Bab 2 Bimbang

Perjalanan pulang, Dimas melajukan motornya menuju bengkel. Ia memperbaiki mobilnya yang tergores dan sedikit penyok.

“Bagaimana?” Dimas bertanya pada seorang montir bengkel yang menjadi langganannya.

“Sudah selesai, lagi pula hanya goresan beberapa inci saja. Memangnya, kamu habis menabrak apa?”

“Bukan aku, istriku yang melakukannya. Katanya, dia menabrak kucing.”

“Aku pikir istrimu hanya bisa mengendarai motor saja. Sebaiknya, jangan biarkan dia mengemudi, kalau belum mahir.”

Dimas hanya mengangguk.

“Aku akan mengambilnya besok.”

Dimas kembali berkendara, menuju rumah. Dari jauh, tampak istrinya tengah menyapu halaman dengan perutnya yang semakin membuncit. Dimas memarkir motor, Menyalami ibunya yang duduk di teras rumah seperti sedang mengawasi pekerjaan menantunya.

“Bagaimana pekerjaan kamu, Nak?”

“Baik, Bu. Hanya saja, Dimas lelah dan banyak pikiran.”

Arshila melangkah mendekati suaminya dengan ganggang sapu lidi masih di tangannya.

“Mas, aku ingin membicarakan sesuatu.”

“Kamu tidak dengar, suami kamu sedang lelah. Kamu siapkan makan sana,” bentak mertuanya.

Arshila memandang suaminya yang hanya membisu, lalu berjalan masuk setelah meletakkan sapu lidi dipojok rumah.

Di dapur, Arshila mulai menyiapkan makan malam, dengan menahan tangisnya. Untuk kesekian kalinya, air matanya jatuh karena ulah mertuanya. Yang lebih menyakitkan lagi, sikap Dimas sebagai seorang suami yang

hanya diam, membiarkan ibunya bertindak semena-semena.

“Sudah siap?” Ibu mendekat, melihat panci diatas kompor yang masih beruap.

“Sedikit lagi, Bu.”

“Setelah ini, kamu menyetrika. Pakaian ipar-ipar kamu, sudah menumpuk,” perintahnya, lalu pergi.

Di ruang TV, ibu duduk menyesap teh ditemani Dimas yang berbaring diatas karpet. Dari layar TV, tampak sekretaris Tian, melakukan konferensi pers. Ibu langsung meletakkan gelasnya, saat mendengar hadiah 1 miliar.

“Dimas, kamu lihat itu, hanya untuk menemukan saksi, mereka memberikan satu miliar.”

Dimas hanya terdiam, sorot matanya masih menatap layar TV, tapi pikirannya berkeliaran tak tentu. Sesekali ia menarik napas, lalu

memejamkan matanya. Dari arah, dapur Arshila mendekat.

“Sudah siap, Mas.”

Dimas membuka mata, menatap istrinya yang berdiri menunggu. Bangkit perlahan, menuju arah kamar.

“Ikut aku.”

Arshila berjalan menyusul, diikuti lirikan mata sang mertua, yang ingin serba tahu urusan rumah tangga anaknya.

“Kamu mau membicarakan, apa?” Dimas meraih tangan istrinya, menariknya duduk di tepi ranjang.

“Mas, apa boleh kita ngontrak rumah saja?”

Dimas tahu kegundahan istrinya, yang memilih untuk hidup mandiri. Tapi, ia tidak bisa berbuat apa-apa, karena tidak ingin melawan ibunya.

“Shila, bertahanlah sedikit lagi. Kita akan hidup mandiri, setelah kamu melahirkan. Mas, tidak mungkin membiarkanmu seorang diri di

kontakkan. Di sini paling tidak, ada ibu dan adik-adik Mas yang menemanimu.”

BRAK, pintu terbanting dengan keras

“Jadi, kamu yang membuat Dimas durhaka pada ibunya. Meninggalkan kami sendiri dan menikmati gaji putraku, seolah kamu yang

membanting tulang untuk menyekolahkannya.”

“Ibu, Arshilla tidak bermaksud seperti itu.”

“Diam kamu. Ibu yang banting tulang bekerja, untuk membuatmu memiliki ijazah dengan pendidikan tinggi. Dan sekarang, wanita sialan ini memintamu meninggalkan rumah.”

“Ibu, dengarkan Dimas. Shila tidak ....”

“Cukup,” Ibu memotong ucapan Dimas. “Jika kamu meninggalkan rumah mengikuti wanita ini, kamu bukan anak ibu.”

Arshilla menagis dengan pilu, hinaan yang sudah sering menyakiti hatinya. Selama pernikahan, Arshila tidak pernah menikmati gaji suaminya, karena ibu mertuanya yang mengambil alih. Untuk keperluannya, ia

harus bersusah payah mengemis kepada ibu mertuanya, yang menghina terlebih dahulu sebelum memberikan uang.

“Maaf, maafkan Ibu, Shila. Ibu hanya tidak ingin, kita pergi meninggalkannya seorang diri.”

Arshila tidak menjawab, selalu seperti ini. Dimas akan akan meminta maaf atas nama ibunya dan meminta untuk terus bersabar.

Dimas pergi, meninggalkan istrinya yang masih menangis. Hampir setengah jam, Dimas kembali membawa sepiring makanan.

“Makanlah, anak kita pasti kelaparan.”

Arshila meraih piring itu, makan dengan wajah yang sembab dan hidung yang memerah. Dimas bersandar di tepi ranjang, memainkan ponsel sambil menunggu istrinya menghabiskan makanannya. Dimas membuka grup obrolan di perusahaan, semuanya sibuk menduga-duga tentang pelaku penabrakan tunangan presdir mereka.

“Apa mungkin dia sudah kabur, setelah melihat berita?”

“Tidak menurutku, dia sedang bersembunyi.”

“Bagaimana jika pelakunya seorang wanita hamil. Apa menurut kalian, Presdir akan memaafkannya?”

Dimas tertegun, menatap istrinya. Lalu kembali membuang pandangannya.

Tidak. Bagaimana mungkin aku berpikir seperti itu?

Dimas kembali menatap layar ponsel, membaca obrolan di perusahaan.

“Bayangkan jika mempunyai 1 miliar? Wow, aku akan berfoya-foya.”

“Kalau aku, akan membeli rumah baru dan mobil baru.”

“Kalian terlalu berangan, aku sedang memikirkan nasib pelaku yang mungkin akan hidup dengan derita yang bertubi-tubi.”

“Dia pantas mendapatkannya. Tapi, aku akan mengasihani keluarganya yang akan terkena imbasnya.”

Dimas langsung meletakkan ponsel,

kepalanya semakin pusing dengan permasalahannya, belum lagi istri dan ibunya.

Aku harus bagaimana, sekarang? Bagaimana dengan keluargaku?

Arshila yang sudah menghabiskan makanannya, menatap Dimas yang membisu. Tak ingin mengganggu, Arshila keluar kamar membawa pring kosongnya di dapur.

“Bagus, ya! Kau sudah seperti Tuan Putri, dilayani dengan membawakan makan di dalam kamar.”

Arshila disambut dengan omelan mertuanya dan tatapan tidak suka dari dua iparnya. Tak lama, Dimas keluar kamar, setelah mendengar suara ibunya.

“Bu, sudahlah. Ini sudah malam.”

“Kamu selalu membelanya, itulah kenapa ibu tidak pernah menyukainya. Kamu seharusnya, menikah dengan wanita yang memiliki ijazah sepertimu, tidak sepertinya yang hanya tinggal didalam rumah dan menambah beban keluarga kita.”

“Ibu.” Dimas kini meninggikan suaranya.

“Kamu membentak ibu? Lihat sekarang, kamu pun sudah berubah melawan ibumu sendiri.”

Ibu pergi bersama anak-anaknya, meninggalkan Arshila yang berderai air mata. Dimas menyusul ibunya, tidak memperdulikan istrinya yang yang tengan menderita batin karena makian dan hinaan.

Tok...tok...tok....

Dimas masuk dalam kamar ibunya, setelah cukup lama mengetuk pintu tapi tidak ada jawaban.

“Bu, maafkan Dimas. Aku tidak bermaksud membentak ibu, saat ini Dimas sedang stres bu, tolong mengertilah.”

“Memangnya kamu stres apa? Ibu lebih stress menghadapi istrimu yang malas itu.”

“Ibu,” Dimas terisak. Membuat ibu luluh dan langsung memeluk putranya.

“Kamu kenapa, Nak? Katakan pada ibu. Maafkan ibu, jika ibu membuat pikirannmu menjadi tidak tenang.”

“Ibu, aku takut. Sepertinya, Dimas akan di penjara dan kehilangan pekerjaan.”

“Apa?” Ibu tersentak. “Apa maksud kamu? Jangan menakuti ibu. Kamu masih memiliki tanggung jawab kepada adik-adik kamu yang masih bersekolah.”

Dimas semakin terisak bahkan menundukkan kepalanya, membuat ibu semakin panik.

“Aku menabrak seorang wanita, bu. Dimas baru tahu, jika wanita itu adalah tunangan Presdir perusahaan tempat Dimas bekerja.”

Ibu semakin kaget, menutup mulutnya yang hampir saja memekik.

“Dimas, apa yang kamu lakukan, Nak? Kamu mencelakakan kita semua. Adik-adik kamu kehilangan masa depan, jika mereka mengetahui kamu pelakunya.”

Dimas mengusap wajahnya yang basah akibat air mata yang mengalir. Di depannya, ibu masih menatap dengan raut wajah ketakutan dan cemas.

“Ceritakan pada ibu, kejadian yang sebenarnya.”

Malam itu pun Dimas menceritakan semua kejadiannya dengan detil kepada ibunya.

Terpopuler

Comments

Sweet Girl

Sweet Girl

eeee njaluk dislepet mertua kayak gini ini....

2025-02-19

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Kehilangan
2 Bab 2 Bimbang
3 Bab 3 Saksi
4 Bab 4 Dilema
5 Bab 5 Permintaan
6 Bab 6 Vonis
7 Bab 7 Tangis Arshila
8 Bab 8 Tangis Arshila (2)
9 Bab 9 Dimas yang bahagia
10 Bab 10 Hidup baru
11 Bab 11 Aku ibunya
12 Bab 12 Keluarga Alexa
13 Bab 13 Perjuangan Arshila
14 Bab 14 Alexa pergi
15 Bab 15 Tanpa mereka
16 Bab 16 Teman baru
17 Bab 17 Sang penyelamat
18 Bab 18 Sadar, Arshila!
19 Bab 19 Rahasia Nadia
20 Bab 20 Pengamatan Grace
21 Bab 21 Trauma
22 Bab 22 Teror
23 Bab 23 Welcome, my queen
24 Bab 24 Satu teka teki
25 Bab 25 Lamaran tiba-tiba.
26 Bab 26 Dibawah hujan
27 Bab 27 kembali berjalan
28 Bab 28. Merasa iba
29 Bab 29. Pernikahan yang terlalu sederhana
30 Bab 30. Kisah yang lain
31 Bab. 31 Kenapa? Kenapa?
32 Bab 32. Dia berubah
33 Bab 33. Seperti ingin mati.
34 34. Kebimbangan Nadia
35 Bab 35. Ancaman yang nyata
36 Bab 36. Matilah
37 Bab 37. Tidak tega
38 Bab 38. Hai, Clarissa
39 Bab 39. Amarah Dave
40 Bab 40. Dia milikku
41 Bab 41. Perasaan Dave
42 Bab. 42. Katakan, apa bukan kau??
43 Bab 43. Kisah dari Mira
44 Bab. 44. Karena semua, sudah terlambat.
45 Bab. 45 Takdir dua pria
46 Bab 46. Membiasakan diri
47 Bab 47. Air mata dihari ulang tahun
48 Bab 48. Sebuah nama
49 Bab 49. sebuah teka-teki
50 Bab 50. Merasa cemas
51 Bab 51. Mencari sekutu
52 Bab. 52. Cemburu
53 Bab 53. Sasaran amarah
54 Bab 54. Pesan pembawa petaka
55 Bab 55. Kunjungan ibu Clarissa
56 Bab 56. Ini bukan rumah.
57 Bab 57. Alexa kembali
58 Bab 58. Ada apa dengan tubuhku?
59 Bab 59. Semakin aneh
60 Bab 60. Bukan siapa-siapa
61 Bab 61. Bertemu Nadin
62 Bab 62. Arshila yang menikmati kebebasan
63 Bab 63. Amarah yang berkobar
64 Bab 64. Berdua saja
65 Bab 65. Selamat Tuan, Nona sedang hamil
66 Bab 66. Dua pilihan
67 Bab 67. Ini anakmu, anak kita!
68 Bab 68. Dua orang yang mencari jejak
69 Bab 69. Anakku, anakku!!
70 Bab 70. Kejutan 1
71 Bab 71. Kejutan 2
72 Bab 72. Rasa sakit yang nyata
73 Bab 73. Sesal tak berujung
74 Bab 74. Pertemuan tak terduga
75 Bab. 75. Pasangan selingkuh
76 Bab 76. Ada apa, dengan sekretaris Tian?
77 Bab 77. Hukuman
78 Bab 78. Terpuruk
79 Bab 79. Kemarahan Dimas
80 Bab 80. Terungkap dengan sendirinya
81 Bab 81. Harapan orang tersayang
82 Bab 82. Dipecat
83 Bab 83. Masalah beruntun
84 Bab 84. Pulang ke rumah
85 Bab 85. Usaha Dimas
86 Bab 86. Ibu, angun!!
87 Bab 87. Setitik harapan
88 Bab 88. Beri aku kesempatan
89 Bab 89. Saran Nadia
90 Bab 90. Dua sahabat
91 Bab 91. Diujung tanduk
92 Bab 92. Maaf dan maaf
93 Bab 93. Perjalanan penuh kisah (1)
94 Bab 94. Perjalanan penuh kisah (2)
95 Bab 95. Keluarga yang lain
96 Bab 96. Kenangan abadi
97 Bab 97. Syok
98 Bab 98. Berpisah dengan syarat
99 Bab 99. Pembicaraan dua lelaki
100 Bab 100. Ungkapan Tian
101 Bab 101. Dari awal.
102 Bab. 102. Undangan makan malam
103 Bab 103. Reuni
104 Bab 104. Tak tersisa
105 Bab 105. Kartu As
106 Bab 106. Membuka luka lama
107 Bab 107. Tidak semudah itu
108 Bab 108. Dimas yang tertangkap
109 Bab 109. Wanita yang tidak menyerah
110 Bab 110. Menemui Bagas
111 Bab 111. Fira yang shock
112 Bab 112. Pengakuan Ibu
113 Bab 113. Permohonan maaf
114 Bab 114. Curhat
115 Bab 115. Jaminan
116 Bab 116. Karena keluarga
117 Bab 117. Nasib Dimas
118 Bab 118. Perasaan semua orang
119 Bab 119. Bukan pertama kali
120 Bab 120. Kejutan untuk Arshila
121 Bab 121. Hari bahagia
122 Bab 122. Kebersamaan
123 Bab 123. Makan bersama
124 Bab 124. The final
125 PENGUMUMAN
Episodes

Updated 125 Episodes

1
Bab 1 Kehilangan
2
Bab 2 Bimbang
3
Bab 3 Saksi
4
Bab 4 Dilema
5
Bab 5 Permintaan
6
Bab 6 Vonis
7
Bab 7 Tangis Arshila
8
Bab 8 Tangis Arshila (2)
9
Bab 9 Dimas yang bahagia
10
Bab 10 Hidup baru
11
Bab 11 Aku ibunya
12
Bab 12 Keluarga Alexa
13
Bab 13 Perjuangan Arshila
14
Bab 14 Alexa pergi
15
Bab 15 Tanpa mereka
16
Bab 16 Teman baru
17
Bab 17 Sang penyelamat
18
Bab 18 Sadar, Arshila!
19
Bab 19 Rahasia Nadia
20
Bab 20 Pengamatan Grace
21
Bab 21 Trauma
22
Bab 22 Teror
23
Bab 23 Welcome, my queen
24
Bab 24 Satu teka teki
25
Bab 25 Lamaran tiba-tiba.
26
Bab 26 Dibawah hujan
27
Bab 27 kembali berjalan
28
Bab 28. Merasa iba
29
Bab 29. Pernikahan yang terlalu sederhana
30
Bab 30. Kisah yang lain
31
Bab. 31 Kenapa? Kenapa?
32
Bab 32. Dia berubah
33
Bab 33. Seperti ingin mati.
34
34. Kebimbangan Nadia
35
Bab 35. Ancaman yang nyata
36
Bab 36. Matilah
37
Bab 37. Tidak tega
38
Bab 38. Hai, Clarissa
39
Bab 39. Amarah Dave
40
Bab 40. Dia milikku
41
Bab 41. Perasaan Dave
42
Bab. 42. Katakan, apa bukan kau??
43
Bab 43. Kisah dari Mira
44
Bab. 44. Karena semua, sudah terlambat.
45
Bab. 45 Takdir dua pria
46
Bab 46. Membiasakan diri
47
Bab 47. Air mata dihari ulang tahun
48
Bab 48. Sebuah nama
49
Bab 49. sebuah teka-teki
50
Bab 50. Merasa cemas
51
Bab 51. Mencari sekutu
52
Bab. 52. Cemburu
53
Bab 53. Sasaran amarah
54
Bab 54. Pesan pembawa petaka
55
Bab 55. Kunjungan ibu Clarissa
56
Bab 56. Ini bukan rumah.
57
Bab 57. Alexa kembali
58
Bab 58. Ada apa dengan tubuhku?
59
Bab 59. Semakin aneh
60
Bab 60. Bukan siapa-siapa
61
Bab 61. Bertemu Nadin
62
Bab 62. Arshila yang menikmati kebebasan
63
Bab 63. Amarah yang berkobar
64
Bab 64. Berdua saja
65
Bab 65. Selamat Tuan, Nona sedang hamil
66
Bab 66. Dua pilihan
67
Bab 67. Ini anakmu, anak kita!
68
Bab 68. Dua orang yang mencari jejak
69
Bab 69. Anakku, anakku!!
70
Bab 70. Kejutan 1
71
Bab 71. Kejutan 2
72
Bab 72. Rasa sakit yang nyata
73
Bab 73. Sesal tak berujung
74
Bab 74. Pertemuan tak terduga
75
Bab. 75. Pasangan selingkuh
76
Bab 76. Ada apa, dengan sekretaris Tian?
77
Bab 77. Hukuman
78
Bab 78. Terpuruk
79
Bab 79. Kemarahan Dimas
80
Bab 80. Terungkap dengan sendirinya
81
Bab 81. Harapan orang tersayang
82
Bab 82. Dipecat
83
Bab 83. Masalah beruntun
84
Bab 84. Pulang ke rumah
85
Bab 85. Usaha Dimas
86
Bab 86. Ibu, angun!!
87
Bab 87. Setitik harapan
88
Bab 88. Beri aku kesempatan
89
Bab 89. Saran Nadia
90
Bab 90. Dua sahabat
91
Bab 91. Diujung tanduk
92
Bab 92. Maaf dan maaf
93
Bab 93. Perjalanan penuh kisah (1)
94
Bab 94. Perjalanan penuh kisah (2)
95
Bab 95. Keluarga yang lain
96
Bab 96. Kenangan abadi
97
Bab 97. Syok
98
Bab 98. Berpisah dengan syarat
99
Bab 99. Pembicaraan dua lelaki
100
Bab 100. Ungkapan Tian
101
Bab 101. Dari awal.
102
Bab. 102. Undangan makan malam
103
Bab 103. Reuni
104
Bab 104. Tak tersisa
105
Bab 105. Kartu As
106
Bab 106. Membuka luka lama
107
Bab 107. Tidak semudah itu
108
Bab 108. Dimas yang tertangkap
109
Bab 109. Wanita yang tidak menyerah
110
Bab 110. Menemui Bagas
111
Bab 111. Fira yang shock
112
Bab 112. Pengakuan Ibu
113
Bab 113. Permohonan maaf
114
Bab 114. Curhat
115
Bab 115. Jaminan
116
Bab 116. Karena keluarga
117
Bab 117. Nasib Dimas
118
Bab 118. Perasaan semua orang
119
Bab 119. Bukan pertama kali
120
Bab 120. Kejutan untuk Arshila
121
Bab 121. Hari bahagia
122
Bab 122. Kebersamaan
123
Bab 123. Makan bersama
124
Bab 124. The final
125
PENGUMUMAN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!