Bab 5 Permintaan

Di kantor polisi...

Arshila duduk dengan air mata yang bercucuran. Di depannya, seorang polisi duduk dengan sebuah layar komputer diatas meja.

"Saudari, Arshila. Kami butuh pengakuan, Apa benar Anda telah menabrak saudari Clarissa Santara pada hari xx tanggal xx jam xx.xx?"

Arshila menggeleng, sambil terisak.

"Tolong, Anda jangan berpura-pura lagi. Sudah ada saksi yang mengatakan Anda pelakunya."

Polisi itu menghela napas.

"Pak, saya tidak mengerti, apa yang Bapak bicarakan. Saya tidak mengenal Nona Clarissa, dan pada hari itu saya sedang di rumah sakit."

Arshila menjawab dengan tangisan yang belum reda.

"Kenapa Anda berada di rumah sakit?"

"Saya mengalami kontraksi, Pak. Tolong, percaya kepada saya."

Polisi itu, mengangguk. Lalu, keluar meninggalkan Arshila disebuah ruangan tertutup.

"Pak, di depan ada suami tersangka, ingin bertemu dengan istrinya dan juga perwakilan keluarga Alehandra."

"Aku akan menemuinya."

Dimas dibuat gugup, dengan kedatangan sekretaris Tian. Bahkan tatapan yang diberikan kepadanya, seperti penuh dengan kecurigaan.

"Pak, Dimas."

"Iya, Pak sektetaris."

"Sebenarnya, aku masih meragukan kesaksian ibumu. Bagaimana denganmu? Apa kalian memiliki cerita yang sama?"

Glek!

Jantung Dimas, berdegup kencang, telapak tangannya terasa dingin. Perkataan ibunya, terngiang dalam ingatan.

"Jika kamu yang berada di sana bukan istrimu, mereka mungkin akan langsung membunuhmu."

"Pak, sekretaris. Apa bisa Bapak melepaskan istri saya? Dia sedang hamil."

Tian tersenyum miring, menepuk bahu Dimas sebelum pergi.

"Pak Dimas."

Polisi yang menginterogasi Arshila berjalan menghampiri.

"Pak, bisa saya menemui istri saya?"

"Silahkan, saya akan memberi waktu. Tapi, sebelum itu, saya ingin bertanya, apa Bapak sudah menyiapkan pengacara untuk mendampingi istri Anda?"

"Belum, Pak. Saya akan mengusahakan besok."

"Baiklah, sekarang ikut saya."

Di sebuah ruangan yang tertutup, Arshila duduk dengan mendaratkan kepalanya diatas meja. Masih terdengar, isak tangisnya.

"Shila."

"Mas, hiks ... Hiks ...."

Arshila bangkit, memeluk suaminya dengan erat, menenggelamkan kepalanya di bahu Dimas.

"Mas, keluarkan aku dari sini. Aku benar-benar takut. Aku tidak mengerti, kenapa mereka menangkapku."

"Kita duduk, dulu."

Dimas menggengam tangan istrinya, di atas meja.

"Aku akan mencari pengacara untuk mendampingimu. Sebelum itu, tolong dengarkan aku." Dimas menarik napas, lalu kembali melanjutkan kalimatnya. "Kamu cukup mengatakan kepada mereka, kalau kamu tidak sengaja melakukannya. Kamu sedang mengalami kontraksi, saat menuju rumah sakit."

"Apa maksudmu?"Arshila menautkan alisnya. "Mas, aku tidak mengerti apa yang kamu bicarakan. Kenapa aku harus mengatakan hal itu?"

"Shila, tolong aku sekali saja. Ini demi keselamatan keluarga kita. Mas, minta maaf karena meminta hal ini padamu."

Dimas memohon dengan semakin menggenggam kuat tangan istrinya.

"Mas, tolong bicara jujur. Kenapa aku harus mengakui perbuatan yang sama sekali tidak aku lakukan. Apa jangan-jangan .... " Arshila menutup mulutnya, beriringan dengan air matanya yang jatuh menetes.

"Maafkan, aku. Aku benar-benar minta maaf."

Arshila menarik tangannya, menghapus air mata yang membasahi wajah.

"Tinggalkan aku, Mas."

"Shila ..."

"Pergi, aku bilang pergi!" teriaknya dengan suara yang parau.

Dimas akhirnya berjalan pergi, menoleh kebelakang menatap istrinya yang semakin tenggelam dalam tangisannya.

Maafkan, aku karena menjadi pengecut.

Setelah, kepergian Dimas, giliran sekretaris Tian yang menemui Arshila bersama tiga orang pengacara. Tian memilih berdiri di dekat pintu, menatap punggung wanita itu.

"Kami mewakili keluarga korban, untuk menemui Anda. Kami berharap, Anda mau bekerja sama, agar kasus ini segera terselesaikan dengan cepat."

"Tuan." Arshila menghapus air matanya. "Tolong, tinggalkan saya sendiri. Saya, hiks ... hiks..." Kembali menangis, membenamkan wajahnya di kedua telapak tangannya.

Tiga orang pengacara, menatap sekretaris Tian yang menganggukkan kepala.

"Baiklah, kami akan kembali. Jika, Anda sudah merasa lebih baik."

Ketiganya pun, keluar. Sekretaris Tian, tampak menatap Arshila sebelum melangkah pergi.

Di dalam kesendiriannya, Arshila menangis sepuas-puasnya. Sakit hati dan kecewa, bercampur menjadi satu. Ia mengelus perutnya yang semakin membuncit.

"Apa yang harus ibu lakukan, sayang?"

Esok harinya,

Dimas kembali mengunjungi istrinya, bersama dengan seorang pengacara.

"Nona Arshila, saya menyarankan agar Anda mengaku dan menceritakan kondisi Anda yang mengalami kontraksi tiba-tiba," ujar pengacara Dimas.

Arshila membisu, membuang pandangannya.

"Pak, tolong tinggalkan kami sebentar," ujar Dimas.

Pengacara itu mengangguk, lalu melangkah pergi. Dimas meraih tangan istrinya.

"Sayang, tolong maafkan aku. Aku terpaksa melakukannya demi ibu, yang sudah terlanjur berkata seperti itu. Tolong, maafkan aku, karena begitu lemah."

Arshila masih membisu, air matanya kembali jatuh, mendengar kenyataan yang harus ia terima.

"Mas janji akan menunggumu keluar dan merawat anak kita dengan baik."

Arshila mengangkat wajahnya.

"Kenapa Mas begitu tega? Aku sedang mengandung anakmu. Kenapa bisa kamu mengirimku ke penjara? Jika memang ibu tidak menyukaiku, kenapa tidak menceraikanku saja? Apa hidup kalian lebih berarti?"

"Shila, maafkan aku. Maaf, karena tidak bisa memilihmu. Semuanya demi kebaikan kita. Jika aku yang di penjara, Mas tidak bisa mendapatkan pekerjaan lagi untuk menghidupi keluargaku."

"Lalu, bagaimana denganku? Bagaimana dengan hidupku? Apa Mas tidak memikirkannya?"

"Maaf."

Dimas tertunduk, kata 'maaf' sepertinya tidak akan mampu meredakan kekecewaan sang istri.

"Aku membencimu! Aku membencimu, Mas. Aku membenci kalian semua."

Arshila berteriak dengan histeris.

"Shila, tenangkan dirimu."

Dimas bangkit memeluk istrinya yang mulai memberontak menolak pelukannya.

"Maafkan, aku. Mas benar-benar minta maaf."

"Hiks ... hiks .... Aku membencimu. Aku tidak akan memaafkanmu. Jangan temui, aku lagi."

"Shila, dengarkan aku."

"Pergi ... Pergi ....," teriaknya lagi dengan histeris, bahkan memukul-mukul dada suaminya.

Dimas terpaksa pergi, setelah polisi mengeluarkannya dari ruangan. Ia berjalan dengan gontai, sampai tidak menyadari keberadaan Sekretaris Tian yang memperhatikannya.

Tiga orang pengacara bersama sekretaris Tian, kembali menemui Arshila. Seperti biasa, Tian kembali berdiri dibelakang wanita itu.

"Bagaimana keadaan Anda?"

Arshila hanya membisu, memijit kepalanya yang terasa pusing. Sudah dua hari, ia tidak tidur dengan lelap, ia hanya terus menangis. Bahkan, sampai lupa makan.

"Nona, Anda baik-baik saja? Anda tampak pucat."

Tiga pengacara itu, tampak khawatir. Wajah wanita, didepan mereka begitu pucat.

"Saya baik-baik saja, Tuan."

Arshila masih memijit kepalamya yng semakin pusing dan pandangannya seperti berputar. Sedetik kemudian, pandangannya menjadi gelap.

BRUKK,

Untung saja sekretaris Tian menangkap tubuhnya, yang hampir jatuh diatas lantai.

"Panggil, petugas."

"Baik, Tuan."

Dokter yang bekerja di klinik kepolisian, segera melakukan penanganan.

"Kita harus merujuknya ke rumah sakit, kondisinya, kritis."

"Baik, siapkan ambulans."

Sekretaris Tian, menatap mobil ambulans yang membawa Arshila ke rumah sakit terdekat. Ia mengambil ponselnya menghubungi seseorang.

"Dia jatuh pingsan, sekarang dalam perjalanan ke rumah sakit."

"Aku tidak peduli. Pastikan dia, mendapatkan hukuman yang berat."

"Baik, Tuan."

Terpopuler

Comments

Sweet Girl

Sweet Girl

Kasihan kamu Arshila... semoga Otor menyiapkan balasan yg setimpal buat suami dan mertua mu.

2025-02-19

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Kehilangan
2 Bab 2 Bimbang
3 Bab 3 Saksi
4 Bab 4 Dilema
5 Bab 5 Permintaan
6 Bab 6 Vonis
7 Bab 7 Tangis Arshila
8 Bab 8 Tangis Arshila (2)
9 Bab 9 Dimas yang bahagia
10 Bab 10 Hidup baru
11 Bab 11 Aku ibunya
12 Bab 12 Keluarga Alexa
13 Bab 13 Perjuangan Arshila
14 Bab 14 Alexa pergi
15 Bab 15 Tanpa mereka
16 Bab 16 Teman baru
17 Bab 17 Sang penyelamat
18 Bab 18 Sadar, Arshila!
19 Bab 19 Rahasia Nadia
20 Bab 20 Pengamatan Grace
21 Bab 21 Trauma
22 Bab 22 Teror
23 Bab 23 Welcome, my queen
24 Bab 24 Satu teka teki
25 Bab 25 Lamaran tiba-tiba.
26 Bab 26 Dibawah hujan
27 Bab 27 kembali berjalan
28 Bab 28. Merasa iba
29 Bab 29. Pernikahan yang terlalu sederhana
30 Bab 30. Kisah yang lain
31 Bab. 31 Kenapa? Kenapa?
32 Bab 32. Dia berubah
33 Bab 33. Seperti ingin mati.
34 34. Kebimbangan Nadia
35 Bab 35. Ancaman yang nyata
36 Bab 36. Matilah
37 Bab 37. Tidak tega
38 Bab 38. Hai, Clarissa
39 Bab 39. Amarah Dave
40 Bab 40. Dia milikku
41 Bab 41. Perasaan Dave
42 Bab. 42. Katakan, apa bukan kau??
43 Bab 43. Kisah dari Mira
44 Bab. 44. Karena semua, sudah terlambat.
45 Bab. 45 Takdir dua pria
46 Bab 46. Membiasakan diri
47 Bab 47. Air mata dihari ulang tahun
48 Bab 48. Sebuah nama
49 Bab 49. sebuah teka-teki
50 Bab 50. Merasa cemas
51 Bab 51. Mencari sekutu
52 Bab. 52. Cemburu
53 Bab 53. Sasaran amarah
54 Bab 54. Pesan pembawa petaka
55 Bab 55. Kunjungan ibu Clarissa
56 Bab 56. Ini bukan rumah.
57 Bab 57. Alexa kembali
58 Bab 58. Ada apa dengan tubuhku?
59 Bab 59. Semakin aneh
60 Bab 60. Bukan siapa-siapa
61 Bab 61. Bertemu Nadin
62 Bab 62. Arshila yang menikmati kebebasan
63 Bab 63. Amarah yang berkobar
64 Bab 64. Berdua saja
65 Bab 65. Selamat Tuan, Nona sedang hamil
66 Bab 66. Dua pilihan
67 Bab 67. Ini anakmu, anak kita!
68 Bab 68. Dua orang yang mencari jejak
69 Bab 69. Anakku, anakku!!
70 Bab 70. Kejutan 1
71 Bab 71. Kejutan 2
72 Bab 72. Rasa sakit yang nyata
73 Bab 73. Sesal tak berujung
74 Bab 74. Pertemuan tak terduga
75 Bab. 75. Pasangan selingkuh
76 Bab 76. Ada apa, dengan sekretaris Tian?
77 Bab 77. Hukuman
78 Bab 78. Terpuruk
79 Bab 79. Kemarahan Dimas
80 Bab 80. Terungkap dengan sendirinya
81 Bab 81. Harapan orang tersayang
82 Bab 82. Dipecat
83 Bab 83. Masalah beruntun
84 Bab 84. Pulang ke rumah
85 Bab 85. Usaha Dimas
86 Bab 86. Ibu, angun!!
87 Bab 87. Setitik harapan
88 Bab 88. Beri aku kesempatan
89 Bab 89. Saran Nadia
90 Bab 90. Dua sahabat
91 Bab 91. Diujung tanduk
92 Bab 92. Maaf dan maaf
93 Bab 93. Perjalanan penuh kisah (1)
94 Bab 94. Perjalanan penuh kisah (2)
95 Bab 95. Keluarga yang lain
96 Bab 96. Kenangan abadi
97 Bab 97. Syok
98 Bab 98. Berpisah dengan syarat
99 Bab 99. Pembicaraan dua lelaki
100 Bab 100. Ungkapan Tian
101 Bab 101. Dari awal.
102 Bab. 102. Undangan makan malam
103 Bab 103. Reuni
104 Bab 104. Tak tersisa
105 Bab 105. Kartu As
106 Bab 106. Membuka luka lama
107 Bab 107. Tidak semudah itu
108 Bab 108. Dimas yang tertangkap
109 Bab 109. Wanita yang tidak menyerah
110 Bab 110. Menemui Bagas
111 Bab 111. Fira yang shock
112 Bab 112. Pengakuan Ibu
113 Bab 113. Permohonan maaf
114 Bab 114. Curhat
115 Bab 115. Jaminan
116 Bab 116. Karena keluarga
117 Bab 117. Nasib Dimas
118 Bab 118. Perasaan semua orang
119 Bab 119. Bukan pertama kali
120 Bab 120. Kejutan untuk Arshila
121 Bab 121. Hari bahagia
122 Bab 122. Kebersamaan
123 Bab 123. Makan bersama
124 Bab 124. The final
125 PENGUMUMAN
Episodes

Updated 125 Episodes

1
Bab 1 Kehilangan
2
Bab 2 Bimbang
3
Bab 3 Saksi
4
Bab 4 Dilema
5
Bab 5 Permintaan
6
Bab 6 Vonis
7
Bab 7 Tangis Arshila
8
Bab 8 Tangis Arshila (2)
9
Bab 9 Dimas yang bahagia
10
Bab 10 Hidup baru
11
Bab 11 Aku ibunya
12
Bab 12 Keluarga Alexa
13
Bab 13 Perjuangan Arshila
14
Bab 14 Alexa pergi
15
Bab 15 Tanpa mereka
16
Bab 16 Teman baru
17
Bab 17 Sang penyelamat
18
Bab 18 Sadar, Arshila!
19
Bab 19 Rahasia Nadia
20
Bab 20 Pengamatan Grace
21
Bab 21 Trauma
22
Bab 22 Teror
23
Bab 23 Welcome, my queen
24
Bab 24 Satu teka teki
25
Bab 25 Lamaran tiba-tiba.
26
Bab 26 Dibawah hujan
27
Bab 27 kembali berjalan
28
Bab 28. Merasa iba
29
Bab 29. Pernikahan yang terlalu sederhana
30
Bab 30. Kisah yang lain
31
Bab. 31 Kenapa? Kenapa?
32
Bab 32. Dia berubah
33
Bab 33. Seperti ingin mati.
34
34. Kebimbangan Nadia
35
Bab 35. Ancaman yang nyata
36
Bab 36. Matilah
37
Bab 37. Tidak tega
38
Bab 38. Hai, Clarissa
39
Bab 39. Amarah Dave
40
Bab 40. Dia milikku
41
Bab 41. Perasaan Dave
42
Bab. 42. Katakan, apa bukan kau??
43
Bab 43. Kisah dari Mira
44
Bab. 44. Karena semua, sudah terlambat.
45
Bab. 45 Takdir dua pria
46
Bab 46. Membiasakan diri
47
Bab 47. Air mata dihari ulang tahun
48
Bab 48. Sebuah nama
49
Bab 49. sebuah teka-teki
50
Bab 50. Merasa cemas
51
Bab 51. Mencari sekutu
52
Bab. 52. Cemburu
53
Bab 53. Sasaran amarah
54
Bab 54. Pesan pembawa petaka
55
Bab 55. Kunjungan ibu Clarissa
56
Bab 56. Ini bukan rumah.
57
Bab 57. Alexa kembali
58
Bab 58. Ada apa dengan tubuhku?
59
Bab 59. Semakin aneh
60
Bab 60. Bukan siapa-siapa
61
Bab 61. Bertemu Nadin
62
Bab 62. Arshila yang menikmati kebebasan
63
Bab 63. Amarah yang berkobar
64
Bab 64. Berdua saja
65
Bab 65. Selamat Tuan, Nona sedang hamil
66
Bab 66. Dua pilihan
67
Bab 67. Ini anakmu, anak kita!
68
Bab 68. Dua orang yang mencari jejak
69
Bab 69. Anakku, anakku!!
70
Bab 70. Kejutan 1
71
Bab 71. Kejutan 2
72
Bab 72. Rasa sakit yang nyata
73
Bab 73. Sesal tak berujung
74
Bab 74. Pertemuan tak terduga
75
Bab. 75. Pasangan selingkuh
76
Bab 76. Ada apa, dengan sekretaris Tian?
77
Bab 77. Hukuman
78
Bab 78. Terpuruk
79
Bab 79. Kemarahan Dimas
80
Bab 80. Terungkap dengan sendirinya
81
Bab 81. Harapan orang tersayang
82
Bab 82. Dipecat
83
Bab 83. Masalah beruntun
84
Bab 84. Pulang ke rumah
85
Bab 85. Usaha Dimas
86
Bab 86. Ibu, angun!!
87
Bab 87. Setitik harapan
88
Bab 88. Beri aku kesempatan
89
Bab 89. Saran Nadia
90
Bab 90. Dua sahabat
91
Bab 91. Diujung tanduk
92
Bab 92. Maaf dan maaf
93
Bab 93. Perjalanan penuh kisah (1)
94
Bab 94. Perjalanan penuh kisah (2)
95
Bab 95. Keluarga yang lain
96
Bab 96. Kenangan abadi
97
Bab 97. Syok
98
Bab 98. Berpisah dengan syarat
99
Bab 99. Pembicaraan dua lelaki
100
Bab 100. Ungkapan Tian
101
Bab 101. Dari awal.
102
Bab. 102. Undangan makan malam
103
Bab 103. Reuni
104
Bab 104. Tak tersisa
105
Bab 105. Kartu As
106
Bab 106. Membuka luka lama
107
Bab 107. Tidak semudah itu
108
Bab 108. Dimas yang tertangkap
109
Bab 109. Wanita yang tidak menyerah
110
Bab 110. Menemui Bagas
111
Bab 111. Fira yang shock
112
Bab 112. Pengakuan Ibu
113
Bab 113. Permohonan maaf
114
Bab 114. Curhat
115
Bab 115. Jaminan
116
Bab 116. Karena keluarga
117
Bab 117. Nasib Dimas
118
Bab 118. Perasaan semua orang
119
Bab 119. Bukan pertama kali
120
Bab 120. Kejutan untuk Arshila
121
Bab 121. Hari bahagia
122
Bab 122. Kebersamaan
123
Bab 123. Makan bersama
124
Bab 124. The final
125
PENGUMUMAN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!