah menyentuh tanda yang tercetak jelas di lehernya
"Apa ini, kenapa ada tanda sirip ikan di leherku? Mungkin ini hanya kebetulan lebih baik aku bersihkan saja." Laura menepisnya dan mulai menyalakan keran air di dekatnya, ia harus menghapusnya sebelum jejak tanda di lehernya akan dipertanyakan oleh ibu dan adiknya
Laura membasuh tangannya kemudian menggosok gosok lehernya dengan air hangat di tangannya, satu menit hingga dua menit berlalu dia telah berusaha menghilangkan tanda itu dengan berbagai cara hasilnya tetap nihil, gambar yang tercetak jelas di lehernya tak kunjung memudar hingga Laura merasa lelah dan akhirnya memutuskan untuk menyerah
"Lebih baik aku mandi saja lalu setelah itu lanjut untuk tidur." Ucapnya menatap cermin, Laura menoleh
Apakah hanya perasaannya! Dia melihat bayangan hitam sedang mengintainya dan memperhatikannya dari balik pintu di belakang tubuhnya, Laura meneguk ludah, sosok itu sepertinya masih berdiri disana. Laura memutuskan untuk menyalakan shower air dan mandi secepatnya agar segera menyentuh kasur dan tidur, sepertinya pikirannya sedang kalut memikirkan kedua temannya yang tak kunjung ada kabar
Saat air mulai membasahi tubuhnya Laura merasakan tangan melingkar di perutnya, hembusan nafas hangat menerpa tengkuknya
"Si_siapa, siapa itu." Dalam keadaan tubuhnya tak memakai sehelai benang Laura dapat merasakan ada sesuatu yang melingkar di perutnya dan itu terasa sangat jelas ada yang mencium tengkuknya
"Aku suamimu." Suara halus menyapa lembut telinga Laura
"Hah?."
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Sandrie
hai aku mampir ni
2023-05-21
0