"Yuk, semua...!" Salam Danu sesaat sebelum melangkah meninggalkan mereka. Rara melempar senyum pada Ratna sambil mengedipkan sebelah matanya sebelum ikut melangkah mengikuti Danu.
"Ehem...!" Ratna berdeham keras membalas kedipan mata Rara.
Danu menoleh. Ratna langsung mengacungkan dua jarinya sambil cengengesan enggak jelas. ✌ Danu tersenyum miring. Ratna klepek-klepek melihatnya.
"Kamu buru-buru enggak?" Tanya Danu setelah beberapa saat mobil yang mereka tumpangi melaju dalam hening.
"Eung... enggak sih, tuan." Jawab Rara.
Ya, panggilannya *sudah* kembali ke mode awal. Kalau di rumah, atau di sekitar keluarga, Rara akan memanggil tuan pada Danu, karena Danu adalah tuan muda dari keluarga tempat keluarga Rara bekerja.
Sebenarnya Danu sudah meminta Rara cukup memanggilnya dengan mas, tidak perlu tuan, karena sebenarnya dia merasa risih kalau dipanggil tuan oleh Rara.
Bukan apa-apa. Kalau Rara memanggilnya tuan, otomatis teman-temannya, baik teman-temannya Rara atau teman-temannya Danu sendiri juga akan mendengar panggilan itu. Rasanya kok gimanaa gitu. Kayak jaman feodal aja, ada tuan dan hamba sahaya.
Tapi Rara sendiri enggak bisa begitu saja merubah panggilan itu. Orang tuanya sudah wanti-wanti padanya untuk menjaga etika itu. Sudah ada batas demarkasi antara Rara dan Danu.
"*Ingat Ra... Tuan Danu itu juraganmu... jangan lancang, jangan sampai lupa diri*..."
Begitu pesan yang diamanatkan orang tuanya pada Rara.
"*Keluarga Darmawan sudah banyak berjasa pada keluarga kita... sudah sepantasnya kita membalasnya dengan kesetiaan, rasa hormat dan bekerja dengan sebaik-baiknya*.."
Makanya, kalau sedang tidak bersama teman-teman, Rara akan tetap memanggil Danu dengan embel-embel tuan di depan namanya.
"Tuan ada perlu kah? Saya bisa diturunkan di depan kok... " Ucap Rara cepat, takut Danu merasa keberatan untuk di *nunuti* pulang.
'***Tapi kenapa tadi nawarin untuk pulang bareng***?'
"Iya, aku ada perlu sebentar, tapi kamu enggak usah turun juga... Kamu ikut aku sebentar enggak apa-apa, kan?" Tanya Danu.
"Ya... enggak apa-apa, sih... " Jawab Rara dengan nada menggantung.
***Lalu gimana nasib perutku ini... lapar***...
Seakan menyuarakan suara hati majikannya. Tiba-tiba saja terdengar suara kerucukan dari perut Rara.
***Mati aku***...
Secara refleks Rara langsung menatap Danu, berharap Danu tidak mendengar nyanyian kelaparan itu. Tapi yang ada malah Danu yang balik menatapnya dengan ekspresi seperti heran campur geli gitu.
"Maaf... " Ucap Rara. Hanya itu yang bisa keluar dari mulutnya. Seketika dia menunduk menyembunyikan rasa malu dari wajahnya.
"Enggak apa-apa, wajar lagi... ini emang sudah lewat waktu makan siang..." Sahut Danu dengan bijaknya. Mungkin kalau teman Rara yang lain yang mendengar nyanyian kelaparan itu, pasti dia sudah habis ditertawakan. Tapi enggak dengan Danu.
Walaupun Rara tahu, dan sudah melihat sendiri ekspresi geli di wajahnya, tak ada tawa itu. Diam-diam Rara melirik mencari tahu, apakah lelaki itu diam-diam mentertawakannya... Eh, kok pas Danu menengok juga kearahnya. Dia cuma tersenyum memaklumi.
*Duh, Gusti... rasanya menggelepar hati ini*...
Beberapa saat mereka saling diam lagi, hingga mobil akhirnya berbelok masuk ke sebuah cafe yang tidak terlalu ramai.
Rara menatap cafe itu sambil berfikir.
***Ikut turun atau enggak ya... kalau tuan Danu agak lama sih, mendingan ikut turun saja, cari makanan***...
"Ayo... " Ajak Danu mendahului keputusan Rara.
Rara mengangguk pelan. Dia lalu membuka seatbelt nya dan segera turun.
Dia masih berdiri di samping pintu mobil sementara Danu berjalan agak memutar sambil memperhatikan HP nya.
"Tuan... "
"Yuk... "
Ucap mereka hampir bersamaan. Spontan mereka terkekeh karena nya.
"Ada apa?" Tanya Danu kemudian.
"Eng... enggak jadi... " Kata Rara.
Tadinya dia mau minta izin beli makanan sementara menunggu tuannya itu menyelesaikan urusannya. Tapi setelah mendengar ajakan "Yuk" dari Danu. Rara paham kalau Danu ingin dia mengikutinya.
Mendengar kalau Rara bilang "enggak jadi" Danu cuma bilang "Oh" tanpa suara. Lalu setelah memberi isyarat tangan supaya Rara mengikutinya, dia mendahului melangkah.
Melewati pintu, Danu melambatkan langkahnya, dan mengedarkan pandangannya. Dia melambai pada beberapa orang yang duduk sedikit di sudut. Rara tahu itu, karena dia lihat orang-orang itu melambai balik kearah mereka, eh Danu maksudnya. 🤭
Keduanya melangkah mendekat kearah mereka.
"Hei!" Sapa Danu. Yang dibalas oleh mereka secara acak.
Rara cuma mengangguk menyalami mereka sambil tersenyum dan mengedarkan pandangannya. Walaupun satu dua dari mereka Rara sudah kenal. Tapi dia tidak bisa sok akrab dengan mereka. Karena mereka itu teman Danu. Teman juragan otomatis juga harus "dihormati"
"Duduk, Ra." Perintah Danu, sambil menunjuk kursi kosong di sebelah kursi teman-temannya. Setelah itu dia memanggil pelayan dengan tangannya.
Pelayan mendekat.
"Aku pesan cappucino aja...Kamu pesan makanan sekalian, sementara aku menyelesaikan urusanku..." Katanya lagi.
Rara mengangguk.
Mungkin karena cafe nya enggak terlalu ramai, atau mungkin karena profesionalitas crew nya. Pesanan Rara cepat datang. Satu paket nasi dan ayam geprek. Dan segelas es teh.

"Semuanya, monggo makan dulu..." Rara berbasa-basi sebelum makan.
Ada yang mengangguk, ada yang tersenyum ada juga yang cuek menanggapinya.
*Terserah... enggak ngurus... yang penting aku makan*.
Begitu pikir Rara.
Rara tahu diri, dia tidak boleh berlama-lama makan, walaupun tidak buru-buru juga... Pokoknya, Rara berusaha menyelesaikan makannya sebelum Danu sempat bertanya 'sudah?'
Tapi sepertinya pertanyaan itu tidak akan pernah terlontar dari si tampan yang selalu menjaga sopan santun itu. Demi dilihatnya Rara masih menikmati makanannya, Danu kembali melanjutkan obrolannya dengan teman-temannya.
Rara tahu dan merasakan hal itu. Sesekali sambil mengunyah makanannya, Rara mencuri pandang kearah Danu. Dan beberapa kali juga dia mendapati Danu secara samar memperhatikannya.
Waktu tanpa sengaja pandangan mereka bertemu, Danu dengan santainya tersenyum dan sedikit *manggut*, seakan ingin mengatakan... '*udah, nyantai saja makannya*...', Yang akhirnya membuat Rara sungkan sendiri dan dia tidak bisa bersantai-santai menikmati makan siang yang terlambat itu.
"Sudah selesai, Ra?" Tanya salah satu teman Danu yang dia tahu bernama Iwan, sambil tersenyum.
"Sudah mas... Alhamdulillah... " Jawab Rara sambil me-lap mulutnya dengan tisu yang tersedia di mejanya.
"Habiskan dulu minuman mu, lalu kita pulang... " Ucap Danu. Lalu dia sendiri menghabiskan cappucino nya.
Rara menuruti ucapan Danu. Bukan karena apa... mulutnya masih kepedasan gara-gara sambal ayam geprek itu.
"Sudah, mas..." Ucap Rara kemudian setelah menghabiskan air teh nya, hingga hanya tersisa es batu nya yang belum sempat mencair karena keburu habis airnya.
"Oke... Ya udah, gitu dulu ya... ntar kalau ada perkembangan aku kasih tahu deh." Ucap Danu sambil bangkit dari duduknya. Rara seketika ikutan berdiri.
"Yuk... " Ucap Danu sambil mempersilahkan Rara untuk berjalan lebih dulu, setelah itu baru dia melangkah mengikuti.
Sebelum keluar cafe, Danu mampir dulu ke meja kasir untuk membayar pesanan mereka.
Rara melangkah lambat menuju mobil sambil menunggu Danu. Malu dia kalau ikut mendampingi Danu ke kasir.
Sambil berdiri menunggu, dia menggapai-gapai isi tasnya mencari sesuatu.
"Nyariin apa?" Tanya Danu yang tiba-tiba sudah berada di depan Rara.
"Permen. masih kerasa pedesnya." Jawab Rara sambil mendongak sepintas kearah Danu dan langsung mencari lagi.
"Nih... "
Telapak tangan Danu terulur dengan dua butir permen diatasnya.
"Eh?"
Rara memungut sebutir.
"Itu tadi kembalian... katanya enggak ada receh... " Ucap Danu tanpa ditanya.
"Oh... em, tuan. makasih banyak ya..." Ucap Rara sambil membuka pintu, setelah terdengar bunyi bip bip dari mobil.
Danu mengibaskan tangannya ringan, sebagai isyarat "bukan masalah". Setelah itu dia berjalan setengah memutar lagi untuk mencapai kursi kemudi.
" Langsung, pulang?" Tanya Danu sambil memasang seatbelt dan menoleh ke Rara.
"Perut kenyang mah, aman tuan. Mau mampir-mampir lagi juga gak apa-apa." Sahut Rara sambil tertawa kecil dan menutup mulutnya dengan telapak tangan.
...🍓bersambung🌶...

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trus sukses
2023-04-12
0
momy ita
biar semangat nulisnya ku kasih gift buat author
2023-03-27
0
anan
humm, mampir k
2023-01-13
0