Pak Su'eb's thing

"Bapak mau menjual atau mau membeli?" Tanya Danu lagi.

Wajar dia tanya begitu, karena biasanya urusan dengan pak Su'eb ini tidak jauh dari masalah menjual atau membeli sapi. Karena pak Su'eb ini adalah seorang blantik.

"Enggak tahu pasti... Tapi pak Su'eb datang bersama keluarganya... "

"Heh?!... Oh."

Santi menggerakkan bahunya sambil tersenyum miring, seakan berkata... "Yeah, kamu tahulah... "

Danu cuma mesem melihatnya.

Sebenarnya Danu enggak kaget dengar hal itu, karena dia tadi kan sudah mengintip siapa tamunya. Selain itu, Danu cukup bisa membaca gelagat dari sikap pak Su'eb selama ini padanya. Bukannya ke ge-er an, tapi kelihatannya, pak Su'eb ini berharap dirinya berjodoh dengan anaknya.

Makanya, begitu bisa menebak siapa tamu mereka sore ini, Danu memilih untuk menghindar. Enggak bisa menghindar secara total, setidaknya bisa mengurangi waktu untuk bersamanya.

Dia Itu tadi pura-pura bingung campur kaget, cuma untuk menyenangkan ibunya saja, yang sudah berbaik hati mau menyempatkan waktu untuk sekedar memberinya "peringatan".

"Ayuk... " Ajak Santi, saat melihat Danu sudah rapih berdandan.

"Ibu duluan deh, aku mau WA temenku dulu."

"Mau ngapain? Kamu mau keluar lagi malam ini?" Tuduh Santi.

"Iya, bu. Ada acara reuni kecil-kecilan dengan teman SMA..."

"Hadeh, punya anak bujang kok jarang di rumah. Enggak pagi, enggak siang, enggak malam... ngeluyur terus... " Keluh Santi.

Danu tersenyum lebar mendengar keluhan ibunya. Segera dipeluk nya Santi dan dia kecup pipinya.

"Tenang bu... walaupun aku keluyuran, hatiku tetap setia pada ibu... " Katanya.

Spontan Santi memukul bahu Danu sambil tergelak.

"Udah mulai pinter ngegombal ya, kamu... "

Danu cuma tertawa. Dia melepaskan rengkuhannya setelah mencuri kecupan sekali lagi di pipi sang bunda.

"Udah, cepetan kalau mau WA. Enggak enak kalau membiarkan tamu menunggu terlalu lama." Ucap Santi. Danu mengangguk. Setelah itu Santi mendahului keluar kamar, sementara Danu meraih HP nya.

Makan malam bersama keluarga pak Su'eb berjalan cukup normal. Tidak banyak yang mereka bahas saat duduk bersama.

Hari itu, Pak Su'eb datang bersama istri dan anak perempuannya. Nama anaknya itu Marina.

Katanya dia sekarang kuliah semester tiga jurusan manajemen bisnis di kampus yang sama dengan Danu.

"Iya kah? Aku kok enggak pernah lihat kamu di seputaran kampus?" Tanya Danu basa-basi.

Ya iyalah basa-basi, Kalau pun lihat juga, Danu memilih untuk pura-pura enggak lihat aja. Entahlah, dia enggak minat buat pdkt dengan gadis itu. Jangan tanya kenapa, dia sendiri enggak tahu. Mungkin karena merasa dirinya di jodoh-jodohin jadi rasanya risih gitu.

"Mas Danu kelihatannya sibuk terus sih... Aku suka ngelihat mas Danu." Sahut gadis itu.

Enggak tahu maksudnya suka yang dia katakan itu sama dengan sering, atau suka artinya senang. Danu enggak mau tahu persisnya. Dia cuma menyeringai menanggapinya

"Oh, jadi nduk. Nak Danu itu ternyata seniormu di kampus ya. Lah kalau gitu, kalau kamu ada kesulitan pelajaran, bisa tuh minta tolong, nak Danu..." Ucap Ibu Su'eb sambil menepuk lengan anaknya yang duduk di sebelahnya.

Mendengar itu, Danu cuma bisa kembali menyeringai menanggapinya.

*Duh, halah... dia pikir aku kekurangan kerjaan apa, pake diminta ngajarin segala*...

Selesai membahas masalah kampus, ibu itu beralih ke masalah makanan yang mereka santap.

"Nah, nduk. Sayur begini ternyata enak sekali. Nanti kamu belajar bikinnya ya, supaya nanti kalau keluarga pak Darmawan datang kita bisa menyuguhkan nya... "

Duh, rasanya langsung mules perut Danu jadinya...

*Siapa juga yang mau ke rumahmu... mau ngapain coba*?

Danu lagi-lagi menyeringai untuk menanggapi kalimat itu. Untung acara makan malam itu tidak berlangsung lama.

Selesai makan, Danu langsung pamitan pada orang tuanya untuk pergi lepas sholat maghrib ke acara reunian SMA nya.

"Nak Danu SMA nya dimana?" Ibu Su'eb langsung menyambar bertanya.

"SMA Palapa... "

"Loh, kok sama dengan sekolahmu nduk... "

*Aduh, celaka*

"Kamu enggak ada acara reunian itu?" Lanjut Bu Su'eb sambil menatap anaknya.

"Eh, ini cuma reuni teman-teman dekat saja, kok bu... " Sahut Danu cepat, sebelum gadis itu menjawab.

"Oh..."

"Mbak e enggak diajak toh, mas? Kan lumayan ada temen di jalan..." Celetuk Sabrina tiba-tiba.

Seketika Danu menoleh dan mengirim tatapan tajam pada adiknya itu. Sabrina terkekeh sambil menutup mulutnya.

"Eng, temannya laki-laki semua. Nanti dia malah enggak nyaman jadinya." Jawab Danu sambil kembali menghadap ke Bu Su'eb dengan wajah malaikatnya.

Bu Su'eb mengangguk memaklumi.

"Kalau begitu saya permisi dulu..."

Danu menyalami semuanya, setelah itu dia segera menyingkir dari sana.

Danu tadi bilang mau berangkat lepas sholat maghrib, tapi nyatanya sampai datang waktu isya dia masih di rumah. Memang sengaja, dia mau isya an dirumah sekalian, daripada nanti terlewat karena keasikan ngobrol dengan teman nya.

Tapi dia sengaja enggak keluar kamar. Dia lebih memilih untuk stay di kamar dari pada nemenin tamu yang bikin dia enggak nyaman.

Sambil menunggu, dia membuka laptopnya, berusaha mengedit tugas makalah yang sedang dia susun untuk dosennya.

Hingga di salah satu bab, keningnya berkerut. Dia merasa ada yang kurang disana. Dia bangkit dari duduknya dan berdiri ke rak buku. Dia mencari referensi untuk bab itu.

Dicari... dicari... kok enggak nemu? Duh, gimana ini. Kalau ditutup nanti dia lupa lagi.

Kini dia meraih HP nya. Setelah menemukan kontak bernama Rara, dia langsung men-dial nya.

"Halo... " Sahut Rara dari kamarnya.

"Halo Ra... "

"Ya, tuan?"

"Bisa minta tolong?"

"Minta tolong apa, tuan?"

"Kamu masih punya buku pengantar manajemen dasar?"

"Ada sih, kayaknya..." Jawab Rara menggantung karena sambil mengingat-ingat. Dimana keberadaan buku itu.

"Kok kayaknya?" Danu menangkap keraguan dalam suara Rara.

"Saya enggak tahu pasti, tuan. Saya harus mencarinya dulu... tuan butuh sekarang?"

"Eng... enggak sekarang juga sih, tapi aku takut lupa... Wes, tolong cariin ya. Besok kamu kasih ke aku, bilang aja pelengkap bab dua... oke?"

"Oke." Sahut Rara.

Setelah itu sambungan telepon diputus oleh Danu. Dia akhirnya membuat memo untuk dirinya sendiri yang dia tempel di rak mejanya.

Sementara Rara, dia langsung mencari buku yang dimaksud. Untungnya, buku itu langsung ketemu. Rupanya ingatan nya masih berfungsi dengan baik.

Setelah ketemu, dia langsung ke kamar Danu untuk mengantarkannya.

Dia sampai di sana, bertepatan dengan Danu yang baru keluar kamar.

"Tuan... " Panggil Rara.

"Eh, ya. Ada apa, Ra?"

"Ini bukunya..." Katanya sambil menyerahkan buku itu.

"Oh, udah ketemu? Padahal dikasihkan besok juga enggak apa-apa..."

"Kebetulan langsung ketemu saja tuan."

"Oke deh, makasih ya. Tolong simpan di meja ya... aku mau keluar dulu... "

"Oh... iya, tuan."

Setelah itu, Danu melangkah pergi. Sementara Rara malah masuk untuk menyimpan buku di meja, sesuai perintah Danu.

Di meja, Rara melihat memo yang ditulis Danu. Tanpa diminta, Rara mencarikan referensi yang dibutuhkan Danu dan memasang tanda di bukunya.

"Semoga tuan Danu terbantu dengan ini... " Gumamnya sambil tersenyum. Setelah dirasa cukup, dia keluar kamar Danu dan kembali ke kamarnya sendiri.

...🌶bersambung🍓...

Please... Please... Please...

To my all reader. Give me your LIKE,

COMMENT n ......

GIFT if you don't mind. 🤭✌

Thanks B4 ya 🙏🙏🙏

Terpopuler

Comments

Om Rudi

Om Rudi

lanjut lagi

2023-01-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!